Mohon tunggu...
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Call me Ririe. An accidental traveler, yet a zealous worker. Author of @JalanJalanHemat ke Eropa, globetrotter wannabe, ngaku backpacker tapi ga punya backpack, open water diver, it's just me anyway... Feel free to share my blog to others. :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jepang #8 - Imperial Palace

23 Maret 2011   02:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13008459422041956458

Ceritanya kan sekitar tahun 1600, Shogun Tokugawa Ieyasu, memilih Edo -suatu desa nelayan kecil dekat sungai Sumida River- sebagai ibukota shogunate. Dalam perkembangannya, Edo menjadi kota terbesar di dunia pada tahun 1600an dengan sekitar sejuta penduduk, dan kemudian berubah jadi Tokyo - ibukota Jepang pada tahun 1868. Yang asyik dari kota metropolitan ini, kita bisa jalan-jalan keliling dengan jalan kaki beneran. Pernah saking asyiknya 'menyasarkan diri' dengan berjalan kaki, tiba-tiba saya sampai di stasiun kereta yang jaraknya 3 stop dari stasiun tempat saya turun sebelumnya. Emang sih, jarak antar stop di stasiun kereta itu tidak terlalu jauh, tapi kan saya nggak jalan lurus dibawah rel kereta. :D Nah, salah satu tempat yang asyik buat jalan-jalan adalah seputar Imperial Palace. Berlokasi di pusat kota Tokyo, awalnya istana ini merupakan Edo Castle tempat shogunate menjalankan pemerintahan. Seperti yang saya bilang di awal tulisan, pusat pemerintahan dipindahkan dari Kyoto ke Tokyo tahun 1868. Alhasil Kaisar juga pindah rumah ke Imperial Palace ini. Secara resmi Edo Castle diganti namanya jadi Kyujo a.k.a Kokyo [皇居,] a.k.a Imperial Palace. Udah cukup pelajaran sejarahnya, ayo kita mulai jalan-jalan. Diawali dari stasiun kereta Tokyo yang arsitekturnya oldies banget, beda banget ama rata-rata stasiun kereta lain yang sudah modern. Kalo mau tau lebih lanjut siapa arsitek yang bikin bangunan tingkat tiga ini, silahkan googling aja. Katanya sih, di stasiun ini pernah ada pembunuhan Hara Takashi, Perdana Menteri Jepang waktu itu, hiy... serem. Yang jelas walaupun jadi stasiun utama di Tokyo metropolis (sekitar 3000 kereta per hari!), stasiun ini masih kalah gede ama Shinjuku station. Dulu pertama saya datang ke Tokyo bukan di Narita airport tapi di stasiun kereta Tokyo ini lho... waktu itu saya pake Tokaido Shinkansen si kereta peluru dari Nagoya. Sayangnya, waktu itu langsung ngejar kereta lain ke Yokohama, jadi ga sempat explore daerah sini. Jiah... jadi nostalgia. :p Oya, dibawah stasiun kereta ini ada underground walkways yang penuh dengan toko, café, dan restoran. Keluar dari stasiun kereta ini via Marunouchi exit, kita bisa lihat gedung kantor pos yang gak kalah jadulnya. Biarpun bangunannya jadul, Tokyo Central Post Office yang dibangun tahun 1931 ini tetep keren. Dari sini, jalan kaki menuju Imperial Palace Plaza sekitar 15 menit. Sepanjang jalan ini banyak taman yang keren, baik yang ada patungnya, air mancur, maupun yang cuma bangku dikelilingi tanaman. Sesampainya di Imperial Palace Plaza, dengan sedikit memutar kita bisa lihat Nijubashi Bridge (nijubashi bridge = double bridge) yang dibangun dari jaman Meiji. Dulunya jembatan ini terbuat dari kayu tapi udah hancur kena bom jaman perang. Oya, dari arah tertentu kita bisa dapat foto bagus lho, Nijubashi Bridge dengan background Fushimi Yagura. Bangunan yang disebut belakangan ini adalah bagian dari Imperial Palace, digunakan sebagai watchtower. Berhubung saya nggak diundang masuk untuk minum teh bersama Kaisar dan keluarganya, jadi saya cuma melipir memutari Imperial Palace Plaza berharap bisa dadah-dadah ama yang ada didalam istana sana. *lebay Ga berhasil ketemu Kaisar, saya balik arah lewat Otemon Gate untuk masuk ke Higashi Koen (higashi = timur, koen = taman). Meskipun masih wilayah Imperial Palace, ternyata gratis kok masuk ke taman ini. Sebenernya dari sini kalo mau diterusin jalan bisa lanjut ke Kitanomaru Park ama Yasukuni Shrine, tapi saya udah capek jalan n kelaparan. Yang ada juga balik kanan untuk berburu kuliner di pertokoan bawah tanah di Stasiun Tokyo, hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun