Mohon tunggu...
Totok Irawan
Totok Irawan Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Kursus Kecerdasan Pribadi Pertama di Indonesia sejak tahun 2005 - Kami memiliki 3 cabang di Jakarta (Pluit, Kelapa Gading, Meruya); Blogspot: http://myyemayo.blogspot.co.id/ RABU dan MINGGU kami tutup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Sebuah "Reality Show"

24 Maret 2018   08:58 Diperbarui: 24 Maret 2018   09:09 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak murid saya selalu antusias menceritakan kepada saya tentang sebuah reality show sebuah keluarga selebritas di Amerika Serikat. Untuk mengerti antusiasmenya, suatu hari saya mulai menonton juga tayangan tersebut. Acara itu dikemas dengan baik bagi penontonnya, memberikan suatu gambaran keluarga kaya yang modern.

Digambarkan hubungan kakak-beradik yang baik namun jika bertengkar mereka akan saling memaki dengan kata-kata kasar dan saling menjambak, orangtua mereka menonton perkelahian itu tanpa benar-benar berusaha melerai atau memberi peringatan untuk menjalankan peran mereka sebagai orangtua. Lalu di beberapa episode terlihat adegan anak-anak  memperolok ibunya dan dengan suara lantang memaki ibunya dengan kata-kata kasar, seperti 'ibu jahanam', sang ibu terlihat diam saja menanggapi hal itu, dan itu terjadi berkali-kali. 

Anak yang tertua hamil di luar nikah dan tinggal bersama pacarnya tanpa ikatan pernikahan. Anak kedua pernah terlibat skandal dimana video hubungan mesum dengan pacarnya tersebar di seluruh dunia. Selanjutnya, anak itu mengadakan suatu pernikahan besar-besaran yang menghebohkan, namun pernikahan itu hanya bertahan dalam hitungan hari saja. Belum benar-benar tuntas perceraiannya, ia telah terdengar hamil hasil hubungan dengan selebritas lainnya. Semua kejadian ini dikemas begitu baiknya, sehingga penonton merasa bahwa kehidupan seperti itu wajar-wajar saja, itulah kemajuan jaman.

Mereka pun memperlihatkan bahwa anggota keluarga selalu berkomunikasi dengan baik, mau mendengarkan curahan hati satu sama lain, di salah satu episode sang ibu menceritakan keresahan hatinya kepada anak putrinya, bahwa ia ingin membina hubungan kembali dengan pacar lamanya, padahal saat itu, jelas si ibu telah berada di dalam ikatan pernikahan dengan suaminya yang kedua. 

Anak-anak mengetahui bahwa pacar lama ibunya inilah yang menyebabkan hancurnya pernikahan ibu mereka dengan suami yang pertama, yang adalah ayah mereka. Memang di dalam percakapan itu, anak-anak tidak mendukung ibu mereka yang mau berselingkuh, namun reaksi anak-anak cenderung datar saja dan pada akhirnya membiarkan saja itu sebagai pilihan ibu mereka.

Ada begitu banyak usaha untuk mencegah tayangan pornografi, namun tayangan reality show di atas sebenarnya tak kalah bahayanya, itulah tayangan pornomoral, dimana nilai-nilai sakral kehidupan keluarga ditelanjangi dan dipertontonkan untuk menghasilkan uang. Jutaan mata menerima hal itu sebagai kemajuan jaman, termasuk salah satu murid muda saya yang berusia 15 tahun itu. Ia dan teman-teman sekolahnya menggandrungi acara itu dan tidak pernah mau melewatkan acara itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun