Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apa Kabar Proyek LRT Bandung Raya?

1 Agustus 2024   15:47 Diperbarui: 2 Agustus 2024   20:19 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Kabar Proyek LRT Bandung Raya ?

Proyek kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek dan Palembang sudah beroperasi dengan baik. Sebaiknya diikuti dengan pembangunan LRT di kawasan Bandung Raya. Sistem LRT dinilai lebih cocok dan feasible untuk Bandung Raya ketimbang sistem monorel yang sudah lama digadang-gadang oleh Gubernur Jawa Barat. Sungguh mengherankan kenapa pembangunan LRT di Bandung sudah bertahun-tahun belum dimulai. Padahal mockup gerbong LRT sudah pernah dipamerkan.

Bandung Raya mestinya tidak kalah dengan Palembang yang sudah memiliki sistem transportasi LRT sepanjang 24,5 km dengan 23 stasiun pemberhentian. Rutenya mulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II hingga Kompleks Olahraga Jakabaring. Nilai investasi LRT Palembang ditaksir sebesar Rp 7,2 triliun. Rencana awal pendanaan proyek tersebut mengandalkan investor swasta. Namun, berhubung tidak ada investor swasta yang mau menanamkan modalnya karena dianggap kurang menguntungkan dari sisi bisnis, maka pemerintah menugaskan BUMN untuk menggarap proyek tersebut.

Gairah pengembangan perkeretaapian juga mempercepat proses pembangunan KA bandara yang terintegrasi dengan KA komuter dan kereta cepat. Transformasi perkeretaapian yang kini menjadi tekad pemerintah hendaknya juga dipadukan dengan langkah pemerintah daerah terkait dengan pembenahan angkutan publik, pengembangnan wilayah, serta sistem logistik daerah.

Tidak ada salahnya bila konsep dan rencana pembangunan monorel di Bandung diubah menjadi moda transportasi LRT. Karena monorel kurang feasible atau layak bagi pengembangan transportasi massal. Monorel kurang efektif bagi tata ruang dan investasinya sangat mahal tetapi kurang bisa memecahkan volume angkutan massal.

Sebaiknya Pemprov Jabar dan pemkot Bandung beralih dari monorail ke LRT dengan memanfaatkan jalur KA yang kini tidak aktif. Seperti jalur KA Bandung-Ciwidey. Investasi LRT lebih layak dan murah karena infrastruktur sudah ada tinggal pengadaan rangkaian kereta LRT, pembangunan infrastruktur rel serta membereskan tanah yang kini banyak diserobot oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Saatnya pemerintah daerah berkolaborasi dengan PT KAI sebagai lembaga yang paling berkompeten di sektor angkutan massal, utamanya perkeretaapian. Kini arah pengembangan perkeretaapian nasional difokuskan untuk menghasilkan solusi angkutan publik dan logistik yang modern dan efektif. Serta menghidupkan kembali jalur-jalur KA yang selama ini telah mati dengan sistem KA yang teknologinya lebih modern seperti LRT.

Sistem LRT memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan moda yang lain. LRT atau biasa disebut dengan trem kota merupakan alternatif dalam menanggulangi kemacetan kota. LRT sangat tepat untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan jalan kota yang telah eksis. LRT bisa berbaur dengan moda lalu lintas kota lainnya. Biasanya LRT terdiri dari 4 rangkaian kereta atau disebut Heavy Rail Transit (HRT) satu set ( 4 gerbong ).

Berbagai keunggulan teknis LRT antara lain bobot kendaraan ringan dan dapat dibuat oleh balai yasa KA, INKA bahkan perusahaan karoseri bus. Tidak ada emisi di jalan dan suaranya tidak bising. Selain itu LRT merupakan angkutan serbaguna dan dapat berjalan pada kecepatan tinggi di jalan terpisah dan dapat menembus jalan sempit serta dapat mengatasi gradien curam dan tikungan tajam.

Rencana Pemprov Jabar mengaktifkan kembali jalur kereta api antara Rancaekek-Tanjungsari bisa juga dikonkritkan dengan sistem LRT. Kemudian jalur KA sepanjang 10,8 kilometer itu diperpanjang hingga Kabupaten Sumedang dan Majalengka. Dengan demikian terwujud KA bandara Kertajati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun