Keesokan harinya Mas Hasan siap untuk melakukan aktivitas rutin hariannya. Ada suasana yang berubah di rumah keluarga ini. Sepulang dari masjid untuk melaksanakan Shalat Subuh, Mas Hasan melirik ke meja kerjanya. Dengan penuh rasa haru, Mas Hasan melihat ada secangkir kopi panas dan sepiring goreng pisang yang sudah tersaji dengan apik di meja kerja. Sepintas lalu dia melihat ada secarik kertas yang diletakkan di bawah piring. Secara perlahan Mas Hasan menghampiri meja kerja dan menarik secarik kertas itu. Dibacanya tulisan dalam secarik kertas itu berlahan‐lahan, hatinya berdebar‐debar
"Kepada Mas Hasanku yang kusayangi...!"
"Maafkan atas semua perlakuan bunda kepada Mas Hasan akhir‐akhir ini.
Selama usia pernikahan kita, Mas Hasan selalu sibuk dengan urusan pekerjaan Mas, itu semua membuat Sarah cemburu dan iri hati. Kenapa Mas gagahku lupa dengan janji dulu akan menjaga Sarah lahir dan bathin, baik dalam keadaan sempit atau pun lapang. Masku, Sarah sangat menyayangi Mas. Usia pernikahan kita sudah 12 tahun berjalan, tapi mas gagahku belum pernah sekalipun peduli dengan usia pernikahan kita.
Salam sayang dari istrimu, Sarah.
Bagaikan salju yang turun dari gunung Fujiyama yang menerpa kulit ari, berasa sejuk menembus hati sanubari. Mas Hasan segera mencari sang permaisuri dambaan hati.
“Bunda.... Maafkan, Masmu yang lalai ini. Mas Hasan berjanji tidak akan menyia‐nyikan bunda lagi. Yaa Robb, terimakasih telah engkau kembalikan istriku, kedalam kehidupanku kembali. Amin.”
Begitulah perjalanan hidup manusia. Allah memilihkan jodohnya dan Allah akan menguji hambanya dengan ujian yang setimpal dengan kemampuannya. Allah tidak akan menguji hambanya diluar kemampuannya. Pasti Allah akan menguji hambanya.