Yak, sudah bulat keputusan saya, hari ini tidak mau berjalan kaki (jauh). Semalam saya tidur dengan kaki berlumur C**nt*rp**n, untuk meredam ketegangan otot yang dipaksa berjalan seharian ke Batu Caves & Sri Mahamariamman Temple. Bangun pagi ini lumayanlah pegel-pegel berkurang, tapi masih tetap malas untuk berjalan lagi. Lha, mau jalan-jalan kok nggak mau jalan kaki? Tenang, kan bisa keliling kota ke tempat-tempat wisata pakai bus hop on hop off. Sekali-kali backpacker menyamar jadi turis boleh dong… Dengan malasnya saya meregangkan tubuh yang masih pegal, kemudian membalikkan badan ke arah tembok. Tiba-tiba pintu kamar yang menghadap dapur terbuka, teman saya masuk sambil menyeruput teh manis panas. Serta merta tercium harum roti panggang berselai yang membangunkan kami yang masih bermalas-malasan. Seperti lazimnya backpacker hostel, disini disediakan roti berikut toaster dan berbagai jenis selai untuk sarapan, juga menyediakan teh dan kopi instan yang dapat diseduh dengan air panas dari dispenser yang tersedia. Rasa lapar membuat saya turun dari bunk bed ini, dan ikut sarapan sambil mengobrol dengan penghuni hostel lain.
Tujuan pertama pagi ini adalah KLCC. Nggak, saya nggak berminat untuk foto-foto narsis berlatar belakang Petronas Twin Tower. Rencananya teman-teman akan mengantri untuk naik ke skybridge, jembatan diantara kedua menara tersebut, sementara saya sudah punya agenda sendiri untuk berburu geocache disekitar KLCC. Sesampai kami di KLCC pukul 6:30 pagi, tiket skybridge sudah habis. Biasanya kalau sore saya suka bengong nontonin air mancur di KLCC Park, tapi berhubung sekarang masih pagi jadi belum jalan deh pertunjukan air mancurnya. Untuk beberapa saat, teman-teman duduk bengong, nggak tau mau ngapain sementara saya keluyuran sambil melototin kompas digital di telepon genggam saya untuk mencapai koordinat GPS tertentu. Nggak tega ngelihat mereka bengong nungguin saya, jadilah saya membatalkan rencana bermain geocaching. Kebetulan saat ini kami berada di depan halte Petrosains KLCC, yang juga salah satu tempat pemberhentian bus Hop On Hop Off (HOHO). Celingak-celinguk cari penjual tiket, seseorang menghampiri saya dan menawarkan tiket. Sempat ragu takut dia calo sih, tapi orang itu pakai seragam HOHO, jadi ya saya beli tiketnya seharga RM38. Sempat nanya ke dia, kapan bus lewat sebelum kita datang, katanya udah 10 menit yang lalu. Rupanya frekuensi bus HOHO nggak seperti yang diiklankan yaitu 30menit, soalnya kita nunggu juga setengah jam di halte ini. Yah, namanya juga bus, maklumlah kalo kena macet.
Bus yang ditunggu akhirnya datang juga. Berhubung kami norak-norak bergembira, setelah menunjukkan tiket langsung naik ke bagian atas double decker alias bus bertingkat ini. Langit-langit bus HOHO ini berupa jendela dengan kaca mati, sehingga isi bus-pun bermandikan sinar matahari. Terdapat dua layar LCD, satu di bagian pojok kiri depan dan satu lagi menggantung di tengah langit-langit deretan kanan. Belakangan saya sadar bahwa keduanya nggak nyala, kayak hiasan aja, hehehe... Bus kembali berjalan saat kami berjalan ke bagian belakang lantai atas, yang berupa tempat terbuka dengan bangku berbentuk U. Teman-teman cowok langsung bersuka ria ngerokok, karena dari tadi susah menemukan lokasi tanpa simbol no smoking. Baru sebentar diluar, saya nggak betah karena selain panas, anginnya juga kencang. Saya kembali masuk ke dalam badan bus, dan duduk di bangku paling depan. Baru saya sadari, bahwa ada suara rekaman pemandu wisata yang terdengar dari speaker di sisi badan bus, menerangkan objek wisata yang kami lalui. Berhubung saya duduk di pojok kanan, jadi berasa di posisi pengemudi. Baru ngeh kalo bus HOHO ini doyan ngebut walaupun lewat jalan-jalan sempit, alhasil kaki pun berkali-kali berusaha nge-rem, reflek nyetir. :p Setelah beberapa saat, saya jadi terbiasa dan malah menikmati deg-deg-an saat kaca depan bus nyaris bersentuhan dengan lampu lalu lintas tiap kali berbelok di persimpangan jalan. :D
Tadi saya naik di Stop 22, dekat KLCC. Objek wisata utama dekat sini adalah Suria KLCC, mall seluas 140,000 m² yang berada dibawah Menara Kembar Petronas Towers. Mungkin udah banyak yang tau kalau Tower 1 dibangun oleh Hazama Corporation dari Jepang dan Tower 2 dibangun oleh Samsung Engineering & Construction dari Korea Selatan. Sekarang kami mendekati Stop 1, The Malaysia Tourism Center (MTC) yang dibangun tahun 1935, selanjutnya kami menuju Stop 2 di pelataran KL Tower alias Menara Kuala Lumpur yang berdiri di puncak Bukit Nanas. Lain waktu akan saya ceritakan pengalaman trekking di Bukit Nanas Forest Reserve dalam perjalanan ke KL Tower, sekarang kita lanjut dulu ke Stop 3 yang berada di Jalan P. Ramlee, daerah yang terkenal dengan kelab malamnya.
Stop 4 berada di KLCC, dekat dengan Stop 22 tempat kami naik tadi. Objek wisata dekat sini adalah KLCC itu sendiri (Kuala Lumpur City Centre) yang meliputi KL Convention Centre, menara kembar Petronas, Aquaria KLCC, pusat perbelanjaan Suria KLCC, dan KLCC Park. Pemberhentian berikutnya adalah Stop 5, disini ada Karyaneka yang menjual berbagai kerajinan khas Malaysia, Craft Cultural Complex, dan Rumah Penghulu Abu Seman yang merupakan rumah tradisional melayu. Aslinya Rumah Penghulu Abu Seman ditemukan di Kedah dalam keadaan tak terurus, setelah dipindahkan kesini dan direstorasi sekarang berada di taman Badan Warisan Malaysia (BWM). Bus hanya berhenti beberapa saat untuk penumpang yang turun, tapi nggak ada yang naik dari sini. Perjalanan dilanjutkan ke Stop 6 yang berada di tengah pusat perbelanjaan Bukit Bintang. Disini ada Sungei Wang Plaza dan Bukit Bintang Plaza yang merupakan pusat perbelanjaan tertua di KL. Ada juga Bintang Walk yang merupakan deretan kafe, restoran, dan kelab malam merentang dari mal Lot10 sampai ke hotel JW Marriott. Asyiknya kalo kesini malam hari, soalnya lighting-nya keren. Ada juga mal Pavilion Kuala Lumpur yang dulunya merupakan lokasi sekolah perempuan Bukit Bintang, yang merupakan sekolah tertua di Kuala Lumpur. Satu lagi landmark di dekat sini adalah Berjaya Times Square, yang konon adalah taman bermain indoor terbesar di Asia, didalamnya ada indoor rollercoaster kedua terpanjang di dunia dan sekitar 1,000 unitpertokoan. Kami berencana akan berhenti di Stop 6 ini hanya gara-gara saya melihat papan iklan Uniqlo segede gaban, secara saya suka banget merk keluaran Jepang ini. Bukan karena saya hobi belanja lho… Maklumlah, merk ini di Indonesia belum masuk. Sementara saya simpan dulu rencana nge-mal, dan melanjutkan perjalanan ke Stop 7 yang masih dekat dengan Bukit Bintang yaitu Ain Arabia. Disini ada Irish pub Finnegan’s di Jalan Sultan Ismail, dengan gerbang beton bertuliskan Ain Arabia. Nggak ada yang turun ataupun naik disini, jadi lanjutlah kami ke Stop 8, yaitu Chinatown. Ada satu nama yang langsung tersirat saat orang bilang Chinatown KL, yak… itulah Petaling Street. Disini seperti Chinatown manapun di seluruh dunia, ada segala macam barang yang dijual dengan kualitas yang patut dipertanyakan, hehehe… no offense. Yang jelas jangan ngaku jago nawar kalo beli barang disini nggak dapet sepertiga dari harga yang ditawarkan. Oya, tadi malam kami sudah sempat kesini, jadi sekarang kami nggak turun n lanjut ke lokasi berikutnya yaitu Stop 8 yang berada di Stadium Merdeka. Disebut juga sebagai Independence Stadium, lokasi ini dibangun untuk merayakan deklarasi kemerdekaan Malaysia pada tanggal 31 Agustus 1957. Konon disini pernah diadakan SEA Games 1977 dan Pesta Bola Merdeka tiap tahun. Masih nggak tertarik untuk turun, kami pun tetap duduk manis hingga pemberhentian berikutnya.
