Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Khodam dan Kain Kafan Ibuku

27 Juni 2024   01:07 Diperbarui: 27 Juni 2024   01:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontemplasi bersama Wijaya Kusuma ( dokpri/Totoksis)

Khodam dan Kain Kafan Ibuku
 
Meraba kehadiran Khodam diantara mekarnya Wijaya Kusuma
Malam yang hening, diiringi nyanyian jangkrik dan aneka serangga.
 
Aku terkesima memandangi mekarnya Sekar Wijaya Kusuma.
Yang konon pegangan Prabu Narayana yang menjalin kisah dengan Dewi Pratiwi.
Bunga yang disebut sebagai ratu malam itu menemani semedi wawas diri.
Aku orang biasa.
Kisah hidupku bukanlah lakon cerita Mudhune Sumpung Wijaya Kusuma.
Yang mengisahkan perjalanan ksatria bernama Narayana (Kresna) menjadi raja di Negara Dwarawati.
 
Sepekat malam adalah putih, seputih kain kafan Ibuku
Wijaya Kusuma memancarkan sinar kehidupan
Mencairkan kebekuan pikir
Mengenang jasa Ibu yang ukir jiwaku.
 
Kukenang nasehatnya lewat kuntum Wijaya Kusuma
Singkirkan aluamah, empunya nafsu serakah
Padamkan amarah, penimbul nafsu marah
Kendalikan Supiah, perangkai cinta duniawi
Peluk Mutmainah, pemilik ketenangan batin

Sepekat malam adalah putihnya Wijaya Kusuma (dokpri/Totoksis)
Sepekat malam adalah putihnya Wijaya Kusuma (dokpri/Totoksis)

Dalam keheningan malam, bersama mekarnya Wijaya Kusuma,
Terngiang pitutur Ibuku  agar aku mengarungi kehidupan ini bisa mengendalikan hawa nafsu. 

Menuju kehidupan lebih baik di dunia maupun akhirat. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Ibuku adalah guru pertamaku.
Menuntun budi pekerti, menavigasi gejolak nafsuku.
 
Masih terngiang, pelajaran tentang nafsu oleh Ibuku.
Bahwa Aluamah adalah nafsu yang menimbulkan keinginan makan dan minum berlebihan. Pengabdi nafsu aluamah tandanya gemar makan-minum yang enak-enak dan tidak pernah puas.
Selain aluamah, ada nafsu amarah dan supiah. Amarah adalah keinginan selalu marah dan mudah tersinggung, sedangkan supiah adalah nafsu cinta duniawi yang juga menimbulkan berahi tanpa batas kepuasan.
Tiga nafsu itu menurut Ibuku mesti dikendalikan, sepanjang hayatku.
Masih ada satu lagi, lanjutnya, yakni mutmainah.
Nafsu ini mengandung kesabaran dan menimbulkan keinginan membantu orang lain.
Nafsu ini yang mesti terus dikembangkan, tetapi tetap dalam kendali.
 
Suatu saat Ibuku bercerita, pada diri anak-anaknya dinaungi oleh sang Khodam.
Penjaga laku kebaikan dan  budi pekerti yang welas asih.
Sang Khodam adalah Sedulur Papat Lima Pancer yang selalu bersatu dalam jiwa dan raga kita.

Proses mekarnya kuncup Wijaya Kusuma (dokpri/Totoksis ) 
Proses mekarnya kuncup Wijaya Kusuma (dokpri/Totoksis ) 

 Arti sedulur papat limo pancer menurut Ibuku,
Pertama adalah Kakang Sawah, yakni air ketuban yang membantu manusia dilahirkan ke dunia. Karena air ketuban keluar pertama kali, masyarakat Jawa menyebutnya Kakang, yang berarti Kakak.
Kedua adalah Adi ari-ari atau plasenta. Yakni ari-ari yang keluar setelah bayi dilahirkan dan disebut Adi, yang berarti adik dalam bahasa Indonesia.
Ketiga adalah Getih atau darah, yang menjadi zat utama bagi ibu dan bayi. Saat berada dalam kandungan, bayi dilindungi  dan dihidupi oleh getih.
Keempat adalah Puser yakni tali plasenta yang menghubungkan ibu dan bayi.
Tali pusar ini adalah jembatan kehidupan yang menyediakan nutrisi yang penting bagi kelangsungan hidup bayi saat di dalam kandungan.
Dan yang kelima adalah Pancer, juga disebut sebagai raga diri kita. Raga yang terdiri dari jaringan tubuh, otak, sistem saraf. otot dan panca Indera kita.
 
Sedulur Papat Lima Pancer,
Itulah Khodam aku dan kita semua.
Bukan Khodam klenik yang nista,
Dalam jagat maya dan aplikasi yang penuh tipu daya,
aplikasi cek Khodam yang sia-sia tanpa guna.
 
 
*) Rancakekek, lewat tengah malam, 27 Juni 2024


(dokpri/Totoksis ) 
(dokpri/Totoksis ) 
(dokpri/Totoksis ) 
(dokpri/Totoksis ) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun