Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Badan Bank Tanah: Solusi Rekonstruksi Bencana Terhadap Tanah dan Rumah yang Musnah

26 Januari 2025   23:14 Diperbarui: 26 Januari 2025   23:14 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gempa yang mengguncang Kabupaten Cianjur dan sekitarnya (Sumber: AP Photo/Rangga Firmansyah)

Badan Bank Tanah : Solusi Rekonstruksi Bencana Terhadap Tanah dan Rumah yang Musnah

Bencana alam terjadi silih berganti di negeri ini. Menyebabkan kerusakan fatal terhadap bangunan publik. Bahkan membuat tanah dan rumah penduduk menjadi musnah ditelan bumi. Koordinat dan kontur tanah milik penduduk tidak ada lagi alias musnah akibat tanah longsor dan likuifaksi atau bangunan dan tanah ambles ke perut bumi akibat gempa bumi.  Kondisi musnah seperti diatas tidak memungkinkan lagi melakukan tahap rekonstruksi ditempat yang sama. Perlu relokasi di tempat baru dengan bantuan Badan Bank Tanah (BBT).

Eksistensi BBT sangat menentukan terhadap durasi penanganan bencana jika mampu melakukan pengadaan tanah untuk program rekonstruksi. Masalah tahapan rekonstruksi dan rehabilitasi korban bencana juga memerlukan solusi teknis yang optimal. Masalah durasi penanganan bencana alam juga mesti disesuaikan dengan standar dan directive dari International Strategy for Disaster Reduction  (ISDR ) Perserikatan Bangsa Bangsa. Yang secara sistematis telah merumuskan siklus penanganan bencana. Terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap tanggap darurat (response phase), tahap rekonstruksi dan rehabilitasi, tahap preventif dan mitigasi, dan tahap kesiapsiagaan (preparedness).
Tanah yang kita pijak sehari-hari sebenarnya terus bergetar. Meskipun dalam amplitudo yang kecil. Daya dukung tanah ada batasnya dan sewaktu-waktu bisa sangat labil bahkan amblas menelan bangunan diatasnya. Fenomena tersebut disebut Likuefaksi. Yang pernah terjadi di Sulawesi Tengah beberapa tahun yang lalu.
Secara geografis Indonesia memang merupakan negara kepulauan yang berada di antara pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor.
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. .


Foto aerial tenda pengungsi korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Foto aerial tenda pengungsi korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (KOMPAS/PRIYOMBODO)
Gempa dan Tipologi Permukiman

Masih hangat dalam ingatan publik gempa bumi dengan besaran magnitudo 5,6 terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan sekitarnya.  Gempa Cianjur menyebabkan 162 orang meninggal dunia, 326 mengalami luka-luka, 13.784 orang mengungsi, dan 2.345 rumah/bangunan publik mengalami kerusakan berat. Jumlah korban dan kerusakan bangunan terus bertambah karena pendataan terkendala oleh blokade bencana yang menyebabkan infrastruktur komunikasi dan transportasi terputus.
Banyaknya korban jiwa akibat Gempa Cianjur disebabkan oleh tertimpa bangunan. Pasca gempa Cianjur, perlu segera dievaluasi kondisi bangunan publik dan rumah-rumah penduduk. Pemerintah diharapkan segera merehabilitasi dan membangun permukiman dan bangunan publik dengan memperhatikan kaedah bangunan yang akrab atau tahan gempa.
Perlu mitigasi bencana yang berbasis pembenahan tipologi permukiman. Pembenahan tipologi permukiman dan bangunan publik yang rawan bencana gempa mengacu kepada buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia sebagai pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan. Badan Bank Tanah perlu bekerja sama dengan BNPB untuk merumuskan mitigasi bencana di berbagai daerah.
Langkah-langkah mitigasi gempa bumi perlu segera dilakukan. Indeks risiko bencana perlu diturunkan dan kinerja pemerintah daerah terkait bencana harus ditingkatkan. Arah kebijakan pembangunan nasional bidang kebencanaan adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat dalam menghadapi bencana. Mitigasi membutuhkan peran BBT sejak dini.
Sebagai negara yang wilayahnya berada di atas banyak sesar atau patahan lempeng bumi dibutuhkan strategi internalisasi pengurangan risiko bencana gempa khususnya penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan.  Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara peningkatan kapasitas atau komponen kapasitas. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat.
Risiko bencana gempa sangat tergantung tipologi permukiman penduduk. Sangat penting untuk identifikasi karakteristik keteraturan permukiman sehingga dapat dirancang mitigasi gempa dan tanah longsor yang paling sesuai dengan kondisi permukiman tersebut.
Analisis tipologi permukiman, selain penerapan teknologi bangunan yang akrab gempa juga perlu evaluasi terhadap lima aspek, yaitu: konsistensi hirarki jalan; kondisi drainase; keteraturan kavling; kemantapan sempadan jalan; dan kemantapan sempadan bangunan.
Pada kondisi ini struktur diharapkan akan berespon di dalam kondisi elastis. Kedua, komponen non struktural dari struktur bangunan diperkenankan mengalami kerusakan, tetapi komponen struktural harus tetap utuh pada saat terjadi gempa sedang.
Ketiga, pada saat terjadi gempa kuat, komponen struktural dan non-struktural dari sistem struktur diperbolehkan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan secara keseluruhan tidak boleh runtuh.
Kerusakan yang terjadi harus dapat diperbaiki dengan cepat sehingga bangunan segera dapat berfungsi kembali. Jadi pada filosofi perencanaan bangunan tahan gempa, kemungkinan terjadinya resiko kerusakan pada suatu bangunan merupakan hal yang dapat diterima, tetapi keruntuhan total  atau collapse dari struktur yang dapat mengakibatkan terjadinya korban dan kerugian material yang besar harus betul-betul dihindari.

Operasi pencarian dan penyelamatan terhadap empat korban tertimbun tanah longsor (KOMPAS/AMBROSIUS HARTO) 
Operasi pencarian dan penyelamatan terhadap empat korban tertimbun tanah longsor (KOMPAS/AMBROSIUS HARTO) 

Banjir Bandang dan Mitigasi Berbasis Teknologi

Bencana banjir bandang dan longsor semakin sering terjadi di tanah air. Banjir bandang selalu disertai material berupa batu besar, lumpur, dan batang pohon yang meluncur dari atas bukit. Banjir bandang yang disertai bebatuan berpotensi terjadi di berbagai daerah. Bahkan daerah yang pernah terjadi banjir bandang disaat lalu bisa terulang kembali dengan daya terjangan yang lebih kuat. Perlu solusi mendasar yang mengedepankan usaha mitigasi dengan cara menerapkan teknik hidrologi.Apalagi beberapa bangunan publik seperti sekolah, pasar dan perumahan letaknya sangat rawan terkena banjir bandang.
Banjir bandang itu sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya, serta dikurangi daya rusaknya dengan teknik hidrologi agar tidak banyak memakan banyak korban jiwa dan menerjang infrastruktur publik.
Sudah ada teknologi mitigasi banjir bandang yang bisa melindungi warga dan bangunan publik. Perpaduan antara monitoring curah hujan dan teknologi flexible ring net atau teknologi ring net barriers bisa mengatasi banjir bandang agar daya rusaknya berkurang. Dari peta geospasial bisa diketahui beberapa tempat yang kontur tanahnya rendah dan berpotensi menjadi area yang bisa diterjang banjir bandang.
Untuk itu perlu dipasang flexible ring net di beberapa lokasi. Titik lokasi yang dipasang sebaiknya ditentukan setelah melakukan analisis dan simulasi beberapa case kejadian banjir. Analisis dan simulasi melibatkan lintas lembaga pemerintah dan masyarakat. Pemasangan flexible ring membutuhkan beberapa bidang tanah. Disinilah peran BBT sangat dibutuhkan.
Konstruksi flexible ring net perlu dipasang secara bertingkat di sepanjang aliran sungai dan celah-celah yang menjadi dugaan aliran banjir bandang. Pemasangan konstruksi flexible ring net memerlukan analisa gaya impact dan pemilihan konstruksinya. Untuk masalah tempat pemasangan yang tepat membutuhkan data spasial dan aspek geologi.
Banyak bangunan dan infrastruktur publik yang berdampingan dengan aliran sungai sehingga rawan bocor dan kondisi destruktif lainnya. Kondisinya semakin rawan karena banyak tanggul sungai di sekitar gedung yang dalam kondisi rusak.
Untuk mengatasi kerawanan bangunan publik yang dekat dengan aliran sungai dibutuhkan metode dan teknologi pengamanan sungai yang cepat jika terjadi kondisi darurat yang mengarah kepada jebolnya tanggul dalam skala besar.
Kasus jebolnya tanggul yang sering terjadi memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya waktu yang cepat untuk mengatasi dengan peralatan khusus dan material siap pakai dan mudah dirakit. Semua itu sebaiknya dirumuskan dalam manajemen mitigasi yang mampu mempersingkat durasi penanganan sehingga bisa cepat mengurangi resiko bencana.
Mekanisme cepat di atas ditandai dengan kemampuan untuk membuat konstruksi gabion atau bronjong yang bersifat tepat guna dan siap guna. Dalam kondisi darurat dibutuhkan metode atau teknologi yang bisa membuat bantalan gabion yang mudah diikatkan ke dalam dasar sungai untuk mencegah penggerowongan konstruksi gedung dalam tempo cepat.
Selain itu dalam kasus sergapan banjir bandang di perkotaan akibat tanggul jebol adalah teknologi turap atau bulkhead yang bisa dirakit dan dipasang secara fleksibel. Perlu inovasi teknologi tepat guna dan tepat material dalam pembuatan turap yang mengedepankan penggunaan material lokal yang mampu membentuk dinding kokoh untuk sungai di sekitar bangunan publik.
 Daerah langganan banjir membutuhkan infrastruktur yang memiliki tingkat keandalan untuk menghadapi banjir. Untuk itu dibutuhkan perencanaan, kriteria teknis dan analisis terhadap banjir. Dampak kumulatif dan frekuensi terjadinya banjir yang diukur secara akurat dalam jangka waktu tertentu sangat berguna untuk menentukan spesifikasi pembangunan infrastruktur. Sehingga kerusakan infrastruktur yang parah yang menimpa jalan, bangunan, tanggul dan pintu air bisa direduksi.
Idealnya pembangunan infrastruktur di daerah rawan banjir memiliki ketahanan konstruksi dan fungsi dalam jangka waktu yang panjang. Kebutuhan investasi infrastruktur yang penuh dengan resiko dan ketidakpastian itulah memerlukan sebuah Project Risk Management guna mereduksi kerugian. (TS)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun