Mohon tunggu...
Tresya Agnashila
Tresya Agnashila Mohon Tunggu... -

menurut ku, aku orang yg cukup simple... mencoba untuk melakukan segala sesuatu yg menjadi tugasku dengan sebaik-baik nya... hasil akhir, biar "DIA" yang menentukan :)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price for Myself (Part 2)

3 Mei 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_175128" align="alignleft" width="300" caption="http://loveufull.wordpress.com"][/caption] Hari berlalu, Imey dan Roby kian liar dalam berhubungan. Hubungan suami istri tak lagi canggung mereka lakukan. Dalam sebulan, seminggu, hingga kini sehari, hampir bisa dipastikan mereka tak pernah absent melakukan hal yang harusnya belum patut mereka lakukan.

Imey percaya akan ketulusan dan kesetiaan Roby padanya. Karena selama mereka berhubungan, walaupun tak jarang konflik-konflik kecil terjadi, tapi Roby tak pernah punya niat untuk memutuskan hubungan dengan Imey. Imey jadi semakin yakin, bahwa Roby benar-benar mencintainya.

Suatu hari, Roby meminta Ijin pada Imey untuk bekerja paruh waktu disebuah café yang tak jauh dari tempat tinggal mereka. Café yang biasa menjadi tempat tongkrong Imey dan teman-teman sekolahnya. Roby mengatakan bahwa dia butuh tambahan uang untuk kebutuhan sehari-harinya. Belum lagi biaya kuliah dan pembelian buku-buku yang kian mahal, Roby harus mencari tambahan uang. Imey senang dengan niatnya untuk bekerja,itu menandakan bahwa Roby adalah orang yang mau berusaha untuk hidupnya. Roby adalah pria yang mau bertanggung jawab setidaknya atas diri dan pendidikannya sendiri. Pria mandiri yang mau bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi disisi lain, Imey malu jika suatu hari nanti teman-temannya tau bahwa Roby kekasihnya bekerja di café yang biasa dia tongkrongi. Apa kata orang, jika Imey, Super Star yang Super Tajir punya cowok yang kerja sebagai pelayan di café, itupun paruh waktu. Akhirnya, demi menjaga gengsinya, Imey memilih untuk memberikan uang secara Cuma-Cuma pada Roby. Imey mengatakan, bahwa uang jajan dan jatah dari orang tuanya selama seminggu lebih dari cukup untuk membantu Roby membeli buku dan keperluan lain yang ia butuhkan. Belum lagi, setiap saat, setiap waktu, tak akan sulit untuk Imey meminta uang pada orang tuanya.

Awalnya Roby menolak, bagaimanapun juga dia seorang laki-laki, dia tak mau diremehkan oleh Imey, apalagi sampai dia mendapatkan uang dari Imey. Akhirnya dengan beribu alasan, Imey mampu meyakinkan Roby, bahwa dia tak akan menganggap remeh Roby apalagi memandangnya sebagai Cowok matre. Karena memang semua ini adalah keinginan Imey…

Akhrinya, Roby pun mau menerima keputusan Imey.

Setiap minggu, Imey selalu menjatah uang saku pada Roby, kadang, disaat-saat tertentu, Imey juga memberikan uang untuk membeli buku, keperluan kuliah dan lain-lain yang Roby butuhkan. Dengan semua yang diberikan Imey, Roby jadi memberikan perhatian dan pelayanan yang sangat sangat khusus pada Imey. Apapun yang Imey mau dan Imey minta lakukan, bagaimanapun caranya pasti Roby kabulkan. Roby memanjakan Imey melebihi orang tua Imey memanjakannya. Imey merasa sangat bahagia berada disisi Roby, hingga tak jarang Imey pulang larut malam, terlelap kemesraan bersama Roby.

Sex bebas telah meracuni Imey, kini, Imey tumbuh menjadi gadis yang agresif, yang tak bisa hidup seharipun tanpa melakukan hubungan sexual. Tapi dia melakukan itu hanya bersama Roby, kekasihnya. Jenuh dengan cara berhubungan yang biasa mereka lakukan, Imey mulai mencari tau tentang kehidupan sex dan cara-cara berhubungan intim berikut variasi-variasinya. Tak segan lagi Imey membeli majalah-majalah dewasa. Mendownload video-video porno dan membaca alkisah-alkisah 18+. Dalam berhubungan pun Imey mulai berani dan mencoba berbagai macam gaya bersama Roby. Tak hanya itu, gairah remaja yang selalu ingin mencoba hal baru pun jalan beriringan dengan gejolak nafsu sex nya yang selalu ingin mencoba suasana dan hal-hal baru dalam berhubungan.

Awalnya, ketika akan berhubungan, mereka selalu menunggu kontrakan menjadi sepi, tak berpenghuni. Kini, saat kontrakan ramai orangpun mereka berani melakukan, tak jarang mereka mencoba sensasi untuk tak menutup pintu kamar. Merasa tertarik akan hal-hal yang memacu adrenalin saat berhubungan, mereka mencoba untuk melakukan nya didalam mobil. Awalnya mereka memilih tempat yang sepi,gelap dan jauh dari keramaian, kini dihalaman parkir pun mereka berani melakukan. Semakin hari ide-ide yang keluar dari pikiran mereka semakin menggila. Bahkan Imey pernah membawa pulang Roby kerumahnya untuk melakukan hubungan dikamarnya, padahal sudah jelas, bahwa orang tua Imey melarang keras Imey berhubungan dengan dia. Hampir setiap malam, roby menyelinap ke kamar Imey lewat jendela depan, Roby bermalam di kamar Imey dan sebelum subuh datang baru Roby pulang ke kontrakan.

Imey menjadi pribadi yang kacau… Hanya sex, sex dan sexlah yang ada dipikirannya.

Tak jarang Imey membolos sekolah hanya untuk melakukan hubungan sex dengan Roby.

Hari berlalu…. Tuhan pun menegur kelakuan mereka. Imey hamil, disaat seminggu lagi dia akan melaksanakan Ujian Kelulusan.

Imey ketakutan, sangat-sangat ketakutan… bahkan dia tak sadar, ternyata usia kehamilannya sudah memasuki Angka 3 bulan. Imey takut, Roby pun juga tak kalah takutnya dengan Imey. Roby meminta Imey untuk menggugurkan kandungannya. Tapi Imey menolak dengan keras. Imey tak mau melakukan dosa lagi. Baru dia sadar, selama ini yang mereka lakukan adalah dosa. Dan dia tak mau, melakukan dosa lagi untuk membunuh calon anaknya. Selain itu dia juga takut jika dia harus dioperasi secara illegal.

Mereka berdua stress dan terus bertengkar hebat. Roby bingung, dia berterus terang bahwa dia belum siap jika harus menjadi seorang ayah. Dia masih seorang mahasiswa, menanggung biaya hidupnya sendiri saja masih kalang kabut, apalagi jika harus menanggung biaya hidup Imey dan anaknya. Belum lagi jika kedua orang tuanya tau, pasti Roby akan diusir dari rumah.

Tapi bersikeras Imey tetap tak mau menggugurkan kandungannya. Dia tak mau membunuh janin yang tak berdosa, dia juga cukup sadar untuk menghitung pundi-pundi dosa yang selama ini dia tabung dari hasil perzinaannya bersama Roby.

2 hari tak pulang untuk memikirkan nasib mereka berdua, membuat orang tua Imey khawatir akan keadaan anak perempuan mereka. Gelisah, bingung dan akhirnya mencari kemana-mana setelah tak sekalipun mereka dapat menghubungi Imay lewat Hp. Dari teman sekolah, teman jalan, café-café yang sering dikunjungi Imay, tak satupun mereka tau dimana keberadaan Imey. Akhirnya, sari, sahabat dekat Imey mencoba untuk menyuruh orang tua Imey mencari Imey dirumah kontrakan Roby. Tak pikir panjang lagi, papa dan mama Imay langsung meluncur ke alamat yang telah ditunjukkan Sari. Rumah tampak sepi, hanya ada beberapa pemuda yang duduk diteras rumah sambil menikmati sebatang rokok dan memetik dawai gitar tanpa nada. Mama Imay pun turun dari mobil dan bertanya…

“ maaf mas, benar disini kontrakannya nak Roby ?”

“oh iya benar tante, mama nya Roby ya ? mari saya anter ke dalam tant”

Tanpa menjawab perkataan pemuda tadi, papa dan mama Imey masuk ke dalam dan tiba didepan kamar Roby. Pintupun diketuk… cukup lama tak ada jawaban yang menandakan ada orang didalam kamar itu. Tapi teman-temannya yakin bahwa Roby ada didalam, karena sepeda motornya masih rapi terparkir di garasi. Papa Imey terus mengetuk pintu itu, dan akhirnya, terbukalah pintu kamar Roby.

“ om… tante…. “

“ dimana Imey ? “ teriak mama Imey

“ I ii…. Imey…..”

Papa Imey tak sabar menunggu jawaban dari Roby, papa Imey mendorong pintu kamar yang Roby coba untuk lindungi, dan lihatlah mereka…. Imey dengan baju yang sangat berantakan, wajah dan rambut yang sangat tak terawat, serta mata yang merah membengkak, terbujur lemas tak berdaya diatas kasur kucel dan pengap berantakan. Imey kaget melihat kedatangan kedua orangtuanya. Mama Imey shock, melihat keadaan putri tercintanya… Imey berteriak histeris kemudian berlutut memeluk dan mencium kaki mamanya…

“ maafin Imey mah…. Maafin Imey…..”

Mama masih tak percaya dengan pemandangan yang dia lihat dengan kedua matanya.

Imey terus menangis meronta-meronta sambil memeluk kaki mamanya… tubuh mamanya masih kaku, matanyapun belum sanggup mengarahkan kebawah, melihat keadaan bidadarinya.

Bermacam pikiran buruk tersirat dibenak mamanya… mungkinkah anakku pecandu narkoba ? mungkinkah anakku pemakai ganja ? atau anakku seorang buronan ?

Mama mencoba menenangkan diri dan pikirannya sendiri. setelah beberapa saat, mama menghirup nafas yang masih sesak didadanya, kemudian dia mencoba untuk membungkukkan badannya, menyentuh tubuh putri tercintanya…

“benarkah ini anakku ? putri cantik ku ? bidadari mungilku ? “

Imey menangis tanpa sanggup menatap mamanya…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun