Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Potensi Pertempuran di Selat Hormuz setelah Kematian Ismail Haniyeh

2 Agustus 2024   11:31 Diperbarui: 2 Agustus 2024   11:31 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selat Hormuz ( Sumber : AP/Bill Foley )

Menurut Rear Admiral J.R. Hill dalam bukunya Maritime Strategy for Medium Powers menyatakan tentang strategi yang sebaiknya dilakukan oleh negara medium powers seperti Indonesia dalam rangka penguasaan dan pengendalian laut wilayah yurisdiksi nasional negaranya. Dimana wilayah perairan sangat luas dan tidak sebanding dengan jumlah kapal atau armada angkatan lautnya.

Maka strategi yang sebaiknya ditempuh adalah pengawasan pada selat-selat perbatasan. Pengendalian laut dilakukan dengan memblokade pelabuhan strategis, pengawasan selat kunci, dan melindungi armada niaga atau logistik yang vital.

Berdasarkan teori tersebut, maka pengendalian wilayah laut di Indonesia perlu ditekankan pada selat kunci dengan sasaran pokok dua spektrum ancaman yaitu kapal atas air dan kapal selam. Dengan pilihan strategi ini sangatlah tepat bila keamanan di daerah Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) merupakan faktor yang sangat penting untuk dijaga.

Globalfirepower mencatat kekuatan militer Indonesia berada di peringkat 16 dunia. Berada di bawah Pakistan dan di atas Israel. Terkait armada laut, ada 221 kapal yang dimiliki Indonesia hingga 2019. Jumlah itu terdiri dari 8 kapal fregat, 24 kapal korvet, 5 kapal selam, 139 kapal patroli dan 11 pangkalan perang laut.

Postur armada Nusantara semestinya ditingkatkan secara signifikan. Perlu evaluasi mengenai kekuatan armada Nusantara yang terintegrasi antara kapal perang, pesawat udara maritim dan ketangguhan pangkalan.

Perlu membenahi kemampuan operasi maritim. Kompleksitas geostrategis negeri ini yang terdiri dari ribuan pulau dan terdiri dari tiga wilayah ALKI yang terbuka bagi pihak internasional membutuhkan keandalan operasi maritim TNI. Terutama yang terkait dengan masalah operasi pencegatan maritim. Operasi semacam itu harus bisa dilakukan di perairan manapun, baik di wilayah laut NKRI maupun di luar.

Operasi maritim membutuhkan keandalan infrastruktur keamanan laut dan pembaruan terhadap doktrin pertahanan laut yang mengedepankan aspek intelijen dan teknologi. Bidang intelijen maritim harus dibenahi sehingga mencapai kemampuan surveillance yang tangguh.

Situasi dunia menuntut agar Indonesia mampu mewujudkan kemampuan intelijen maritim yang canggih. Intelijen maritim merupakan bagian intelijen strategis yang merupakan upaya untuk menjamin stabilitas nasional dan upaya untuk penginderaan terhadap lingkungan strategik baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Kementerian Pertahanan perlu membangun lagi sejumlah infrastruktur pangkalan dan sarana pemeliharaan kapal perang. Selama ini sistem komando armada bertugas membina kemampuan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yang terdiri dari kapal perang, pesawat udara, pasukan marinir, dan pangkalan. (TS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun