Mohon tunggu...
Tresya Sugiarto
Tresya Sugiarto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hallo saya Tresya, bekerja dan kuliah adalah suatu hal yang aku jalani saat ini, semua hal akan terasa mudah dan menyenangkan bila dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Persepsi dalam Pengambilan Keputusan

13 Desember 2023   14:31 Diperbarui: 13 Desember 2023   14:34 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum kami membahas lebih jauh, disini kami ingin menjelaskan terlebih dahulu mengenai persepsi dan pengambilan Keputusan. Persepsi adalah proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya. Persepsi yang terbentuk pada setiap anggota organisasi bisa jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bahkan terkadang pemaknaanya bersifat kontradiktif dengan fenomena riil yang terjadi di lapangan. Sedangkan pengambilan Keputusan terjadi sebagai reaksi atas masalah (problem), yaitu sebuah perbedaan antara situasi sekarang dan yang diinginkan. setiap keputusan membutuhkan kita untuk menginterpretasi dan mengevalasi informasi. kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya.

Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi persepsi?

Sejumlah faktor membentuk dan atau terkadang memutar-balik persepsi. Faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sendiri ada 3 yaitu faktor-faktor pada penilai (sikap, motif, minat,pengalaman,ekspektasi), faktor-faktor pada situasi (waktu, latar kerja, latar sosial), faktor-faktor pada target (inovasi, pergerakan, suara, ukuran, latar belakang, proksimitas,kesamaan).

Lingkungan sosial, baik berupa organisasi masyarakat, organisasi profit, maupun lembaga pendidikan adalah suatu entitas populasi di mana setiap individu yang ada dan berinteraksi di dalamnya memiliki pengalaman dan sudut pandang yang berbeda dalam mengelola dan menafsirkan kesan indrawi mereka terhadap makna dan pesan dalam komunitas tersebut (Saud, 2016). Para ilmuwan dan peneliti dalam ilmu perilaku organisasi banyak berpendapat bahwa Sudut pandang dan penafsiran masing-masing individu yang berbeda-beda terhadap lingkungan sosialnya tersebut adalah sebuah proses yang menentukan arah perilaku yang disebut dengan persepsi (Saifuddin, 2018).

Misalnya, Suatu perusahaan hendak merekrut karyawan baru sehingga Manager HRD perusahaan melakukan wawancara terhadap para pelamar. Ketika manager memanggil 2 orang sekaligus untuk diwawancarai, orang pertama  masuk dengan penampilan yang kurang baik seperti pakaian yang memiliki noda, tidak memakai jas, rambut panjang, sepatu yang sudah usam, Manager HRD langsung memberikan penilaian negatif kepada pelamar tersebut karena melihat penampilannya yang tidak layak untuk datang di dalam wawancara. Namun ketika orang kedua masuk dengan pakaian rapi,wajah yang serius, dan berkharisma Manager tersebut langsung memberikan penilaian positif kepada pelamar tersebut bahwa pelamar ini yang lebih layak untuk masuk ke dalam perusahaan. Namun selama wawancara berjalan ternyata pelamar dengan penampilan yang kurang baik tersebut memiliki suatu cara pandang unik yang berbeda dari pelamar yang berpakaian lebih rapi, dan cara berpikir pelamar tersebutlah yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga manager tersebut mengabaikan penampilan pelamar tersebut dan menerima pelamar tersebut untuk bekerja di dalam perusahaan.

Dari cerita di atas dapat dikatakan bahwa presepsi seseorang terhadap penampilan fisik tidak dapat menjamin kinerja seseorang, meskipun penampilan merupakan salah satu kriteria dalam wawancara, tetapi  belum tentu karyawan yang berkompeten adalah karyawan yang berpakaian rapi, serius, dan terlihat memiliki karisma, bisa saja mereka memang pintar tetapi hanya dalam teori, dalam prakteknya belum tentu pemikiran mereka yang dibutuhkan oleh perusahaan. Justru orang-orang yang mungkin berpenampilan kurang menarik dan biasa-biasa sajalah yang dibutuhkan oleh perusahaan, karena mungkin mereka lebih banyak memiliki pengalaman dengan dunia luar dibandingkan dengan orang-orang yang belajar hanya berdasarkan teori yang ditanamkan di dalam pikiran mereka, sehingga mereka dapat melihat sesuatu dengan cara pandang yang berbeda dengan orang yang hanya berpikir berdasarkan teori. Keputusan yang diambil oleh manager tersebut sudah benar, karena penampilan seseorang dapat diperbaiki namun cara berpikir seseorang tidak dapat dibentuk dengan mudah, membutuhkan proses yang lama untuk membentuk pemikiran seseorang seperti yang diinginkan oleh perusahaan.

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari cerita tesebut, Persepsi merupakan suatu proses melalui mana seseorang menerima, mengorganisasi dan menginterpretasi informasi dari lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain, faktor yang berada dalam diri yang mempersepsi (perceiver) berupa attitude, motive, interest, experience, dan expectation. Kemudian, faktor yang berada dalam objek yang dipersepsi (target) berupa novelty, motion, sounds, size, backround,dan proximit. Dan faktor yang berada dalam situasi berupa bentuk, work setting, dan social setting.

Pengambilan keputusan merupakan pilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan. Pengambilan keputusan memiliki hubungan yang erat dengan persepsi, sebelum mengambil sebuah keputuhan, hendaknya segala macam persepsi yang salah di luruskan, guna memperoleh keputusan yang benar dan akurat.

Apakah dalam pengambilan keputusan kita harus memperhatikan etika?

Dalam pengambilan Keputusan itu sendiri terdapat etika dan hal-hal yang harus diperhatikan, Ada tiga kriteria yang digunakan untuk melakukan sebuah Keputusan diantaranya Utilitarianisme, yaitu Pembuatan keputusannya semata mata berdasarkan outcome/keluaran, untuk menghasilkan sesuatu yang baik dalam jumlah yang besar dan umumnya dapat ditemukan dalam pembuatan keputusan berbisnis. Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah pencapaian efisiensi dan produktivitas, sementara kelemahannya ialah mengesampingkan hak-hak yang dimiliki oleh individu.

Whistle-blower, yaitu Pembuatan keputusan yang didasarkan pada hak-hak yang dimiliki, seperti saling menghargai dan melindungi hak-hak dasar tiap individu. Hal ini diterapkan untuk memberikan kepada whistle-blower, yaitu individu yang membuka masalah organisasi secara tidak pantas pada media atau pemerintah menggunakan hak untuk berbicaranya. Kelebihan yang dimiliki oleh kriteria ini ialah perlindungan pada individu dari kecelakaan dan mengutamakan kebebasan dan privasi, sementara kelemahannya ialah mencegah tercapainya efisiensi dan produktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun