Mohon tunggu...
Rinto Tampubolon
Rinto Tampubolon Mohon Tunggu... -

Menggurat dunia maya dengan hati dan akal budi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Domba-domba Caversham

28 Oktober 2013   11:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:56 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Cepat, pertunjukannya akan segera dimulai”, seorang ibu berbaju merah berteriak di dekat kami.

Sekelompok anak-anak kecil berkulit putih dan berpakaian merah berlari lincah diantara sela-sela ruang jalanan yang kecil.

“Maaf”, ujar seorang anak yang menyenggolku tanpa sengaja ketika berlari.

Mereka dengan cepat masuk ke dalam sebuah bangunan besar. Kami pun tidak lama kemudian menyusul rombongan anak-anak itu masuk kedalamnya. Bangunan ini seperti sebuah gudang besar yang dapat menampung beberapa ratus orang sekaligus. Di dalam bangunan ini terdapat tempat duduk yang di atur secara horizontal. Tempat duduk itu menghadap ke ke arah lapangan rumput yang luas di luar gedung tersebut.

Selang beberapa menit setelah kami berada di dalam bangunan, seorang pria berpakaian koboi masuk ke tengah-tengah ruangan. Ia memperkenalkan dirinya sambil sesekali membuat kami tertawa dengan cerita-cerita lucunya. Sesekali ia mengayungkan cambuknya untuk menghasilkan suara keras.

“Guk-guk”, suara anjing yang sangat besar tiba-tiba mengagetkan kami.

Seeokor anjing tiba-tiba masuk ke dalam sambil meloncat dan berputar-putar lincah di sekitar pria berpakaian koboi. Tidak lama berselang, pria berpakaian koboi memberikan tanda kembali kepada anjing gembala itu untuk melakukan sesuatu.

“Guk-guk”, salaknya sambil melompat dan berlari ke arah ladang menuju sekelompok domba yang sedang merumput.

Ia menyalak dengan suara keras sambil bergerak lincah mengumpulkan domba-domba yang terserak. Domba-domba berkumpul dan kemudian berlari kecil dalam iringan anjing gembala masuk ke dalam kandang mereka.

Syetttt...., tepat di depan pintu masuk kandang, seekor domba terakhir yang agak besar, tiba-tiba berontak. Ia menghindari dorongan anjing gembala untuk masuk ke dalam kandang dan segera berlari ke arah padang rumput. Anjing gembala tidak mau terperdaya. Ia berbalik dan dengan cekatan mengejar domba besar tersebut.

“Guk-guk”, suaranya terdengar seperti memerintah agar domba itu kembali.

Domba itu tidak takut dan berbalik menantang anjing itu.

Pria berpakaian koboi kemudian memanggil anjing ke dua yang lebih besar untuk membantu anjing pertama. Berdua anjing gembala berupaya mengiring domba nakal masuk ke dalam kandang. Tidak berapa lama kemudian domba itu mulai tersudut dan perlahan-lahan mendekati pintu kandang.

“Akhirnya berhasil juga”, pikirku.

Sebagian besar orang menyunggingkan senyum melihat keberhasilan anjing gembala. Ada aroma sukacita yang terasa di antara kami.

Syett..., tepat di pintu masuk kandang, domba itu tiba-tiba berontak lebih keras dan berlari semakin jauh.

“Apa yang akan koboi itu lakukan sekarang”, pikirku. Apakah dia akan berkata “maaf domba itu memang sedikit nakal dari dulu”.

Aku menunggu sejenak dan memperhatikan setiap ekspresi dan gerak tubuhnya. Rupanya koboi itu tidak memberi tanda kepada anjing gembala untuk mengejar lagi domba nakal itu.

“Mmmm....sudah selesai rupanya upayanya”, bisikku dalam hati.

Pria koboi menghampiri kandang dan membuka pintunya. Anjing gembala berlari dari tanah lapang dan masuk ke dalam kandang. Dengan sigap dua anjing gembala menggiring semua domba untuk ke luar kandang. Domba-domba itu di giring oleh anjing gembala berlari ke arah ladang mendekati domba yang nakal itu.

“Aneh, kenapa sudah masuk di suruh ke luar lagi?”, tanyaku heran dalam hati.

Domba nakal tiba-tiba berlari dan menggabungkan diri dengan kumpulan domba yang lainnya. Dia langsung memasukkan dirinya ke tengah-tengah domba-domba yang lainnya.

“Guk-guk”, anjing gembala memberi tanda pada domba-domba untuk berjalan kembali.

Domba yang nakal itu pun dengan santai mengikuti teman-temannya sesama domba menuju kandang. Setelah semua domba masuk, anjing gembala mendorong pintu penutup kandang. Kami semua bertepuk tangan untuk koboi yang luar biasa mengatur semuanya, untuk anjing gembala yang gigih, untuk kumpulan domba, dan juga untuk kembalinya si domba yang nakal itu.

Pertunjukkan domba-domba di Caversham Wildlife Park & Zoo, Perth Australia, mengingatkan saya akan negeri Indonesia. Bahwa dalam bermasyarakat selalu ada “domba baik” yang menurut untuk dituntun dan “domba nakal” yang suka memberontak, menyeruduk, dan berlari ketika diarahkan dan dibimbing. Kenakalan domba ini terkadang membuat repot dan membuat degub jantung berdetak lebih kencang. Lalu siapa yang akan menuntunnya kembali? Pertunjukkan Caversham mengajarkan, masalah ini tidak cukup jika hanya diserahkan pada "dua anjing gembala", tetapi membutuhkan “domba-domba yang baik” untuk ke luar dari kandangnya menjemput dan membimbing kembali domba yang nakal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun