Mohon tunggu...
Treewani AGPangaribuan
Treewani AGPangaribuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Whatever you are, be a good one

A Theological student in Theologische Hochschule der HKBP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Rasa" di Balik "Kata"

15 Agustus 2021   21:34 Diperbarui: 15 Agustus 2021   21:46 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah ada pepatah yang mengatakan bahwa "mulutmu adalah harimaumu" yang memiliki arti segala perkataan yang kita keluarkan dari mulut bila tidak dipikirkan dengan baik maka hal tersebut bisa saja menjadi kerugian dan malapetaka bagi diri sendiri dan juga orang lain. Mungkin sewaktu kecil, kita tidak perlu memikirkan seperti apa perkataan yang akan kita ucapkan kepada orang lain. Namun, setelah tumbuh menjadi orang yang dewasa, sudah sepatutnya sebelum berbicara kita memikirkannya terlebih dahulu.

            Karena dapat kita ingat dan bayangkan bahwa apa yang kita lakukan kepada orang lain hari ini mungkin saja bisa membekas di dalam hati dan pikirannya seumur hidup. Karena itu, sebelum bertindak dan berbicara kita sangat penting untuk mengontrol dan memikirkannya terlebih dahulu. Sebab, apa yang kita lakukan dan bicarakan bisa menjadi pedang bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

            Kata -- kata yang kita ucapkan setiap hari bisa saja menjadi berkat bagi orang lain. Kata -- kata yang kita keluarkan memiliki kekuatannya tersendiri. Namun, hal tersebut tergantung pada yang mengatakannya dan yang meresponnya. Perkataan kita dapat membangkitkan semangat orang lain hari ini, namun bisa juga mematahkan semangat orang lain. Bisa saja perkataan hari ini membuat seseorang merasa bahagia bahkan merasa sedih. Terlebih lagi perkataan kita bisa membuat seseorang merasa terpuruk dalam jangka waktu yang lama. Bila dipikirkan mengapa seseorang bisa stress dan depresi hanya karena mendengar perkataan yang begitu menyakitkan dan menganggu mental seseorang. Maka dari itu perkataan yang kita keluarkan memiliki kekuatan yang besar tergantung terhadap kekuatan yang dihasilkan perkataan tersebut, apakah menjadi Api ataukah menjadi Air.

            Beberapa tahun lalu, ada beberapa Aktris Korea yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Setelah dilakukan penyelidikan bahwa beberapa hari sebelum bunuh diri mereka mengalami depresi berat dan tak dapat menahan semuanya. Depresi yang dialami oleh korban bunuh diri tersebut adalah karena korban "bullying" oleh haters. Bila dipikirkan seorang aktris yang tentunya memiliki banyak uang tidak mungkin depresi karena ia sudah berkecukupan dengan uang yang banyak. Namun, hanya dengan perkataan yang menganggu mental seseorang membuat korban bunuh diri tersebut tidak dapat menahan rasa sakit hati, sakit pikiran bahkan sakit mental. Dari hal tersebut kita tahu bahwa perkataan yang diucapkan dapat berpengaruh dan memiliki dampak yang besar bagi seseorang.

            Kita mungkin tidak heran lagi bila dalam keseharian, orang-orang yang saling berdialog tidak secara formal sering sekali terdengar memakai kata kunci 3K yaitu Kasar, Keras dan Kotor. Dan mungin saja bila kita berada dalam ruang lingkup pertemanan, pekerjaan dan sebagainya, tak asing mendengar kata "dasar goblok!, bego!," dan yang sedang nge-trend zaman sekarang adalah kata "Anjirrr" yaitu pelesetan dari kata yang bermakna tidak baik. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa saja bagi kalangan millenial saat ini. Walaupun mungkin saja sebenarnya yang mengeluarkan perkataan tersebut bercanda tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana perasaan seseorang yang menerima perkataan tersebut. Karena seorang manusia tidak dapat membaca hati dan pikiran seseorang. Maka dari itu, kita perlu menyaring hal apa saja yang perlu kita ucapkan.

            Manusia semakin cenderung memiliki 'otomatisasi reaksi'. Dimana reaksi tersebut seakan akan sudah terformat sedemikian rupa untuk setiap peristiwa yang ada. Jika seseorang berbuat begini, maka reaksinya begini. Bila seseorang mengatakan ini, responnya seperti ini. Tanpa kita sadari bahwa diri kita ini ibaratkan seperti buah jeruk. Bila kita memeras jeruk, maka yang keluar adalah sari jeruk. Tidak mungkin yang keluar sari mangga, bukan? Maka seperti itu jugalah halnya diri kita, apa yang kita ucapkan dan keluarkan dari mulut, baik kasar, keras, kotor dan sembrono atau bahkan santun dan sopan, hal tersebut telah menjelaskan cerminan siapa diri kita yang sebenarnya. Yang jelas kita tahu bahwa isi hati menentukan kata-kata yang membangun atau merusak.

            Dalam saat yang sedemikian rupa, untuk itulah kita membutuhkan jamahan dari Tuhan. Ketika hati dan mulut kita dimurnikan oleh Tuhan, reaksi kita terhadap segala situasi selalu dalam pimpinan Tuhan. Bila kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, maka hal tersebut akan tercermin melalui hati kita, pikiran kita, kata-kata yang kita keluarkan bahkan body language kita menjadi berbeda dari orang-orang yang tidak memiliki kedekatan dengan Tuhan. Bila kita berada dalam koridor yang Tuhan pimpin maka semua yang kita lakukan dan kita pikirkan akan meneduhkan, membangun dan meneguhkan. Maka dari itu melalui tulisan ini mari kita mengawasi hati, pikiran dan mulut kita agar tidak menjadi pedang bagi orang lain, pikirkanlah dengan bijaksana. Mari hidup menjadi berkat bukan menjadi sekat untuk oranglain dapat bertumbuh lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun