Mohon tunggu...
trecy bedkowska
trecy bedkowska Mohon Tunggu... -

Hai! Senang rasanya bisa menyapa kompasianer lagi setelah sejenak menenggelamkan diri dalam aktivitas lain. Kali ini, saya ingin merasa lebih dekat dengan Kompasianer. Dan mungkin ini akan merubah sedikit format tulisan saya menjadi lebih personal. Enjoy:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Oleh-oleh Auschwitz-Birkenau (1)

7 Juni 2010   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_160916" align="aligncenter" width="300" caption="Bagian kamp exterminasi yang di tidak selesai di bangun"][/caption]

Kompasianers, salah satu alasan saya mengapa saya lama absen dari kompasiana adalah kegiatan perkuliahan saya yang agak tidak biasa. Salah satunya adalah subyek Holocaust dan Genocide. Terpikir sejak Maret lalu untuk menuliskan satu atau dua ulasan mengenai subyek tersebut. Namun niat itu urung, karena hati saya ragu. Ragu apakah saya memahami sepenuhnya "the Holocaust & Genocide" yang perkuliahannya menuntut saya untuk melakukan kunjungan ke obyek -obyek bersejarah, bertemu dengan para saksi mata atau korban 'the Holocaust', termasuk menulis laporan akhir sebanyak tiga ribu lima ratus kata. Bukan maksud hati untuk ikut -ikutan trend membahas ke'panasan' hubungan Israel -Palestina akhir -akhir ini. Namun memang subyek ini menjadi daya tarik saya sejak enam bulan terakhir.

Peristiwa monumental dari perkuliahan selama periode Maret-Mei tersebut tidak lain adalah kunjungan ke kamp konsentrasi Auschwitz ( atau Oswiencim dalam bahasa Poland) dan Kamp exterminasi atau kamp kematian di Birkenau ( Brzezinska dalam bahasa Poland). Saya anggap Monumental, karena kunjungan tersebut melelahkan secara mental dan fisik. Melelahkan secara mental, karena kita di suguhi terus menerus cerita penyiksaan dan penindasan yang sulit di percayai oleh indera kita, dan lelah secara fisik, karena kita harus berdiri dan berjalan kaki di ke dua kamp tersebut, di mana kamp exterminasi Birkenau, sangatlah luas, 20 kali lebih luas dari Auschwitz.

Tapi, saya tidak ingin menceritakan bagaimana kekejaman demi kekejaman di organisasikan ( ya,perlu di tekankan kata :organisasi ini) oleh rezim NAZI pada masa itu. Karena, ada banyak buku atau cerita atau opini yang telah menggambarkan peristiwa anti kemanusiaan tersebut secara gamblang, terlebih yang di tulis oleh para 'survivor' nya. Bahkan pada halaman wikipedia saja, frase elie Wiesel atau Night akan mengantar pembaca sekalian kepada uraian -uraian mengalir si Wiesel yang dengan lihai menceritakan peristiwa malam -malam panjang di kamp konsentrasi dalam kualitas sastra, kendati tulisannya adalah fiksi yang terinspirasi dari peristiwa pahit The Holocaust tersebut.

Ada banyak yang bisa kita gali dari sejarah hitam kemanusiaan ini. Kendati The Holocaust bukanlah satu -satunya peristiwa hitam dalam sejarah kemanusiaan dan genosid ( Gulag oleh rezim Soviet dan Armenian Genocide oleh Turki, namun implikasi dari 'industri pembunuhan terencana' ini sering dianggap sebagai titik peralihan dalam banyak aspek hubungan internasional, termasuk di nobatkannya aksi genosid sebagai 'jus cogen' atau dasar norma tertinggi dalam hukum internasional, yang berarti tidak ada kejahatan lain yang di nilai lebih buruk atau jahat selain kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain genocide, perbudakan, pembajakan di laut, penyiksaan, peperangan, apartheid masuk dalam kategori norma di atas norma.

Namun, hingga saya menuliskan ini, saya belum yakin, kemana saya ingin membawa kompasianer sekalian, karena kompleksitas topik tersebut. Kita bisa berkutat dengan kedukaan para yahudi yang di binasakan NAZI, atau kita bisa menyibukkan diri dengan ambisi NAZI untuk menjadi ras yang superior. Atau juga, kita bisa menenggelamkan diri dengan latar belakang mengapa NAZI memutuskan untuk menghabisi Yahudi, atau mengapa peristiwa exterminasi yahudi merembet ke peristiwa exterminasi ras -ras lainnya, atau juga, mungkin kita bisa mengaji hubungan diantara zionisme dan komunis-exterminasi yahudi-hubungan Israel dan Palestina (yang akhir -akhir ini sedang panas).  Dan akhirnya, yang menarik bagi saya pribadi adalah, bagaimana 'penderitaan' ini di dramatisasikan, di industrialisasikan, sehingga membuat Israel sebagai sebuah bangsa seolah -olah mendapatkan pembenaran mutlak atas semua perilakunya dalam usahanya untuk mewujudkan  Nation-state (Israel). Atau yang lebih kontroversial dari semua itu, adalah dengan imbas kemunculan Neo NAZI atau Anti semitism yang baru ( kendati tidak signifikan, tetap saja, fenomenanya menarik).

Pada prinsipnya saya akan mengalir saja dengan cerita-cerita di seputar peristiwa yang menguras emosi dan mengikis rasa kepercayaan manusia satu kepada manusia lain.

Salah satu saduran tulisan Wiesel yang menyayat hati " Di sini (kamp konsentrasi), tidak ada lagi ayah, Ibu, saudara atau teman. Semua orang hidup hanya untuk dirinya masing-masing. Bahkan ketika yang satu harus menghianati yang lain.... di kamp konsentrasi ini yang memimpin bukanlah NAZI, bukan juga Yahudi, namun ilusi".

[caption id="attachment_160911" align="aligncenter" width="300" caption="Tempat exterminasi tawanan Ausczhwitz"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun