Masalah sampah adalah problem yang sangat pelik di Indonesia. Seakan akan masalah sampah ini tak akan ada habisnya kita bahas. Karena solusi yang ada hanyalah sebuah wacana namun belum ada penggerak yang tepat untuk mengatasi sampah di Indonesia.
Saking nyaman nya kita di kota indah ini, kita lupa bahwa sampah terlihat bertaburan dimana mana dan seakan akan tak Nampak. Tak bisa kita pungkiri bahwa masa sekarang pedagang asongan atau pun pertokoan semakin banyak. Semakin makmur Raykat semakin banyak masalah tentang sampah.
Contoh saja ditempat tinggal saya tidak ada tempat pembuangan akhir (TPA) untuk sampah, yang akhirnya warga membuang sampah di lahan kosong, walaupun pelaku tahu betul bahwa itu adalah sawah milik orang yang masih digunakan. Kesadaran akan sampah sungguh minim sekali, karena faktor terbesar nya adalah tidak ada tempat pemilah sampah.
Alangkah baiknya setiap desa ada yang namanya Bank Sampah, dimana kita memilah sampah dari jenisnya misal Koran/ kertas, plastik (bungkusan/kemasan), botol plastik, botol kaca, kardus. Yang dimana kita menyetorkan sampah lalu hasil dari sampah yang kita setor kan akan menjadi uang, uang itu yang disebut dengan tabungan kita. Saya rasa apabila setiap desa menyediakan tempat yang tepat seperti di atas maka sampah ini digunakan dengan baik.
Atau pemerintah daerah memberikan tempat sampah yang tepat sesuai dengan jenis, bukan hanya ke dinas saja, ke sekolah saja tapi setiap desa. Dan kita pasti iri dengan Negara berkembang seperti korea jepang mereka sudah sadar akan sampah dan bertanggung jawab dengan sampah.
Negara Indonesia adalah Negara paling mubazir dalam penggunaan plastik, plastik merupakan bibit sampah yang sebenarnya karena butuh ratusan tahun untuk mengurai nya. Sebetulnya Indonesia bisa lebih atau menyamakan dengan Negara Negara maju lainnya dalam penanganan sampah ini kita bisa lebih ketat dalam membatasi jumlah plastik yang digunakan.
Contoh keresek yang tersedia di swalayan atau pun pasar memberlakukan bayar mahal untuk satu buah kantong keresek, dengan demikian masyarakat akan enggan dalam penggunaan kantong keresek ini dan beralih pada tas eco atau kantong belanjaan yang sudah tersedia banyak, ya kita balik ke zaman dulu menenteng tas ramah lingkungan.
Dan apabila kita membawa tas sendiri, ada diskon untuk setiap belanja, itu sebagai bentuk penghargaan bahwa kita sadar akan sampah dan bahaya sampah plastik. Bukan hanya fenomena kantong keresek saja, tapi styrofoam diganti dengan tepak makan yang anti tumpah, membawa sendok sendiri dan botol minum sendiri.
Selama pandemi kita sudah memulai membawa botol atau tempat makan sendiri hanya mengenai plastik dan kantong keresek kita belum bisa lepas dari si kantong hitam ini.
Dan masalah sampah ini bukan hanya dibakar atau asal lempar sampah tapi perlu solusi yang betul betul harus dilakukan. Edukasi kepada masyarakat bukan hanya satu atau dua kali saja tapi sering dan terus, makanya harus ada penggerak anak muda yang mensosialisasikan “akan sadar sampah”. Kita bisa ko gak nyampah, asal ada wadah yang tepat.
Penulis Merupakan Mahasiswa PPG Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.