Mohon tunggu...
Toto Pardamean Sinaga
Toto Pardamean Sinaga Mohon Tunggu... -

Lahir di Tanjung Balai (Asahan)Sumatra Utara.Senang Menulis dan Membaca.Pemerhati Masalah Pendidikan dan Sosial.Mendambakan Pendidikan yang Murah dan Berkualitas Bagi Rakyat Indonesia.\r\nSaat ini Beraktivitas di Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Komunikasi Populer (LP2KP) Medan Sumatra Utara.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sandiwara Tanpa Babak

16 Maret 2012   08:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:58 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenaikan BBM dikemukakan oleh Pemerintah, lalu kelompok Masyarakat teriak kemudian setelah teriakan itu membahana menembus langit para anggota DPR ikut meramaikannya. Entah mengapa hal itu bisa terjadi seolah-olah usul kenaikan itu tiba-tiba saja turun dari langit. Persoalannya bukan soal setuju atau tidak, tetapi bagaimana usul itu bisa lolos dari pantauan para wakil rakyat yang banyak itu. Tidak ada pernyataan sikap yang jelas dan konkrit dari rumah rakyat tentang penolakan usul kenaikan BBM itu, yang ada hanya suara-suara perseorangan yang mereka klaim sebagai suara Partai Politik. Bukan suara DPRRI sebagai referesentatif suara Rakyat sehingga pengakuan terhadap penolakan itu bersifat individu tidak mempunyai pengaruh apa-apa. Pengakuan orang-orang partai yang bersifat individu itu dilihat hanya bersifat kamuflase yang memberi isyarat bahwa semuanya dilakukan hanya sekedar kesantunan dalam menyatakatakan bahwa ..."sebenarnya kami setuju kok" Pertemuan para tokoh partai besar di Cikeas yang digagas SBY dalam rangka membicarakan kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM sudah jelas menunjukkan satu kepastian yaitu; memperkuat/memperkukuh kehendak menaikkan harga BBM itu. Hanya memperkuat barisan untuk memuluskan hajat menaikkan harga BBM, mencari cara bagaimana menghadapi setiap penolakan terhadap kenaikan itu. Disini tampak sangat jelas betapa cerdiknya SBY dalam merancang pengamanan diri dari kepungan protes terhadap kebijakan yang sesungguhnya ia lahirkan sendiri. Lalu para tokoh partai politik kawan sekongkol SBY pun mengolah pikir untuk menghindar dari efek kecerdikan SBY dalam berlindung. Mereka bagi tugas pengamanan internal partai kesegala perangkat partai baik yang ada di Fraksi maupun di DPP. Karena kelit pengamanan citra partai itulah, maka ditemukan berbagai model sikap yang (seolah) saling bertentangan antara orang di fraksi dan di DPP. Dalam moment kasus kenaikan BBM ini permainan sandiwara itu seolah dimainkan tanpa babak. Alur ceritanya tidak menganut plot-plot tertentu melainkan menggurita kesegala sudut ruang menjangkau apa saja dengan isu berbeda pula dengan satu tujuan;...memuluskan jalannya hajat untuk menaikkan harga BBM,itu saja. Sandiwara tanpa babak terus dimainkan karena menurut pengalaman mereka para pengembara politik itu metode seperti inilah yang sampai saat ini paling efektif dilakukan. Mereka sangat bisa membaca bahwa masyarakat belum seutuhnya memiliki sence of crisis sehingga sulit untuk mengharapkan adanya tingkat solidaritas sosial disemua tingkatan sosial. Jurang perbedaan kepentingan yang sangat bersifat individu masih sangat lebar menganga memisahkan antara orang miskin dan orang kaya. Kenyataan ini membuat keyakinan pada SBY bahwa issue kenaikan harga BBM tidak merupakan issue strategis sehingga apapun kebijakan yang diambil berkenaan dengannya tidak akan membawa dampak sosial dan politik apapun. Berbagai aksi penolakan kenaikan harga BBM yang dimotori oleh kaum muda Mahasiswa dimana-mana dibiarkan dengan prediksi gejolak itu hanya bersifat temporer. Dan itu seringkali terbukti sebab gerakan penolakan ini tidak serta merta diikuti oleh gerakan-gerakan penolakan dari komunitas masyarakat lainnya secara menyeluruh, apakah itu komunitas masyarakat transportasi,kaum buruh,kaum nelayan,kaum petani,kaum pedagang kecil,para pegawai rendahan dst. Apa yang menjadi tema dalam setiap penolakan rakyat terhadap kebijakan pemerintah Indonesia selama ini belum menjadi sentral pergerakan rakyat, ia masih berupa sub tema sehingga ketidak berdayaannya mengikat semua elemen masyarakat membuat gerakan-gerakan penolakan itu sangat mudah dipatahkan oleh penguasa dengan membenturkan antar sesama masyarakat dengan cara mengangkat perbedaan kepentingan yang sesungguhnya tidak menjadi subtansi sebuah masalah. Sudah tabiat penguasa untuk selalu mencari celah perbedaan tingkat sosial rakyat gar dapat dibenturkan dalam memuluskan kehendak yang acapkali kehendak itu lebih banyak berasal dari pesanan-pesanan pikah-pihak tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun