Mohon tunggu...
Tri Rochmadi
Tri Rochmadi Mohon Tunggu... -

Seorang anak desa yang bernama Tri Rochmadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Toleransi dengan Ucapan Saja?

28 Desember 2012   01:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apa Toleransi Hanya Sebatas Selamat Hari Raya?

Ini bukanlah cerita fiksi, ini ada faktanya dan admin akan menceritakan secara singkat saja dan dengan tokoh bukan sebenarnya namun ini juga bukanlah sinetron :D.
Sebagai seorang muslim tentu dia tahu akan lafadz Allah dalam QS Al Kafirun "Lakum dinukum waliyadin" "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku".
Kita sebut saja Bambang. Orangnya biasa saja. Rajin shalat ke masjid, bergaul dengan tetangga, suka membantu, dan amat menyantuni fakir miskin serta anak yatim. Dia dikenal oleh banyak orang, satu kampung hafal dengan Pak Bambang ini. Terlebih kampung itu dihuni oleh warga heterogen. Beragam agama, banyak suku bangsa, kebiasaan, tumplek jadi satu.
Saat tetangga sebelah rumahnya, Pak Sihombing, asli Batak, hendak pergi ke gereja di suatu hari Minggu, mobil tetangganya ini malah mogok, tidak bisa dibawa, Pak Bambang dengan senang hati meminjamkan mobilnya, “Silahkan dipakai.” Tersenyum tulus. Toh, seharian minggu itu keluarga Pak Bambang hanya kumpul di rumah. Saat tetangga lain rumahnya kena musibah, kebakaran, Pak Bambang tidak perlu dua kali berpikir memberikan bantuan, membuka pintunya untuk menampung, padahak jelas-jelas tetangganya ini Hindu. Pak Bambang menyantuni anak anak yatim piatu, tidak perlu bertanya ini agamanya apa. Bahkan saat sebuah kampung yg dekat dgn kampung mereka kena musibah, banjir bandang, meskipun sekampung itu Kristen, ada gereja yang rusak, Pak Bambang tidak perlu berpikir dua kali untuk membantu mengirimkan sembako, dan sebagainya.
Tapi seumur-umur, tetangganya tahu persis Pak Bambang tidak akan pernah mengucapkan ’selamat natal’, ’selamat waisak’, dan selamat lainnya kepada tetangganya yang berbeda agama. Tidak akan. Lah, tega sekali pak Bambang ini? Apakah dia ekstrem kanan hingga tidak mau hanya sekadar bilang kalimat itu? Maka tanyakanlah pada tetangganya yang berbeda agama. Tidak terbersit sekalipun mereka menganggap Pak Bambang ini ekstrem. Yang ada, jelas sekali Pak Bambang ini tetangga yang baik, nyaman, dan selalu menghormati mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun