Mohon tunggu...
Indah W.
Indah W. Mohon Tunggu... -

: a wandering soul in her journey to the final destination..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu : Dua Minggu Mencari Cinta # 7

1 Agustus 2010   03:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_211788" align="aligncenter" width="238" caption="Ilustrasi oleh Azam Raharjo: "Color Sketch of A Redhead""][/caption]

"Baiklah, mari kita anggap pencarian ini sebagai sebuah petualangan! Ingat, Rindu, waktu yang kamu punya tidaklah banyak, jadi jangan terlalu pemilih, bagaimanapun manusia tidak ada yang sempurna, sedikit kekurangan di sana sini itu biasa!" Rindu menatap cermin sambil menggumamkan kata-kata menyemangati dirinya. Sekali lagi Rindu menatap bayangannya di cermin lalu memutar tubuhnya sambil mematut-matut dandanannya, mencari apa yang masih terasa kurang. Rindu menyeringai puas mendapati bayangannya di cermin memperlihatkan sesosok wanita berparas segar yang tampak lebih muda dari usianya dalam balutan make up natural dan lekukan tubuh yang kini terlihat berbentuk. Mantan calon suaminya itu boleh saja meninggalkannya terkatung-katung dalam status dari hampir menjadi seorang istri hingga kini menjadi pemburu pengantin pria! Tetapi satu yang pasti, lamarannya sekian bulan yang lalu itu sukses memotivasi Rindu dalam menurunkan berat badan. "Anggap saja itu tujuanku bertemu dengannya, mencapai berat ideal yang telah menjadi idamanku selama sekian tahun namun tak jua berhasil." Rindu menganggukkan kepalanya seraya memulas bibirnya dengan lipstik berwarna merah muda lembut. Seberkas rasa sedih mulai menyelusup masuk ke dalam hatinya namun segera ditepisnya, "Bukan waktunya untuk sentimentil sekarang!" Hari ini akan sangat melelahkan karena Rindu telah menyanggupi untuk melakukan serangkaian kencan dengan beberapa lelaki. Betapa menakjubkannya, begitu Rindu memutuskan untuk kembali membuka matanya, ternyata di sekelilingnya terdapat banyak calon potensial yang bisa dipertimbangkan untuk menjadi suaminya! Rindu mengambil tas tangannya kemudian melangkah keluar menyambut mentari pagi di hari Minggu. Rindu menatap jam di pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh lima menit. Masih ada sekitar setengah jam lagi sebelum janji kencan pertamanya, sementara dari rumah ke kedai kopi hanya perlu waktu lima belas menit jadi Rindu masih bisa memacu kendaraannya dengan santai. Dalam perjalanan menemui Heru, sang calon suami potensial nomor satu, Rindu teringat pertemuannya semalam dengan teman yang dikenalkan Susan. "Rindu, perkenalkan, Michael. Michael, Rindu." Susan langsung memperkenalkan keduanya ketika Rindu masuk ke dalam mobil. Jabat tangan bersambut diiringi sekilas senyum yang tersungging di sudut bibir Michael, hanya sekejap. Hati Rindu berdesir, sudah menjadi rahasia umum bahwa ia selalu lemah terhadap lelaki tampan, dan penampilan Michael amat sangat jauh dari mengecewakan. Rindu melirik Michael yang duduk di sebelahnya. Rindu mengira-ngira tinggi Michael pasti lebih dari 180 cm, dadanya tampak bidang, kulitnya terbakar matahari, bermata biru keabuan dengan tatapan yang dalam dan meneduhkan. Rambut kecoklatannya dibiarkan sedikit gondrong hingga menyentuh pundak. Rindu memperhatikan penampilan Michael dan sekali lagi ia tidak kecewa karena Michael jauh dari kesan perlente dan metroseksual, tipe yang tidak disuka Rindu, karena Rindu paling anti menghabiskan waktu di salon. Tidak terbayang olehnya jika ia yang harus menunggu suaminya selesai melakukan perawatan tubuh di salon kecantikan, ughh.. Yang kurang dari Michael hanya kuda. Ya, kuda hitam, maka lengkaplah sudah Michael bagaikan pangeran yang selalu bermain dalam angan Rindu dan kini keluar menuju alam nyata. Pangeran tampan berkuda hitam yang akan menyelamatkannya, ntah dari apa, tapi Rindu merasa ingin diselamatkan walaupun di sisi lain Rindu benci bila ada yang menganggap dirinya rapuh. Sepanjang perjalanan menuju Cafe Tralala, Michael irit bicara, hal yang menambah kesukaan Rindu karena menurutnya banyak berbicara itu adalah jatah wanita, sementara lelaki? Tak perlu banyak kata, asal tiap kata yang terlontar dari mulutnya dapat dipertanggungjawabkan, nah! Sengaja Susan memesan dua meja yang terpisah untuk memberikan ruang bagi Rindu dan Michael untuk mengenal lebih lanjut tanpa merasa kagok dengan kehadiran dirinya dan George. "Rin, semoga bersama Michael, pencarian kamu berakhir ya!" Susan meremas pelan lengan Rindu, memberikan dukungannya. Rindu hanya tersenyum. Malam masih cukup panjang untuk bisa mengetahui apakah akan ada sesuatu ke depannya nanti antara dirinya dan Michael. Ternyata malam itu benar-benar terasa panjang buat Rindu karena Michael sama sekali tidak seperti harapannya. Dalam angannya Rindu membayangkan adegan romantis, terlebih Susan sengaja memilihkan meja yang ada di luar ruangan dan langit malam itu luar biasa indahnya dengan taburan sejuta bintang. Sementara kenyataannya? Michael lebih banyak diam membisu dan Rindu hanya sibuk mengunyah french fries-nya sambil manyun dan menelan kecewa. Rindu hanya menggeleng lemah pada Susan ketika malam itu berakhir dan Susan mengantarkannya kembali ke halaman rumah. "Sama sekali ngga mungkin, Rin?" Susan berusaha meyakinkan Rindu. "San, jujur aku suka Michael, dia tipeku banget! Tapi, bersamanya, aku kehabisan bahan pembicaraan, San! Itu bukan pertanda yang baik, bukan?" Susan tampak sama kecewanya dengan Rindu, "Jangan nyerah ya, say. Masih ada waktu khan sebelum tanggal pernikahan? Besok jadi kencan berseri?" Rindu mengangguk tanpa antusias ketika diingatkan akan rencana cadangannya andai Michael bukan calon yang cocok untuknya. Sebersit keraguan mulai menyelinap masuk ke dalam hatinya, sepertinya semua usahanya ini terasa salah. Tanpa terasa Rindu telah sampai di parkiran kedai kopi yang buka selama dua puluh empat jam. Sambil memarkir mobilnya, Rindu berusaha mengusir bayangan Michael. "Michael is history. Dengan gerak lambatnya seperti itu, andai ia tertarik padaku sekalipun, target menikah sesuai jadwal tidak akan bisa dipenuhi! Jadi, Rindu, mari kita fokus pada Heru dulu, oke? Semangat!" Rindu mengatupkan kedua tangannya. ~.*.~ Selanjutnya Riaa.. silahkan melanjutkan ;) Urutan sementara Cerita Keroyokan Rindu: Dua Minggu Mencari Cinta. G -> Endah Raharjo -> Sari Novita -> Rahmi Hafizah -> Winda Krisnadefa -> Deasy ->Indah Wd -> Ria Tumimomor -> Mommy -> Ranti Tirta -> Mariska Lubis-> Bahagia Arbi -> Sri Budiarti -> Meliana Indie -> Lia Agustina -> Vira Classic Sabtu, 31 Juli 2010 (9:57 pm)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun