Belajar beladiri bukan hanya tentang teknik yang nampak dari jurus-jurus nya. Ada yang lebih mengarah pada upaya membangun karakter semisal tradisi shamu-shamu dalam Shorinji Kempo. Dalam bahasa sederhana, shamu-shamu adalah membersihkan tempat berlatih (dojo) sebelum dan sesudah latihan. Hal yang nampak sepele dan dapat digantikan perannya oleh petugas kebersihan.Â
Tradisi shamu-shamu tetap dipertahankan oleh Shorinji Kempo sebagai upaya menguatkan jiwa kesatria (bushido) dan perwujudan janji Kenshi (pelaku Kempo). Menghormati atasan dan tidak meremehkan bawahan serta saling mengasihi dan saling menolong. Karena shamu-shamu dilakukan oleh semua Kenshi tanpa membedakan tingkatan (sabuk atau posisi). Siapapun yang akan berlatih di Dojo itu wajib shamu-shamu. Tentang pembagian tugas dan personilnya adalah wewenang pengurus Dojo yang bersangkutan.Â
Apa yang kita lihat dan dapatkan dari kegiatan bersama itu? Pertama, Â tentu suasananya. Tempat menjadi bersih dan nyaman untuk berlatih. Dampaknya meningkatkan semangat dan fokus berlatih. Apalagi di Dojo khusus yang tidak digunakan untuk kegiatan lain selain sebagai tempat berlatih Kempo. Kenshi merasa lebih nyaman berlatih teknis tanpa dibayangi rasa kuatir cedera karena terpeleset atau patah tulang misalnya.
Manfaat lain dari shamu-shamu adalah membiasakan pola hidup bersih dan rapi yang akhir-akhir ini dikampanyekan sebagai pola hidup masyarakat moderen. Kempo telah melakukannya lebih dari 70 tahun . Artinya, jika saat ini gerakan budaya hidup bersih dan sehat baru berjalan, Kempo telah mendului.Â
Jepang sebagai asal beladiri Kempo terkenal dengan kedisiplinan dan kerja keras masyarakatnya. Tradisi bushido atau kesatria dikedepankan oleh Kempo sebagai jawaban atas situasi sosial Jepang pasca dikalahkan sekutu dalam Perang Dunia II. Dari Todatsu prefektur Kagawa, pendiri yang sekaligus guru besar (Sihan) : So Doshin (selanjutnya disebut sebagai Kaiso) membangkitkan pengetahuan bahwa "semua hal tergantung pada orang yang dapat memberikan pengaruh". Â Jika disederhanakan ada pesan yang tersirat yakni pentingnya keteladanan.Â
Tradisi shamu-shamu yang terus dipelihara oleh Kempo sedikit banyak telah mewarnai kehidupan masyarakat Jepang pada umumnya. Meskipun Kempo tidak dipertandingkan dalam Asian Games 2018 yang lalu, tradisi shamu-shamu tercermin dalam sikap para atlet Jepang yang senantiasa membawa tas sampah kemanapun pergi.Â
Tradisi yang baik membangun sikap dan perilaku hidup bersih masyarakat Jepang memang layak menjadi teladan. Tanpa harus hingar bingar dan gerakan menyolok mata, mereka telah menyampaikan pesan bahwa di dalam penyelenggaraan Olimpiade 2020 Jepang, " Anda harus melakukan seperti yang kami lakukan di dalam Asian Games saat ini".Â
Pesan dan teladan itu mungkin terlalu lemah gaungnya dibandingkan pelukan Hanifan atau yang lainnya. Begitu membahana dan viral di media sosial. Dua tokoh utama panggung politik nasional disatukan di bawah naungan sang merah putih oleh atlet peraih medali emas cabang olahraga tradisional Indonesia, pencak silat.
Shamu-shamu, clean education atau pola hidup bersih dan rapi adalah hal baik untuk menjadi contoh gerakan pola hidup sehat masyarakat. Kempo dan atlet Jepang memberi teladan. Semua akan kembali kepada kita. Akankah menjadikannya sebagai sikap atau gaya hidup. Atau sekadar kebanggaan semu agar nampak trendy, tidak dicap jadul dan lain-lain.Â
Semoga manfaat dan mencerahkan.