Di penghujung musim semi 2015, kami sekeluarga (saya, suami dan 3 anak) berlibur ke New Zealand selama 10 hari. New Zealand, atau Selandia Baru, adalah negara yang terletak di antara Samudra Pasifik dan Laut Tasman, di selatan Austalia. Negara yang dijuluki Middle Earth ini memiliki dua pulau besar yaitu Pulau Utara dan Pulau Selatan. Konon kabarnya, Pulau Selatan lebih cantik daripada Pulau Utara. Karena terpengaruh isu tersebut dan juga karena waktu liburan yang terbatas, kami menghabiskan lebih banyak waktu di Pulau Selatan.
Bepergian bersama 3 anak kecil (usia 8 tahun, 2,5 tahun dan 1 tahun) membuat kami memilih aktivitas wisata yang berbeda dengan turis-turis di New Zealand yang pada umumnya bertualang sendiri atau bersama pasangan. Tiga kota di New Zealand yang menjadi tujuan kami adalah Auckland di Pulau Utara dan Christchurch serta Queenstown di Pulau Selatan. Untuk menuju kota-kota tersebut, kami memilih jalur udara karena anak-anak tidak sanggup menempuh perjalanan darat yang panjang. Kami berangkat dari Cairns dan transit di Brisbane, Australia. Setelah pesawat mendarat di Auckland, petualangan pun dimulai.
Hari pertama: Auckland
Jam 1 pagi kami tiba di penginapan yang berlokasi di sekitar bandara Auckland. Perbedaan zona waktu (Auckland 3 jam lebih awal dari Cairns) dan suasana di tempat baru menyebabkan anak-anak baru bisa tidur jam 3 pagi. Jam 8.30 kami sudah siap berolahraga, jalan kaki 30 menit ke Mangere Town Centre. Tidak ada hal khusus yang ingin kami lihat, hanya melemaskan kaki dan belanja bahan mentah untuk dimasak di penginapan. Selepas belanja, kami bersantai di penginapan, menikmati musim semi di Auckland yang jauh lebih sejuk daripada Cairns. Sore hari kami jalan kaki ke House Park, sebuah taman bermain sekaligus lapangan olahraga. Puas bermain, kami menikmati coklat panas, burger, dan pizza di Airport Kebabs & Pizza, sebuah kedai kecil yang menjual makanan halal di Kirkbride Road.
Hari kedua: Queenstown
Jam 10 pagi kami terbang menuju Queenstown. Sesaat sebelum mendarat, kami disuguhi pemandangan spektakuler. Pesawat kami terbang di antara puncak-puncak pegunungan yang tertutup salju abadi dengan danau indah yang terhampar di bawah. Tidak salah jika perjalanan menuju landasan terbang di bandara Queenstown terpilih sebagai “runway approach” yang paling menakjubkan di dunia (Daily Mail Australia, 17 Juli 2015).
Di Queenstown, aktivitas favorit saya adalah duduk-duduk di balkoni penginapan, dimana saya bisa menikmati ketenangan danau Lake Wakatipu yang berlatar jajaran pegunungan yang megah. Alur salju tampak indah, mengalir cantik dari puncak-puncak pegunungan The Remarkables. Ketika senja tiba, kami berjalan ke pusat kota dan mengakhirinya dengan makan malam di sebuah restoran seafood. Keluar dari restoran, angin yang dingin menerpa wajah. Rupanya tanpa kami sadari saat itu sudah jam 10 malam sementara jam biologis anak-anak belum menyesuaikan dengan waktu setempat. Karena mereka masih lincah, maka dalam perjalanan pulang ke penginapan kami bermain sebentar di sebuah taman kecil. Ketika memandang langit, saya terkejut melihat bulan yang tampak berbeda dari biasanya. Malam itu terlihat beberapa lapis warna serupa pelangi yang melingkari bulan. Rupanya ini yang disebut “moonbow” alias “lunar rainbow”. Lingkaran pelangi di sekitar bulan tercipta dari cahaya yang terpantul oleh partikel-partikel es di awan. Setelah capek bermain, si bungsu mulai rewel dan minta digendong. Meski tidak seberapa jauh ke penginapan, kontur Quenstown yang berbukit-bukit membuat saya cukup berkeringat dan kami putuskan bahwa jalan-jalan berikutnya harus pakai mobil.
Hari ketiga: Milford Sound
Sejak bangun tidur, saya sudah tak sabar untuk membuktikan bahwa Milford Sound adalah keajaiban dunia nomor 8 versi Rudya Kipling. Untuk sampai kesana, kami memilih paket tour yang terdiri dari perjalanan darat dengan bus dan kapal pesiar. Jarak antara Queenstown dan Milford Sound adalah 288 km dan sebenarnya bisa ditempuh dalam 4 jam, namun kami tempuh selama 6 jam karena bus berhenti di beberapa tempat yang menarik. Bus mulai berangkat dari Queenstown jam 9 pagi dengan menyusuri Lake Wakatipu, danau terpanjang di New Zealanad yang terbentang sejauh 80 km. Di Te Anau kami istirahat sejenak untuk makan. Perjalanan antara Te Anau dan Milford Sound adalah wisata tersendiri. Sepanjang jalan, kami disuguhi hamparan perbukitan yang hijau dengan ratusan hewan-hewan ternak yang asyik merumput. Kami juga sempat berhenti di Mirror Lakes, kumpulan danau-danau tenang dengan air yang sangat jernih laksana cermin. Kami berhenti lagi di suatu tempat yang berlatar pegunungan bersalju dan minum air es yang mengalir di kaki gunung. Di tempat ini, kami berjumpa dengan Kea, burung beo khas New Zealand yang berbulu hijau. Beberapa saat sebelum tiba di Milford Sound, kami melalui terowongan Homer Tunnel yang membelah gunung Darran Mountain sepanjang 1,2 km. Gelapnya terowongan seakan menjanjikan kejutan yang akan kami dapati di Milford Sound. Benar saja, keluar dari terowongan kami langsung terpukau pada suasana mistis dan syahdu yang melingkupi Milford Sound. Setelah bus berhenti, kami berlayar selama 1,5 jam dan disuguhi pemandangan yang indah, megah, dan dramatis di sisi kanan dan kiri kapal. Tebing-tebing terjal yang tinggi menjulang berselimut kabut tipis dengan air terjun di sela-selanya membuat kami merasa kecil dan tak berarti di dalam kapal kecil yang berlayar di ceruk yang sempit dan panjang. Subhanallah, semua penumpang kapal terpukau menyaksikan keagungan Yang Mahakuasa. Kesyahduan kami pecah oleh pekikan anak-anak kecil yang bersorak girang melihat lumba-lumba serta anjing laut dan pinguin yang berjemur di batu karang. Selepas berlayar, kami kembali naik bus ke Queenstown dan sampai di penginapan jam 9.30 malam.
Hari keempat: Queenstown
Perjalanan panjang ke Milford Sound membuat anak-anak cukup kelelahan. Jadi hari ini kami berkendara di sekitar kota Queenstown. Pagi hari kami mengunjungi Kiwi and Birdlife Park. Tempat ini cukup menarik untuk anak usia sekolah. Namun untuk anak batita, orang tuanya harus siap-siap lelah menggendong karena kontur taman yang berbukit dan jalan setapak yang berkerikil membuat taman ini tidak mudah untuk dilewati kereta bayi. Ketika berkunjung ke taman ini, kami jadi tahu mengapa New Zealand sangat sepi dan damai. Negara yang besar ini hanya dihuni oleh sekitar 4 juta manusia dan sepertiganya ada di Auckland. Populasi biri-biri 10 kali lipat dari manusia dan lebih ekstrim lagi, populasi possum berpuluh-puluh kali lipat dari manusia. Tidak mengherankan, possum banyak diburu dan dimusnahkan karena menjadi perantara penyakit tuberculosis pada binatang ternak dan juga predator bagi Kiwi, burung yang menjadi lambang negara New Zealand. Di sore hari kami menyusuri Marina Parade dan menghabiskan senja di sebuah taman bermain di dekat Queenstown Gardens.