[caption id="attachment_378466" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: twitter.com/ngehe_id"][/caption]
Ada fenomena yang belakangan ini menjadi trend dikalangan entepreneur muda dan kaula muda pada umumnya, yaitu mengaktifkan otak kanan. Menurut penelitian otak manusia dibagi menjadi dua yaitu Otak Kiri dan Kanan. Beberapa perbedaan mendasar mengenai penggunaan otak ini antara lain:
Otak Kanan : otak kanan ini memiliki beberapa sifat seperti lebih fleksibel, menerima hal-hal baru yang terkadang tidak logis, imajinatif, penuh inovasi, kreatif, dan dilakukan secara tidak sadar berdasarkan kebiasaan-kebiasaan. Biasanya orang-orang yang lebih dominan otak kanan, cenderung akan melakukan hal-hal yang baru serta melakukan sesuatu berdasarkan pada keyakinan yang terdapat di alam bawah sadarnya. Bahkan kemampuan berbicara di depan umum juga dapat dilatih dengan memanfaatkan otak kanan ini. Kita juga mampu menguasai tehnik-tehnik berbicara di depan umum dengann hipnotis. jika sudah mengetahui dasar-daranya kita juga akan mampu seperti pembicara hebat lainya yang memiliki tehnik berbicara di depan umum. (sumber: www.dayaingatdanotakkanan.com)
Otak Kiri : berbeda jenis tentu berbeda sifat. Otak kiri memiliki sifat kaku, sistematis, logis dan dilakukan secara sadar dan penuh dengan alasan. Apabila seseorang cenderung mendominasi otak kiri, maka setiap tindakan yang dilakukannya akan dilakukan berdasarkan pada urutan-urutan, ikut-ikutan, dan yang lebih berbahaya lagi mereka-mereka yang mendominasi otak kiri cenderung akan terlalu banyak melakukan pertimbangan-pertimbangan yang berakhir pada timbulnya alasan untuk tidak melakukan apa yang harus dilakukannya. Otak kiri terkait dengan berbicara, orang yang pandai berbicara di depan umum biasanya sangat baik dalam perkataanya, dan otak kanan adalah berfungsi untuk merangkai kata-kata yang indah sehingga memberikan kekuatan saat berbicara di depan umum. (sumber: www.dayaingatdanotakkanan.com)
Seorang entepreneur muda dari Tasikmalaya yang bernama Ali Muharram telah berhasil meningkatkan daya kreatifitasnya dan meluncurkan bisnis kuliner yang diberi nama “Makaroni Ngehe”. Bagi orang yang tinggal di wilayah Jakarta bagian Barat dan Selatan, mungkin sudah tidak asing lagi dengan penganan yang satu ini. Dengan jumlah cabang yang berdiri di delapan tempat, dan mengambil segmen pasar makanan cemilan harga mahasiswa, menjadikan Kedai Makaroni Ngehe digandrungi kaula muda.
Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Penggunaan nama Ngehe yang menjadi pesoalan. Kata ini tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan setelah ditelusuri arti kata Ngehe adalah umpatan kekesalan meungkin berarti Sialan (Betawi), Jancuk (suroboyoan) atau Kehed (sunda).Menurut si pemilik Kedai kepada vivanews, arti kata ngehe adalah umpatan kekesalan karena kesulitan hidup dimasa lalunya, sehingga kata ini akan menjadi motovasi dalam bekerja dan berusaha. Mungkin itulah yang digali dari otak kanan sehingga kreatifitas dalam memberikan nama juga sangat kreatif dan inovatif.
Disisi lain, saya sebagai orang tua menjadi dilema ketika ingin memberikan oleh-oleh pada keluarga, dengan membeli cemilan di kedai ini. Setibanya di rumah pasti akan ditanyakan oleh anak dan isteri dimana membelinya, dan saya jawab di “Makaroni Ngehe”. Bagaimana menurut anda?
Yang pertama kalimat “Ngehe” jelas tidak baik untuk diajarkan kepada anak, apalagi masih dibawah umur. Bisa anda bayangkan ketika anak anda menagih untuk membeli makaroni lagi dia akan bilang “ayah belikan ngehe lagi dong..!”, dan yang lain menimpali “iya ayah, ngehenya yang banyak ya, aku suka ngehe”.
Yang kedua ada norma kepantasan yang berlaku dimasyarakat, bahwa kata ini termasuk tabu untuk dikatakan secara formal. Saat ini mungkin bagi Ali Muharram, tidak terfikirkan dampak norma kepantasan yang timbul dari nama kedainya. Dan saya belum berhasil menelusuri apakah beliau sudah berkeluarga atau belum. Yang pasti kalimat Ngehe dan jenis kalimat umpatan lainnya sangat tidak pantas untuk dipopulerkan.
Inilah yang disebut dengan kreatifitas otak kanan yang kebablasan. Seperti yang terjadi padai Kedai Warung 24 di Jalan Damai Sleman Yogyakarta beberapa waktu lalu. Di kedai tersebut menampilkan menu yang berbau mesum. Sehingga atas prakarsa warga dan aparat, akhirnya Kedai tersebut ditutup. Apa yang salah dengan kreatifitas otak kanan? Kreatifitas dari otak kanan memang tidak salah asal dapat dikelola dengan baik dan menindahkan norma-norma yang berlaku. Bagaimana menurut anda?
Salam Kompasiana.
Tri Widiyatno
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H