Mohon tunggu...
Muharto Hadiwidjaja
Muharto Hadiwidjaja Mohon Tunggu... -

Membaca, mengamati, memperhatikan, menganalisa, dan tersadar..lho ternyata saya masih ada di dunia yang sama.\r\nColoteh lainnya bisa ditemukan di www.totosociety.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kubelah Kemacetan dengan Raungan Sirine

30 Desember 2011   15:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328667024352505235

Bali, entah akhir-akhir ini kemacetan semakin menjadi-jadi apalagi hari - hari terakhir yang semakin dekat dengan puncak perayaan tahun baru 2012. Sungguh kelancaran arus lalu lintas jalan-jalan di Bali tidak sama lagi dengan Bali enam tahun lalu. Capek rasanya harus memegang kopling di tengah kemacetan yang hampir tiap hari terjadi di Jalan By Pass Ngurah Rai. Saat pulang tadi By Pass Ngurah Rai arah Perempatan Simpang Siur padat merayap. Dua lajur penuh semua dengan mobil membentuk antrian 3 lajur 4 roda. Para pemotor yang tidak mendapat celah diantara antrian mobil terpaksa melipir di jalur paling kiri, lewat bahu jalan. Buat pemotor yang sudah tidak tahan lagi dengan antrian memanfaatkan trotoar yang kosong melompong untuk mengakali kemacetan, termasuk bule-bule bertelanjang dada yang baru pulang surfing dari Jimbaran dan sekitarnya. Melaju kencang di atas trotoar membuat iri pemotor yang setia dengan haknya termasuk saya yang terjepit di antara dua bodi mobil bercat mulus. Sayup-sayup terdengar suara sirine. Sebuah mobil ambulan nampak berusaha keluar dari sebuah gang untuk selanjutnya melaju menuju Perempatan Simpang Siur. Suara raungan sirine seperti jeritan bayi yang haus akan susu ibu, sangat sakti. Perlahan tapi pasti kerapatan mobil menyibak dengan sendirinya laksana Musa dengan tongkatnya membelah Laut Merah saat dikejar pasukan Fir'aun. Kesempatan emas pikir saya. Saya pacu motor hitam nan berat mengekor ambulan dari belakang. Kemacetanpun tersibak dengan sendirinya, saya dan beberapa pemotor lainnya yang beruntung bisa sejenak terbebas dari penat macet jalan raya. Maaf buat yang ada di dalam ambulan, kami ikut nebeng sejenak. Setelah terbebas dari kemacetan By Pass Ngurah Rai, ambulan tersebut berbelok ke arah Sanur. "Ah kebetulan yang benar-benar betul, pasti ambulan ini bakal ke Sanglah," pikir saya.  Tarikan gas motor saya atur sesuai dengan kecepatan ambulan dengan tetap menjaga jarak yang aman. Beruntung ambulan tersebut tidak melakukan monuver yang terlalu atraktif, jadi saya merasa aman dengan jarak yang ada. Satu dua motor ada di belakang saya, ikut mengekor. Angka 75 terpampang di speedometer digital motor hitam saya. Sepanjang jalan By Pass Ngurah Rai - Sesetan - Sanglah, mobil - mobil yang ada di depan ambulan secara refleks langsung menepi ke sisi kiri, sebagian menyalakan lampu sein terlebih dahulu saat suara sirine terdengar, sebagian tidak. Untuk para pengemudi mobil saya acungkan jempol. Patuh dan santun dalam menyikapi mobil ambulan yang memang dalam Undang-Undang Lalu Lintas mendapat prioritas di jalan raya saat menjalankan tugasnya. Mereka paham betul. Berbeda dengan beberapa pengguna roda dua, mereka seakan cuek mendengar raungan sirine di belakang motor mereka. Malah ada yang nekat memotong jalan ambulan, beruntung tidak dihajar dari belakang. Bisa bertambah penumpang ambulan dibuatnya. Ada yang dengan santainya melajukan motornya di tengah jalan tanpa ada niat menepi, namun setelah auman sirine ditambah makian klakson barulah pemotor tersebut menepi dengan muka tiada berdosa. Geleng-geleng dibuatnya. Akhirnya di perempatan Sesetan, kamipun harus berpisah. Ambulan tersebut melanjutkan laju roda dalam raungan sirine ke Rumah Sakit Sanglah dan sayapun menuju tujuan yang berbeda, belok kanan masuk Jalan Tukad Banyusari demi sebuah misi tersendiri :D Terima kasih Pak Sopir Ambulan atas lancarnya perjalanan malam tadi dan semoga penumpang di belakang bisa tertangani dengan sempurna dan cepat sembuh seperti sedia kala...amiiinn.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun