Tulisan ini penulis persembahkan secara khusus kepada perempuan-perempuan yang sering merasa Insecure terhadap dirinya sendiri, apalagi hal itu menyangkut fisik. Tulisan ini kiranya tidak bermaksud untuk menggurui ataupun mengajari pembaca. Namun, sebagai sebuah refleksi bagi orang-orang yang sering merasa Insecure. Â Beauty is pain (kecantikan adalah rasa sakit) adalah sebuah kalimat yang penulis paling cocok untuk mendeskripsikan standarisasi kecantikan yang bersifat tak abadi bagi seseorang di zaman yang begitu maniak ini. Perempuan memang menjadi sorotan bagi dunia. Namun sorotan tersebut tampak amat mengecewakan.Â
Mengapa ? Karena standarisasi "cantik" tersebut terletak pada fisik. Untuk mendapatkan pujian "cantik" banyak hal yang telah dilakukan untuk memenuhi standarisasi tersebut. Standarisasi yang mendominasi untuk kata "cantik" pada zaman ini adalah putih, bening,flawless, tinggi, ramping, tentunya mempesona dan lain sebagainya. Dalam mencapai hal tersebut, mungkin sudah banyak hal yang telah dikesampingkan seperti membangun karakter, moral bahkan masa depan. Pemikiran yang terlalu sibuk memikirkan "kecantikan luar" acap kali melupakan kecantikan dalam yaitu Inner Beauty. Apakah harus menjadi "cantik" dulu baru bisa dihargai oleh orang-orang? Tidak. Tidak sama sekali.
Zaman sekarang untuk mendapatkan kecantikan yang diinginkan, banyak yang telah mengubah dirinya dengan rasa sakit. Seperti halnya memperlakukan tubuhnya bak plastik yang dapat digunting dan dibuat sebagai mana adanya. Banyak perempuan yang melakukan operasi plastik, dimana hal tersebut akan menghabiskan begitu banyak biaya. Bahkan tak sampai pada hal tersebut ia juga harus merasakan rasa sakit setelah melakukan operasi plastik. Sebagian perempuan juga menggunakan "contact lens" yang digunakan ke mata agar terlihat indah. Sementara, untuk melakukan hal tersebut harus melalui rasa sakit terlebih dahulu.Â
Ada juga yang mewarnai rambutnya walaupun hal tersebut berbahaya karena mengandung zat kimia dan menghambat kesehatan pertumbuhan rambut. Pesatnya penggunaan Skincare di zaman sekarang dikarenakan pertumbuhan konsumerisme dari masyarakat khususnya perempuan. Tentu kita tahu untuk membeli Skincare butuh uang. Tidak ada yang salah ketika kita ingin mengubah diri menjadi "cantik" asalkan hal tersebut tidak menyakiti diri sendiri atau melupakan hal terpenting dalam diri kita yaitu Positive Vibes, moral, dan karakter yang baik.
Manusia terlalu sibuk untuk mendapatkan sanjungan dan pujian dari orang lain bahkan sampai lupa untuk memunculkan energi positif yang tersimpan di dalam dirinya dan mungkin saja tidak menyadari rasa sakit yang telah dirasakannya. Standarisasi yang dinamakan cantik zaman sekarang sangat memprihatinkan. Sejatinya, seseorang yang cantik adalah seseorang yang memiliki kecantikan dari dalam yaitu "Hati". Kecantikan sejati berasal dari hati, hati yang mau memberi dengan tulus dan memberikan semua aura positif bagi semua orang.Â
Manusia cenderung ingin seperti orang lain yang tampak lebih baik dari dirinya padahal hal tersebut tidak tepat. Ketika seseorang berpikiran bahwa oranglain lebih baik dari dirinya sendiri, pada saat itulah ia telah gagal dalam memahami dan mengenal dirinya sendiri. Ketika kita nyaman menjadi diri sendiri, hal itu membuktikan bahwa kita telah mencintai diri kita sendiri dengan tidak menyakitinya dan tidak berusaha untuk menjadi orang lain namun kita akan berproses untuk menjadi lebih baik lagi, bukan hanya pada fisik melainkan juga karakter. Â
Jadilah cantik untuk dirimu sendiri, bukan untuk dilihat orang lain. Sebab sebuah "kecantikan" itu  tak abadi melainkan yang abadi adalah hati yang baik dan berintegritas yang akan diingat oleh orang-orang. Hiduplah untuk tidak menyakiti dirimu sendiri. Standarisasi "cantik" bukan soal fisik melainkan soal "hati". Seseorang akan cantik kalau hatinya juga baik dan selalu memancarkan Inner Beauty bahkan menjadi berkat bagi orang lain. Hal inilah yang akan abadi. Selamat berproses menjadi lebih baik dan Stop Insecure!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H