Selamat datang era elektronik di Indonesia, ya mengapa demikian. Seperti yang ada dalam artikel sebelumnya terkait Commet /commuter line di jabodetabek yang sudah mulai menggunakan tiket elektronik di setiap stasiunnya.
Secara tidak langsung, hal ini jelas memberikan dampak positif terhadap daya “gaptek” di sebagian masyarakat Indonesia dalam hal ini wilayah jabodetabek. Paradigma lama yang terbangun adalah karcis kertas yang dapat dilipat, dan banyak yang tidak membeIi tiket karena tidak ada yang memeriksa, bias karena tidak ada petugas maupun karena penuh sesak.
Dengan hadirnya commet tentu menjadi harapan baru bagi dunia transportasi umum yang saat ini mengalami distrust karena banyak hal, entah karena sarana yang kurang baik, durasi perjalanan, hingga kemacetan. Ditambah saat ini kita diguncang dengan kenaikan BBM yang sesaat lagi akan diberlakukan, tentu hal ini akan memiliki implikasi yang amat besar bagi dunia transportasi umum.
Muncul pertanyaan besar, ketika BBM naik akankah tariff progresif yang sudah dicanangkan oleh PT. Commuter Line akan berubah pula? Saat ini mungkin belum, karena tarif ini sampai detik ini belum berlaku. Semula tariff progresif akan diberlakukan oleh PT.KAI dalam hal ini PT. Commuter Line pada bulan juni sekarang, namun karena infrastruktur seperti loket baru dan mesin e-ticketing belum rampung semua, maka tariff ini akan diberlakukan pada bulan juli.
Tariff progresif yang dicanagkan oleh PT.KAI merupakan sebuah regulasi yang mulai pro rakyat. Bagaimana tidak, dalam setiap menaiki kereta Commuter Line AC hanya membayar Rp.3.000 saja. Dengan tariff saat ini saja kereta yang seringkali disingkat CL, kereta sangat penuh sesak di jam tertentu terutama jam pergi dan pulang kerja, tidak hanya hari biasa, weeken pun kereta penuh sesak, karena banyak yang melakukan destinasi akhir pekannya ke pasar tanah abang,hehee…
Sekejap saya teringat sebuah perbincangan rakyat di dalam kereta tersebut pada ahad lalu,”kalau tiket harganya 3000 perak, bakalan penuh banget, 8 ribu aja penuh gini, lama – lama udah kaya langsam aja nih”. Nah,muncul pertanyaan, akankah regulasi yang pro rakyat ini dapat berbanding lurus dengan fasilitas, kenyamanan, dan keamanan pengguna KRL mania?
Mungkinkah regulasi ini dapat bertahan lama? Ataukah regulasi ini hanya bertahan beberapa saat karena muncul ketidaknyamanan dalam penggunaannya? Atau justru regulasi ini juga terkena dampak dari naiknya BBM? Sudah sebaiknya berubah atau tidak regulasi yang pro rakyat ini, PT.KAI seharusnya tetap menjaga fasilitas, kenyaman, dan kemanan agar penumpang lebih nyaman dan beralih ke moda transportasi ini. Wallahualam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H