Mendekati pemberhentian berikutnya, kami mulai mengenali lingkungan sekitar. Wah, ternyata kami sudah kembali ke dekat hostel. Rupanya Stop 9 berada tepat di depan Central Market yang terletak di pinggiran Chinatown, lokasinya juga dekat dengan Sri Mahamariamman Temple yang sudah kami kunjungi kemarin. Berhubung teman-teman lapar (ingat, kami tadi hanya sarapan roti isi selai), maka kami putuskan untuk brunch di Central Market. Kami senang makan di food court lantai dua bangunan ini, karena pilihan makanan bermacam-macam dan harganya pun bersahabat. Kali ini saya makan laksa, sementara teman-teman memilih mengisi perut dengan nasi lemak. Selesai makan, kami sempatkan berkeliling untuk mencari cendera mata. Seperti yang sudah saya ceritakan, ada teman yang pertama kali backpacking bareng saya, jadi mereka perlu diingatkan untuk nggak belanja terlalu berat supaya nanti pas pulang nggak kena charge tambahan bagasi. Tiket yang saya beli memang tiket promo tanpa bagasi, jadi masing-masing hanya bisa bawa cabin baggage seberat 7kg. Rupanya teman saya cukup pintar untuk mencari jenis souvenir yang banyak tapi ringan, jadi sukses lah belanjanya. Usai belanja, kami kembali menunggu bus HOHO di halte selama sekitar setengah jam, dan tadaaa... kami naik bus yang sama dengan yang kami tinggalkan tadi lho!
Bus kembali melaju, menuju stop 10 di Istana Negara / National Palace, yang merupakan tempat tinggal resmi Yang di-Pertuan Agong Raja Malaysia. Disini bus HOHO berhenti lebih lama dari biasanya, untuk member kesempatan para penumpang untuk turun dan mengambil foto. Istana negara seluas 110,000 meter persegi ini berada di lembah Bukit Bintang menghadap ke Sungai Klang River, sepanjang Jalan Syed Putra. Kami yang baru naik malas untuk ikut turun bersama para penumpang lain, lagipula diluar sangat panas, mendingan ngadem di bus sampai penumpang lain kembali lagi. Sayang tempat duduk paling depan sudah ada yang menempati, jadi saya duduk di baris keempat sebelah kanan. Pemberhentian berikutnya adalah Stop 11 – KL Sentral, yang dibuka pada tanggal 16 April 2001 dan merupakan stasiun kereta api terbesar di Asia Tenggara. Setelah itu di Stop 12 ada Muzium Negara yang bangunannya mengadaptasi arsitektur Minangkabau yaitu Rumah Gadang. Bangunan ini berlokasi di luar Perdana Lake Gardens alias Taman Tasik Perdana, tepatnya di Jalan Travers. Hanya lewat, berikutnya adalah Stop 13. Disini ada beberapa objek wisata seperti gedung Parlimen Malaysia, Tugu Negara (National Monument), ASEAN Sculpture Garden, serta Taman Tasik Perdana. Yang disebut terakhir, sudah ada sejak tahun 1888. Taman seluas 91.6 hektar ini sebenarnya lokasi ideal untuk bermain geocaching karena banyak geocache yang tersembunyi didalamnya. Sayangnya hari ini saya tak punya cukup waktu untuk mencari satu pun geocache di KL. Saking luasnya, taman ini menghubungkan National Monument, Deer Park, Butterfly Park, Bird Park, Carcosa Seri Negara, The Forest Research Institute, Orchid Garden dan Hibiscus Garden. Nah, Stop 14 berada di salah satu ujung taman, didekat Orchid Garden yang didalamnya terdapat 800 spesies anggrek. Tak jauh dari Orchid Garden, terdapat KL Bird Park seluas 20.9 hektar dan National Planetarium. Disini juga ada Tun Abdul Razak Memorial, yang dulunya adalah tempat tinggal Tun Abdul Razak, PM kedua Malaysia yang juga dikenal sebagai “Father of Development”. Bus melaju melalui jalan sempit di kontur tanah KL yang berbukit-bukit, sesekali terdengar gemerisik dedaunan yang bergesekan dengan badan bus. Pemberhentian selanjutnya adalah Stop 15, didekatnya ada Islamic Art Museum, Masjid Negara yang dibangun tahun 1965 dan berkapasitas 15000 orang, serta Keretapi Tanah Melayu Berhad (KTMB) atau Malayan Railways Limited. Perjalanan berlanjut ke Stop 16 di Dataran Merdeka / Merdeka Square yang terletak di seberang Sultan Abdul Samad Building. Di Dataran Merdeka inilah bendera persekutuan diturunkan dan digantikan dengan bendera Malaysia pada tanggal August 31, 1957. Sejak saat itu, disini diadakan Parade Hari Merdeka / National Day Parade tiap tahunnya. Di dekat Dataran Merdeka ada The Royal Selangor Club / Kelab di-Raja Selangor, Sultan Abdul Samad Building yang terkenal sebagai landmark KL sebelum didirikannya Petronas Twin Towers, gereja St. Mary’s Cathedral, serta Masjid Jamek yang diresmikan pada tanggal 23 Desember 1909. Berikutnya adalah Stop 17 yaitu business district di area Jalan Tuanku Abdul Rahman (semula namanya Jalan Batu) yang diberi nama seperti Yang di-Pertuan Agong Raja Malaysia pertama. Dari sini menyusuri Jalan Raja Laut ke arah utara ada dua pemberhentian Stop 18 dan Stop 19 yang disekitarnya tidak ada landmark tertentu, hingga Stop 20 yang terletak di dekat Istana Budaya / The Palace of Culture, National Art Gallery, dan Taman Tasik Titiwangsa seluas 46 hektar. Saya beruntung pernah kesini dulu untuk naik Eye on Malaysia, tapi sejak akhir tahun 2008 bianglala setinggi 62 meter ini sudah dipindahkan ke Kota Laksamana di Melaka. Lain waktu saya ceritakan tentang Eye on Malaysia, sekarang kita lanjut dulu ke Stop 21 di dekat Ampang Park Shopping Centre (APSC), dan kembalilah kami ke Stop 22 di KLCC tempat kami berangkat tadi.
Kami ikut berputar lagi sampai ke Stop 6 Bukit Bintang untuk makan siang dan jalan-jalan, sebelum akhirnya ke KL Sentral untuk kembali ke Bandara LCCT pakai Sky Bus. IMHO, kalau sekedar mau pusing-pusing kota alias berkeliling ke tempat-tempat yang saya sebutkan tadi, akan jauh lebih murah kalau mau pakai bus umum. Bayangkan kalau dengan RM2 bisa ambil salah satu jalur dari ujung ke ujung, berarti RM38 bisa ambil 19 jalur, padahal untuk ke tempat-tempat itu paling cuma butuh 4 atau 5 jalur bus. Kalau malas pakai bus, bisa juga pakai LRT, agak mahalan dikit tapi jauh lebih cepat dibanding bus umum, dan pastinya nggak akan ngabisin RM38. Tapi kalau pengen uji adrenalin ngebayangin jadi supir bus tingkat, silahkan coba, hehehe…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H