Pelemahan Rupiah Pukulan Berat untuk Industri
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berpotensi berlanjut. Akibat kepanikan pelaku pasar keuangan terkait serangan rudal Iran ke Israel. Perilaku investor yang mencari aset-aset aman seperti dolar AS saat masa genting kerap terjadi, menyebabkan nilai tukar rupiah kian merosot.
Sektor industri yang berbasis bahan baku impor mengalami pukulan berat terkait pelemahan rupiah. Sektor industri di tanah air menjadi kurang gesit dalam persaingan global.
Tak kurang dari Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa pelemahan rupiah akan mempengaruhi kondisi manufaktur Indonesia. Menperin Agus menjelaskan, jika rupiah melemah akan membawa dampak pada impor bahan baku yang masih belum tersedia di Indonesia.
Artinya dengan begitu pengusaha industri akan membutuhkan dana lebih besar untuk belanja bahan baku saja yang notabenenya dari impor. Pukulan lain bagi sektor industri adalah terkait non production cost seperti logistic.
Kini sektor industri di Indonesia mengalami pukulan bertubi-tubi akibat pelemahan nilai tukar rupiah, masih lambatnya penyerapan APBN/APBD, hingga krisis global yang belum juga usai.
Akibatnya ancaman deindustrialisasi yang lebih luas sangat mengkhawatirkan. Hal itu bisa menyebabkan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) berpotensi meningkat.
Agilitas Industri Pengolahan Terganggu
Kondisi produksi industri pengolahan besar dan sedang pada saat ini berpotensi mengalami pertumbuhan negatif. Padahal sektor industri pengolahan kedepan bisa menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia dan mudah menyerap lapangan kerja dalam jumlah yang besar.