Sudah lama dan banyak usaha untuk mendamaikan suporter sepak bola. Namun hingga kini belum tuntas. Banyak pihak yang berusaha keras melakukan islah perdamaian bagi suporter sepak bola yakni antara Bobotoh Persib dengan The Jakmania. Usaha tersebut diharapkan bisa berlangsung secara efektif dan menghasilkan perdamaian yang langgeng.
Sepak bola adalah sihir sosial yang berdampak luar biasa. Bermula dari sang petualang globalisasi gelombang pertama yakni Marco Polo pada 1254 mengambil secara diam-diam permainan sepak bola dari daratan Asia khususnya negeri Tiongkok lalu dibawa ke daratan Eropa.Â
Sejak saat itu sepak bola menjadi cermin sosial dan barometer tingkah laku masyarakat. Sampai-sampai pemikir sosial Antonio Gramsci menyatakan bahwa sepakbola merupakan model masyarakat yang sangat membutuhkan penegakan hukum fair play dan sportivitas.
Betapa sulitnya menumbuhkan budaya sportifitas bagi suporter sepak bola. Namun, sesulit apapun usaha itu harus tetap dilakukan tanpa ada kata putus asa. Termasuk usaha untuk membangun budaya sportifitas bagi generasi baru bobotoh Persib dan Persija sekarang ini.
Alangkah sayangnya jika energi kolektif suporter sepak bola tidak bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif dan produktif. Membangun budaya sportifitas bagi suporter sepakbola sebenarnya bukan pekerjaan mahal, tetapi butuh ketulusan, ketelatenan dan daya kreatifitas.Â
Dari aspek psikososial suporter sebenarnya tidak sekedar menonton pertandingan, tetapi cenderung ikut menentukan jalannya permainan sebagai aktor teater di pinggir lapangan. Dengan demikian para suporter dalam status sebagai aktor sebaiknya didorong atau diberi fasilitas tertentu supaya lebih bertanggung jawab.
Selain itu agar suguhan teaternya tak kalah sensasional dari pertandingan sepak bolanya. Juga harus dibangun daya kecerdasannya agar mampu menyedot atensi dan liputan media massa.Â
Alangkah eloknya jika para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat sering larut di tengah aksi suporter itu. Menghadapi dinamika penonton dibutuhkan metode yang persuasif.
Patut dicontoh perusahaan multinasional Honda yang ikut serta membangun budaya sportif di kalangan suporter sepak bola di Jepang. Yang berhasil mengeliminir perilaku suporter yang destruktif dan mentransformasikan menjadi hiburan kolosal yang atraktif baik di dalam maupun di luar stadion.Â
Transformasi itu bisa berlangsung secara baik jika perkumpulan suporter mampu membuat tribun penonton tak ubahnya seperti panggung teater yang mampu menyajikan paduan suara, koreografi hingga panggung humor kolosal.Â