Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Strategi Mencetak Kelas Menengah yang Tangguh di Tangan Menkeu

6 Maret 2024   13:04 Diperbarui: 7 Maret 2024   08:24 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan keterangan terkait realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (19/3/2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A via KOMPAS.com

Antara lain kewenangan yang terkait dengan insentif fiskal. Apalagi jika nantinya ada pergeseran atau pencabutan terhadap subsidi BBM yang selama ini banyak yang salah sasaran. 

Selama ini subsidi BBM seperti misalnya subsidi LPG gas melon 3 kg yang mestinya diperuntukkan kepada rakyat miskin ternyata banyak yang "dicaplok" oleh kelas menengah dan kelas atas tanpa rasa malu.

Mestinya Menkeu bersikap tegas terkait dengan jumlah subsidi energi yang dari dari tahun ketahun terus melambung karena subsidi tersebut salah sasaran.

Menkeu Sri Mulyani bercanda dengan cucunya (sumber akun sosmed Sri Mulyani)
Menkeu Sri Mulyani bercanda dengan cucunya (sumber akun sosmed Sri Mulyani)

Inteligensi Keuangan Negara

Dalam situasi penyelenggaraan negara yang seperti sekarang ini, dibutuhkan sosok Menkeu yang pro rakyat dan sekaligus mampu menciptakan inteligensi keuangan negara.

Pro Rakyat dalam arti memiliki mazhab yang kuat dalam hal pembagian kue pembangunan yang berbasis keadilan sosial. Hal itu tercermin dalam politik anggaran nasional dan daerah. 

Selama ini proses penyusunan anggaran kurang menyerap aspirasi rakyat luas. Akibatnya, postur anggaran belum menampakan harapan baru dari sisi kepentingan rakyat luas. Bahkan mencuatkan berbagai kekhawatiran sehubungan dengan lemahnya elemen pengendalian dan pengawasan.

Jika dilihat dari volumenya maka kebanyakan APBD kurang signifikan dibandingkan dengan faktor demografi, geografis serta pertumbuhan IPM. 

Para penguasa cenderung memutuskan belanja untuk sektor publik masih dibawah belanja birokrasi. Buruknya proses dan kualitas penyusunan APBD merupakan indikasi bahwa kebijakan keuangan di negeri ini belum pro rakyat.

Menkeu Sri Mulyani memberi paparaan terkait APBN (sumber akun sosmed Sri Mulyani)
Menkeu Sri Mulyani memberi paparaan terkait APBN (sumber akun sosmed Sri Mulyani)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun