Konten kurikulum kebencanaan sebaiknya ditekankan kepada aspek mitigasi, sosialisasi dan sistem komunikasi. Gempabumi dari skala terkecil hingga terbesar jika dihitung pertahun bisa terjadi dalam jumlah ribuan. Yang harus sekarang dilakukan oleh publik adalah apa yang harus disiapkan sebelum, sesaat dan setelah gempa bumi terjadi.
Perlu platform pembelajaran untuk menunjang kurikulum kebencanaan. Platform tersebut mampu memperagakan simulasi bencana dan aktivitas tanggap darurat. Para siswa juga perlu diberi pengetahuan terkait kearifan lokal dalam menghadapi bencana.
Praktik kearifan lokal terbukti telah mengurangi dampak bencana alam, misalnya di tiga pulau di Sumatera, yakni Simeulue, Nias, dan Siberut yang sering dilanda tsunami dan gempa bumi.Â
Dengan kebudayaan yang berbeda beda, ketiga pulau itu, yang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, telah mengangkat ke permukaan pelbagai praktik kearifan lokal yang sebelumnya luput dari perhatian masyarakat internasional yang peduli pada upaya pengurangan risiko bencana.
Praktik yang mencakup antara lain seperti sarana komunikasi tradisional, metode pembangunan dan perencanaan hunian, serta upacara ritual yang terkait.Â
Masyarakat Simeulue menggunakan kata smong untuk menyebut peristiwa tsunami. Adanya istilah lokal untuk menyebut peristiwa tsunami membuktikan bahwa masyarakat setempat memiliki pengetahuan hingga tingkat tertentu berkaitan dengan fenomena alam itu.Â
Ketika Tsunami 2004 lalu korban yang jatuh di daerah tersebut relatif kecil jika dibandingkan dengan wilayah lain, yaitu sekitar 44 jiwa. Hal ini terjadi karena para orangtua di daerah tersebut telah mengetahui apa yang mereka anggap sebagai pertanda.
Membangun budaya sadar bencana. Mitigasi dan edukasi terkait bencana salah satunya gempabumi harus diperkuat mulai dari usia dini. Masyarakat seharusnya sudah mulai membudayakan perilaku sadar bencana.Â
Memperbanyak dan merutinkan latihan-latihan penyelamatan yang dilakukan jika terjadi gempa bumi, juga bisa menjadi salah satu cara dalam membentuk sebuah kebiasaan yang bermanfaat jika gempa bumi yang sebenarnya terjadi.