Mohon tunggu...
Treewani AGPangaribuan
Treewani AGPangaribuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Whatever you are, be a good one

A Theological student in Theologische Hochschule der HKBP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Melalui "Konjungsi Pembatas"

11 Maret 2021   11:00 Diperbarui: 11 Maret 2021   11:04 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bila mengingat sewaktu masa sekolah di tingkat SMP dan SMA kita pasti sudah pernah mempelajari kata konjungsi dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Menurut KBBI,  Konjungsi (kata sambung) adalah kata yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah kalimat atau menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam sebuah paragraf.

Kata penghubung dalam bahasa Indonesia berarti kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.  Sedangkan pengertian yang lain dari konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.

Biasanya kita menggunakan kata konjungsi dalam penyusunan kalimat yang baku. Namun, akan berbeda kali ini karena penulis ingin mengajak pembaca untuk memahami peran kata konjungsi tersebut di dalam realita kehidupan. Tentunya, kata konjungsi terdiri dari beberapa macam kata konjungsi. Seperti kata konjungsi yang penulis ingin paparkan adalah bagaimana peran "Konjungsi Pembatas" di dalam kehidupan. Konjungsi ini bertujuan untuk menyatakan suatu batasan terhadap suatu keadaan/kejadian. Kata hubung yang sering digunakan adalah : kecuali, selain, dan asal. 

            Penulis ingin mengajak pembaca untuk belajar melalui "konjungsi pembatas". Di dalam kehidupan yang selalu bersosial dan berinteraksi dengan orang banyak, tentu saja kita memiliki batasan tertentu dalam melakukannya. Dalam sebuah relasi tidak boleh melakukan segala sesuatu berdasarkan kemauan dan keinginan kita semata saja, karena ada batasan tertentu yang "boleh" untuk kita lakukan dan yang "tidak boleh" untuk kita lakukan.

            Di kehidupan masa kini tampaknya moral dan etika manusia mulai hilang. Terkhusus bagi kaum pemuda yang tidak dapat mengelola pikiran dan hati dengan baik. Bahkan mungkin saja orang yang sudah tua sekalipun masih mau terkesan seperti kekanak-kanakan. Ketika melakukan interaksi tersebut mungkin kita telah melewati batas yang wajar dan yang seharusnya. Manusia masa sekarang telah sulit untuk peka terhadap perasaan orang lain dan merasa biasa saja ketika menyakiti perasaan orang lain.

Mungkin saja hal tersebut sudah menjadi hal yang lumrah bagi sebagian orang yang sudah terbiasa melakukannya dan tidak pernah merasa bersalah atas apa yang telah diperbuat. Bahkan seseorang yang tidak mau mengerti akan perasaan orang lain bisa saja ia juga tidak mendapatkan kasih dari orang lain, jadi ia tidak dapat merasakan kasih yang sebenarnya sehingga tidak dapat untuk berbuat kasih terhadap sesamanya.

            Melalui "konjungsi pembatas" kita diajarkan untuk mempergunakan kata kecuali untuk sesuatu hal dalam batasan tertentu. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita seharusnya dapat melakukannya. Mengapa ? Karena manusia hidup untuk dapat memilah mana hal yang benar-benar baik untuk dirinya dan orang lain, dengan mana hal yang tidak baik untuk dirinya dan juga orang lain. Hal tersebut untuk sebagian orang adalah penting untuk memilah segala sesuatunya. Namun, bagi sebagian orang hal tersebut bisa saja menjadi hal yang sepele.

            Karena rasa "tak acuh" dan "kesepelean" manusia terhadap sesuatu hal, sering sekali membuat hidupnya bingung untuk memilih jalan yang mana ketika berada dalam sebuah persimpangan. Jika sejak semula tidak dipersiapkan dengan baik, maka akan keliru dan bisa saja terdampar karena salah memilih jalan. Maka dari itu, kata kecuali sangat berguna bagi kehidupan manusia. Kita dapat menggunakan kata kecuali untuk hal yang tidak baik dan tidak berguna bagi kehidupan kita. Ketika kita mampu mengecualikan hal-hal yang berenergi negatif  bagi pikiran dan hati kita, maka secara perlahan hati, pikiran, dan jiwa kita akan sehat dan terhindar dari segala hal yang membuat mood kita tidak baik.

            Selanjutnya, dalam "konjungsi pembatas" terdapat juga salah satunya kata selain. Dalam artian ada satu atau beberapa hal yang tidak boleh dimasukkan, dilakukan, dan diperbuat. Dalam kehidupan sering sekali kita tidak sadar akan peran kata selain, karena kita hidup dengan tujuan yang tidak jelas bagi seseorang yang tidak menganggap bahwa kehidupan itu bermakna.

Kita dapat melakukan semua hal selain hal yang tidak baik dan mampu untuk menghancurkan tatanan kehidupan dan harga diri seorang manusia. Segala sesuatu memang bermanfaat tetapi tidak semua hal itu baik dan berguna. Maka dari itu, kita dapat menjalani kehidupan dengan sebagaimana adanya dan mencari kebahagiaan kita masing-masing asalkan tidak merusak atau menghancurkan kehidupan orang lain demi mencapai kebahagiaan dan kepentingan diri kita sendiri.

Sebab, kita adalah ciptaan tertinggi yang diciptakan oleh Tuhan untuk dapat berkembang dan melakukan kehidupan dengan baik. Karena, Tuhan telah memberikan akal bagi manusia tentunya bukan akal yang tidak baik namun akal yang baik. Maka dari itu, pergunakan kehidupan yang diberikan Tuhan sebaik mungkin. Karena kita berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun