Mohon tunggu...
Agus Gunawan
Agus Gunawan Mohon Tunggu... -

@agustrainer\r\nfacebook.com/agustrainerpage\r\nvideo profile: tinyurl.com/agusprofile\r\n\r\nBidang training :\r\nPresentation Skill,\r\nSales,\r\nNegotiation Skill,\r\nSlide Design (for Business),\r\nLeadership,\r\nTeamwork,\r\nMotivation,\r\nTrain for Trainer, \r\nSuport System,\r\nService Excellence.

Selanjutnya

Tutup

Money

Sikap yang Harus Dihindari Dalam Mencari Solusi

1 Agustus 2013   23:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh: @AgusTrainer

Dalam dunia profesional kadang muncul masalah yang sulit dihindari. Anda masing-masing tentu lebih paham bidang pekerjaan anda, sehingga dapat menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai permasalahan. Dalam menyelesaikan permasalahan ada beberapa hal yang wajib untuk dihindari : Menghindar. Banyak orang memilih untuk menghindar dari suatu masalah tertentu atau tanggung jawab yang harus dilakukannya. Sebaiknya sikap seperti ini jangan dipelihara, tingkatkan keahlian dan kapasitas anda untuk menangani hal-hal tersebut melalui berbagai sumber. Menghindar dari orang lain atau kelompok karena enggan berdiskusi atau menjauhi tanggung jawab, bukan hal yang baik. Kemampuan untuk mengatasi masalah akan membuat diri anda terlihat baik dan professional bagi pelanggan, rekan bisnis, team, maupun atasan. Selalu menghindar tidak membuat anda berkembang dengan baik. Beberapa orang bahkan mengambil keputusan atas dasar ingin menghindari tanggung jawab. Diam sepihak. Mendiamkan orang lain dengan tujuan memutuskan komunikasi, bukan hal yang baik. Tindakan tersebut menandakan pribadi yang kurang bertanggung jawab. Diam juga dipakai untuk menekan dan memaksakan kehendak, agar orang lain mau mengikuti kemauan. Dalam organisasi ini hal yang tidak baik. Ada juga yang mendiamkan pelanggan dengan harapan tidak memberi pelayanan lebih, karena tidak ada bonus tambahan. Ini termasuk paksaan dengan lebih halus. Merajuk. Sebagian besar kita pernah bertemu dengan penjual yang merajuk terus menerus dalam menjual, dan itu hanya membuat kita ingin menghindar jauh-jauh. Saya sendiri kadang agak jengkel menghadapi tipe penjual seperti ini, bahkan beberapa kali mendapat pengalaman tersebut melalui telepon. Merajuk calon pelanggan atau bahkan audiens, adalah cara yang kekanak-kanakkan, hanya bentuk merajuknya saja yang mengalami metamorphosis namun intinya tetap merajuk! Merajuk adalah termasuk dari cara memaksa orang lain yang tidak professional. Bila menggunakan cara-cara ini, maka citra diri atau citra perusahaan sedang dipertaruhkan! Ancaman. Ancaman atau bahasa resminya ultimatum, adalah suatu pesan atau bisa juga peringatan yang cenderung kurang bersahabat. Tentu saja ini tidak membangun komunikasi dengan siapapun. Pasangan, keluarga, rekan kerja, bawahan, atasan, pelanggan tidak akan suka dengan ultimatum. Ultimatum akan menghentikan proses komunikasi 2 arah. Ultimatum hanya boleh digunakan bila keadaan sangat mendesak, dan tidak dapat lagi ditolerir, contohnya kasus penggelapan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik-baik. Menyalahkan. Menyalahkan adalah sikap dan tindakan yang tidak baik, tidak sportif, dan cenderung mengorbankan pihak lain. Menyalahkan orang, benda atau situasi bukan cara yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah dengan efektif. Dengan menyalahkan maka anda membawa sebuah masalah semakin menjauh dari solusi yang seharusnya. Jadi menyalahkan membuat proses penyelesaian masalah semakin panjang alias tidak efektif. Orang yang merasa dirinya terancam dan diserang akan mudah menyalahkan orang lain. Kekuasaan. Jangan gunakan posisi, jabatan atau kekuasaan untuk menekan pihak lain agar melakukan sesuatu. Kondisi tersebut berbahaya, karena hanya membuat bom waktu bagi diri sendiri. Orang yang merasa tidak berdaya atau tertekan dengan kekuasaan, akan memiliki potensi untuk menjadi bom waktu di kemudian hari. Membentak, melotot, arogan, dan bersikap kasar adalah contoh dari penggunaan kekuasaan.

@AgusTrainer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun