Ada sebuah fakta yang aku temui. Seorang anak yang ketika kelas I sampai V SD dikatakan bahwa anak tersebut seorang yang pandai. Karena di kelas, dia sering mendapat rangking pertama pada saat akhir semester atau akhir ajaran. Dia selalu naik kelas. Padahal dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, dan menurut tetangganya, anak tersebut kurang perhatian dari orang tuanya. Tetapi dia bisa bersaing dengan anak-anak lain yang kelas ekonominya lebih baik daripada anak tersebut. Mungkin memang anak tersebut pandai.
Tibalah saatnya dia menginjakkan kaki di kelas VI. Apakah kondisi dia masih seperti ketika di kelas I sampai V??? Ya pada awal-awal kelas VI anak tersebut masih bisa dibilang anak pandai. Tapi,, kenapa ya...pada saat akhir tahun ajaran, ketika kelulusan diumumkan, anak tersebut tidak lagi mendapatkan rangking pertama lagi. Sebenarnya ini salah siapa? Apakah dia tidak rajin belajar? Apakah karena kurang perhatian ortunya atau karena tidak ada perhatian dari guru?
Kita tidak ada yang tahu.....Ini sebenarnya salah siapa. Bagi orang awam seperti saya, mungkin ini kesalahan ortunya. Kenapa? Ya.... orang tuanya nampak tidak pernah memperhatikan pendidikan anaknya. Bahkan anak tersebut akhirnya hanya bisa melanjutkan sekolahnya samapi jenjang SMP saja.
Bukan maksud menyalahkan siapapun. Tapi ini bisa menjadi refleksi bagi kita. Bahwa kita tidak boleh menjudge seseorang bahwa dia itu pandai atau dia itu bodoh. Hal apapun bisa mempengaruhi kemampuan seseorang.
Sebagai WNI yang baik, kita harus bersatu padu untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Jangan membiarkan anak Indonesia buta huruf, apa lagi tidak pernah mengenal yang namanya pendidikan. Jangan menyalahkan salah satu pihak. Kita harus BERSATU demi kemajuan bangsa Indonesia saat ini dan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H