[caption id="attachment_293206" align="aligncenter" width="360" caption="Siswa SMPN 3 Talang dalam Proses Pembelajaran"][/caption] Mencontek bukanlah istilah asing di telinga kita. Bagi dunia pendidikan kegiatan mencontek memberikan pengaruh cukup buruk untuk kemajuannya. Namun seringkali hal ini tidak disadari pengaruhnya buruknya oleh siswa. Pelaku pendidikan di lembaga formal ataupun non formal terkadang membiarkan praktek mencontek terjadi pada siswa. Mencontek bukanlah kegiatan belajar, tetapi mencontek merupakan bahaya laten bagi belajar. Mencontek dapat melahirkan generasi penerus yang pemalas dan bermental koruptor serta tukang bohong. Mencontek dilakukan siswa hanya untuk mengejar nilai ataupun hanya memenuhi tugas dari gurunya agar memperoleh nilai atau tidak diberi sangsi. Siswa yang mencontek berusaha untuk menutupi tindakannya dengan cara berbohong pada gurunya demi memperoleh nilai yang baik. Terkadang siswa tukang contek tidak segan-segan memberi imbalan (suap) pada siswa yang mau memberi contekan padanya. Bilamana siswa tidak mau memberi contekan, maka siswa tukang contek dapat berubah menjadi preman di sekolah untuk memaksakan kehendaknya dalam mencontek. Dilihat dari hasil belajarnya, mungkin siswa yang mencontek kelihatan berhasil pada pembelajaran sehari-hari. Tetapi ketika siswa tersebut ujian dengan soal berbeda dengan teman dan pengawasan yang ketat, maka akan kelihatan nilai siswa tersebut sangat berbeda dengan nilai sehari-harinya, yaitu siswa tersebut memperoleh hasil belajar yang rendah. Dewasa ini, adanya UN dengan 20 paket soal berbeda berusaha menghilangkan budaya mencontek pada siswa. Tetapi sayangnya masih sering dijumpai oknum-oknum yang menjual kunci jawaban pada siswa. Yang mengherankan lagi, siswa bisa tahu bagaimana ia membeli kunci jawaban lewat oknum-oknum tersebut. UN digelar mulai jam 07.30, tetapi pengedar kunci jawaban telah beraksi sejak malam hingga mendekati pelaksanaan UN tersebut. Sungguh hal yang menyedihkan masih terjadi dalam pelaksanaan UN. Hal itu semua mungkin bisa tidak terjadi, bila mana sedini mungkin mengingat kembali tujuan belajar adalah mencari ilmu pengetahuan bukan mencari nilai. Tetapi sayangnya sistem sekarang cenderung ke arah nilai untuk mengetahui tujuan tersebut berhasil atau tidak, sehingga siswa sekarang cenderung mendapatkan nilai setinggi-tinggi tidak lagi mempedulikan ilmu yang didapatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H