Mohon tunggu...
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari
Accidental Traveler Yudhinia Venkanteswari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Call me Ririe. An accidental traveler, yet a zealous worker. Author of @JalanJalanHemat ke Eropa, globetrotter wannabe, ngaku backpacker tapi ga punya backpack, open water diver, it's just me anyway... Feel free to share my blog to others. :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Frekuensi Rahasia

31 Januari 2012   01:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik gerimis mulai berganti butiran air hujan. Lapisan embun mulai menyelimuti kaca depan. Sesekali kedua batang wiper menyapu titik-titik air. Aku merapatkan jaket; dia memutar pengatur suhu kekiri. Kami berdua menatap kosong pada tetesan air hujan, masih tak mau mempercayai perpisahan ini. Suara musik mengisi keheningan ini.

Ingatanku melayang ke delapan tahun yang lalu, saat seorang teman baikku mengidolakannya. Sebagai sahabat yang baik, tentunya aku memilih mundur teratur, memendam rasa dalam hati. Hari berlalu, mereka tak kunjung bersatu. Ada penghalang diantara mereka; penghalang yang sama jika aku berada pada posisi teman baikku. Kami pun tetap hanya menjadi teman biasa, sampai beberapa bulan yang lalu. Beberapa kali aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Meja kedai kopi menyatukan kami untuk sekedar mengobrol atau bertukar cerita. Beberapa minggu terakhir, hampir setiap malam kami menghabiskan waktu bersama.

Penunjuk waktu di pemutar musik menunjukkan bahwa sekarang sudah lewat tengah malam. Dia berdeham memecah keheningan pada jeda antar lagu. Kutunggu dia bicara, tapi tak ada satupun kata keluar dari mulutnya. Ya, kami tak perlu kata-kata. Mengucapkan selamat tinggal tak ada artinya, kalau lain waktu kami masih akan bertemu lagi. Bukankah itu akan menjadi sesuatu yang indah?

Kurasa dia dapat menangkap apa yang kuucapkan dalam hati. Ada frekuensi rahasia diantara kami. Hati kami mengobrol dalam diam, mengulang semua kenangan. Ya, kenangan yang seberapapun ingin segera kulupakan, akan selalu tertancap di pikiran. Kukirim sebuah pesan ke hatinya: kalaupun kita berpisah nanti, kamu tetap ada disini, di hatiku.

Aku tersenyum, meskipun pipiku hangat oleh aliran airmata. Dia meraih daguku, menghapus airmata itu dengan ibu jarinya. Dia memelukku erat. Ya, hatinya mendengar apa yang kuucapkan. Kami tak perlu kata-kata. Ada frekuensi rahasia diantara hati kami. Lain waktu kami masih akan bertemu lagi. Hati kami saling berkirim pesan: I love you.

Ditulis pada pertemuan Reading Lights Writers Circle 28 Januari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun