Bahasa jawa adalah salah satu mata pelajaran wajib diajarkan di Provinsi Jawa Tengah. Bahasa jawa masuk ke dalam muatan lokal. Aspek yang harus dikuasai siswa dalam belajar bahasa jawa adalah menguasai empat keterampilan bahasa jawa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Salah satu materi yang diberikan untuk mendukung penguasaan keterampilan dalam Bahasa Jawa adalah materi aksara Jawa. Siswa merasa kesulitan dalam menulis maupun membaca aksara jawa. Hal ini dikarenakan pembelajaran aksara jawa dianggap kuna, sulit dan kurangnya siswa berlatih menulis maupun membaca aksara jawa.
Dari hasil pekerjaan siswa kelas 11 MIPA 4 SMA Negeri 1 Balapulang Jawa Tengah dalam pembelajaran aksara jawa masih kurang memuaskan. Untuk itu, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran aksara jawa agar siswa termotivasi dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, model pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peranan model pembelajaran itu sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif dan lebih bermakna. Kali ini, model pembelajaran kooperatif tipe Scramble menjadi salah satu alternatif yang diterapkan oleh penulis.Â
Menurut Sohimin (2016), model pembelajaran scramble adalah model pembelajaran yang mengajak siswa menemukan jawaban dan menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara membagikan lembar soal atau lembar jawaban yang tersedia. Model pembelajaran scramble merupakan metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata.
Model pembelajaran scramble menurut Patty (2015: 1-2) terdiri atas bermacam-- macam bentuk yakni: pertama, Scramble kata, Scramble kata, yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu. Contoh: T-p-e-i-a-n = Petani, A-l-p-j-e-r-a = Pelajar. Kedua, Scramble kalimat, yaitu sebuah permainan menyusun kalimat kata-kata acak, bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar. Contoh: pergi-ibu-pasar-ke = Ibu pergi ke pasar. Ketiga, scramble wacana atau paragraf, yaitu sebuah permainan menyusun wacana atau paragraf logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana atau paragraf hendaknya logis dan bermakna. Contoh: a) Paginya ikut pergi ke pasar membeli sayuran bersama ibu.
Dalam hal ini penulis menerapkan model pembelajaran scramble kata, yaitu bermain menyusun huruf menjadi kata dan menjadi sebuah kalimat yang sederhana dengan menggunakan aksara jawa. Penulis menyiapkan bermacam-macam kartu aksara jawa yang mengintegrasikan aksara rekan yang akan dibagikan ke siswa dalam kelompok. Di sini, siswa akan belajar sambil bermain kartu aksara jawa untuk dirangkai ke dalam kata, kemudian disusun menjadi sebuah kalimat sederhana yang mengandung makna secara bergantian.
Kelebihan dari model pembelajaran scramble yaitu: setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota mempunyai tujuan yang sama. Mereka harus berbagi tugas dan tanggung jawab, dikenai evaluasi, dan berbagi kepemimpinan. Selain itu, setiap anggota kelompok membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dan nantinya akan dimintai pertanggungjawaban secara individual tentang materi yang ditangani dalam kelompoknya.
Maka dari itu, dalam teknik ini setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling belajar sambil bermain. Mereka dapat berkreasi sekaligus belajar dan berfikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuat mereka stres atau tertekan. Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok. Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan. Sifat kompotitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba--lomba untuk maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H