"Semua mahasiswa bisa merasakan perkuliahan namun tidak semua mahasiswa merasakan perkuliahan melalui program pertukaran mahasiswa". Kalimat tersebut seringkali muncul di berbagai media social dan memiliki magnet tersendiri bagi pembacanya, terkhusus bagi penulis sendiri.
MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) adalah sebuah program yang diluncurkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan permendikbud no 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. MBKM memiliki 8 jenis yaitu: (1) pertukaran mahasiswa, (2) praktik kerja profesi, (3) asistensi mengajar di satuan pendidikan, (4) riset/penelitian, (5) proyek kemanusiaan, (6) kegiatan wirausaha, (7) studi/proyek independen, dan (8) proyek/membangun desa. Penulis berkesempatan menjadi bagian dari PMM 4 dari Universitas Sumatera Utara ke Universitas Gadjah Mada.
PMM (Pertukaran Mahasiswa Merdeka) adalah sebuah program yang melibatkan kerjasama dari hampir seluruh universitas di Indonesia. Penulis dalam pertukaran nya ke Universitas Gadjah Mada berkesempatan memiliki teman-teman dari berbagai pelosok Nusantara dan banyak mengukir kenangan di Yogyakarta. Penulis juga merasakan berbagai fasilitas yang ada di Universitas Gadjah Mada mulai dari tersedianya air isi ulang di berbagai sudut di UGM, lingkungan nya yang sangat sejuk ditambah lagi ada tempat duduk di berbagai jalan kampus membuat mahasiswa focus belajar. Selain itu, tersedianya sepeda kampus, ada transportasi bus kampus yang dinamakan Toyagama menjadi sarana transportasi mahasiswa. Jangan salah lho!, perpustakaan pusat UGM juga tutup nya malam, sehingga ketika menjelang ujian kita dapat belajar di Perpustakaan Pusat UGM.
Penulis dalam pertukarannya ke UGM tergabung dalam Kelompok Modul Nusantara Niskala. Terdapat 10 kelompok modul nusantara UGM dengan dosen yang berbeda-beda  dan siap melakukan Modul Nusantara.
Apa itu Modul Nusantara? Modul Nusantara adalah mata kuliah wajib mahasiswa PMM. Modul nusantara mewajibkan mahasiswa PMM mengeksplor kota Universitas Penerima nya untuk belajar, mendapat pengetahuan tentang keberagaman, memahami dan menghargai seluruh keberagaman tersebut.
Kelompok Niskala sudah melakukan banyak kegiatan seperti mencoba makanan khas Yogyakarta (Gudeg, Jenang, Bakpia, Sate Klathak) dan mencoba juga makanan khas daerah teman teman lain (Mie Aceh, Keripik Pisang, Kue Ikan, Bawang Goreng khas Sulawesi dan masih banyak lagi). Niskala juga sudah banyak mengekslor berbagai daerah di Yogyakarta seperti Jejamuran (Olahan berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi), Candi Prambanan (Candi yang terkenal di Indonesia), Lava Tour (Tour yang berada di kaki gunung Merapi dan disana terdapat banyak sejarah meletusnya Gunung merapi pada tahun 2010 lalu), Desa Wisata Pulesari (Desa Wisata yang juga berada di kaki gunung merapi sebelah barat dengan masyarakat yang kreatif dan menambah pemasukan desa),  Keraton Ngayogyakarta, Museum Sonobudoyo, Satoloka (disini kita dapat melihat berbagai hewan). Selain itu,  mereka juga mengelola susu kambing menjadi ice cream, dessert, pudding yang kemudian dijual di minimarket Fakultas Peternakan UGM).
Dari pengalaman ini, penulis dapat belajar banyak hal tentang Indonesia dan keberagaman nya. Keberagaman yang ada bukan menjadi suatu penghalang, melainkan keberagaman adalah suatu kekayaan yang menjadikan Indonesia semakin erat.
Hal lain yang dapat disorot ialah cara komunikasi yang berbeda baik dari logat, penekanan bahasa bahkan bahasa yang terbawa dari daerah asal. Hal ini menarik karena pertukaran mahasiswa di UGM berasal dari seluruh Indonesia. Dan pada kenyataan nya, perbedaan komunikasi ini bukan menjadi sebuah gap, namun sebuah pemahaman bahwa teman-teman PMM semakin mengenal bahasa daerah yang ada di Indonesia bagaikan sebuah mozaik yang disusun satu persatu, begitulah seluruh teman teman se-Nusantara berkumpul di Universitas Gadjah Mada.