Mohon tunggu...
Fikriyatul Falashifah
Fikriyatul Falashifah Mohon Tunggu... Administrasi - Fikriyatul Falashifah is an Awardee of Indonesia Endowment Fund for Education (LPDP RI) PK-81. She took Master of Development Studies program at Victoria University of Wellington, New Zealand. Currently, she is working at IAIN Salatiga as a staff of Student and Partnership Affairs. In 2014, she did internship in Center of International Forestry Research (CIFOR) and have conducted the research regarding greenhouse gasses emissions in Katingan, Central Kalimantan. She enjoys solo travel, playing musical instruments (piano and guitar), and eager for any kinds of adventure.

Student and Partnership Affairs - IAIN Salatiga. Communicate is not only by language.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Bikin Gerakan Sosialmu Sukses!!

23 Juni 2014   15:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang baru lho, di pembekalan terakhir inovator muda @inovasia_id tahap 1 ini. Pekan lalu (Sabtu, 07 Juni 2014) di Desa Leuweung Kolot, inovator muda diwakili Jhonson memaparkan hasil kerja mereka yakni berupa potret prototype pengolahan limbah tahu menjadi biogas. Selain itu, ada pembekalan materi yang nggak kalah keren dibanding pekan sebelumnya. Kali ini pembicaranya mas Bachtiar Firdaus, beliau ini Direktur Indonesia Bangun Desa.

Di tempat sederhana nan teduh, mas Bachtiar sedikit memaparkan tentang 7 poin penting untuk mewujudkan gerakan sosial yang berkualitas. Nah, buat kamu yang pengen gabung @inovasia_id atau mau buat gerakan sosial sendiri, simak 7 resep berikut ini :

A. Hutang Kita Pada Desa


Sebagian besar gerakan sosial menjadikan desa sebagai lokasi project atau sasaran kegiatan sosialnya. Ternyata, negara ini punya 70 ribu desa lho. Kita tahu bahwa sebagian besar penduduk desa bekerja di sektor pertanian dan peternakan hulu, dengan tingkat kesejahteraan yang kurang. Padahal, kebutuhan makan primer kita seperti nasi, sayur dan lauk lahir dan besar di desa. Berkat ‘jasa’ desa-desa ini nih, kita punya hutang untuk membantu masyarakat desa juga. Karena semakin sejahtera suatu desa, produktivitasnya akan meningkat, dan daya untuk mencukupi kebutuhan pangan negeri ini bisa meningkat juga. Nggak akan bisa jadi Indonesia yang besar kalau anak-anak mudanya nggak mau kembali ke desa.

2. B. Believeing is seeing


Selama ini, paradigma yang terbentuk di masyarakat adalah mereka akan mempercayai sesuatu setelah mereka melihat dengan mata kepala sendiri. Nah, sebagai pelaksana gerakan sosial yang akan memperkenalkan inovasi atau kegiatan di desa, kita harus merubah pola pikir itu, dari “seeing is believing” menjadi “believing is seeing”.

Kenapa? karena kita harus membuat masyarakat percaya pada sesuatu yang kita bawa dari mulai sebelum program itu berjalan. Karena hal itulah, sosialisasi, pendekatan awal dan observasi kondisi masyarakat serta uji coba inovasi menjadi penting sebelum suatu inovasi atau kegiatan diterapkan. Gampangnya, kita ambil prinsip PDCA (Plan, Do, Check, Act) agar apa yang kita bawa ke masyarakat itu efektif, efisien dan berkelanjutan.

Inovator muda harus pandai membaca iklim, membaca trend, merangkum informasi dan reinventing the wheel. Selain itu, sentuhan lokal juga penting untuk dikombinasikan dengan inovasi yang telah ada. Believing is seeing dibuktikan dengan hasil kerja kita.

3.C. Profesional dan Sustain


Keterbatasan bukan halangan dan alasan untuk hasil kerja yang asal-asalan. Bahkan, ide-ide besar harus lahir dari tempat yang sesederhana mungkin. Kita harus mengubah keterbatasan menjadi hal yang luar biasa. Program ini, sesustain apa? Apa yang sudah dibuat sehingga program ini berjalan lama? Dalam hal ini, kesuksesan angkatan pertama dalam suatu gerakan sosial menjadi penting, karena dengan set standar keberhasilan yang tinggi di awal, suatu program sosial bisa dikatakan berhasil dan ‘layak jual’. Selanjutnya, hal ini akan menjadi daya dukung atau resources bagi angkatan atau kegiatan selanjutnya.

4.D. Bisa dihitung secara economic scale


Jawaban keberhasilan dari setiap program adalah Economic scale. Artinya, seberapa jauh program yang dilakukan itu memberikan nilai tambah atau nilai jual. Berapa tingkat produksi dan konsumsinya? Make sure kualitas, kuantitas dan “harga” produk yang dihasilkan terukur dengan baik. Dari segi pemeliharaannya harus sederhana.

Bagaimana kita bisa meyakinkan orang untuk percaya, padahal kita sendiri belum percaya? Manfaat produk yang dihasilkan harus konkrit, kawan. Satu lagi, memproduksi berarti membuat, memasarkan, mengevaluasi dan mengembangkan. Oleh karena itu, kita harus punya data perhitungan yang konkrit dari nilai ekonominya. Syukur kalau ada bukti terstandar seperti ISO, sehingga inovasi kita benar-benar diakui. Ingat, masyarakat itu “seeing is believing”. Mereka percaya bukti.

5. E. Success Story dan Role Model


Nah, ini nih beratnya jadi angkatan pertama dan manajemen suatu program yang baru dirintis. Mereka harus jadi pioneer yang melahirkan world of models, yang bisa jadi legend, agar programnya bisa mengikutsertakan banyak orang, menarik stakeholder, donatur dan pihak-pihak terkait lainnya. Menanamkan kepercayaan di awal itu penting.

Apa sih success story? Ini tiga syarat kenapa suatu program bisa dikatakan success story :


  • Membuat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah. Indikatornya, perubahan ini, dirasakan nggak, sama masyarakat sasaran? Coba diteliti dan ditelaah.


  • Bukan hanya menginspirasi, tetapi juga bisa diduplikasi dengan cepat di tempat lain. Untuk itu, harus ada booklet atau panduan yang jelas, bisa diakses dan dibaca semua orang. Rencana kerja, operasionalnya dan notulensi harus ada. Legalitasnya harus jelas.


  • Kita dikejar-kejar banyak stakeholder, misalnya : wartawan, Bank, Pabrik atau perusahaan sebagai sasaran CSR (Coorporate Social Responsibility)


Sudahkah program atau kegiatan kalian melahirkan success story dan role model untuk diteladani? Kalau belum, jangan patah semangat ya!

6. F. Networking atau jaringan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun