Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hilirisasi Tak Kunjung Datang dan Kutukan Batubara

21 Januari 2024   19:13 Diperbarui: 21 Januari 2024   19:14 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengerukan batubara ( gambar :  KOMPAS.id/DIDIE SW )

Hilirisasi Tak Kunjung Datang dan Kutukan Batubara

Debat Cawapres Kedua dalam Pemilu 2024 mengetengahkan topik Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa. Khusus tentang Energi, Indonesia selama ini mengeruk SDA Batubara secara berlebihan untuk kebutuhan PLTU maupun untuk di ekspor. Hilirisasi Batubara belum terjadi karena komoditas mineral ini hanya dibakar mentah-mentah tanpa proses hilirisasi menjadi energi yang bersih dan ramah lingkungan. Banyak yang tidak sadar saat ini negeri ini sedang mengalami kutukan batubara.

Perusahaan data dan analisis global Kpler menobatkan Indonesia sebagai juara ekspor komoditas emas hitam alias batubara di dunia. Kpler menyatakan volume ekspor batubara Indonesia mencapai 413 juta ton per Oktober 2023. Volume tersebut mengalami kenaikan 11,5 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 371,08 juta metrik ton.

Penobatan Kpler mengandung paradoks yang bisa menimbulkan masalah serius di masa mendatang. Pasangan Capres Cawapres Pemilu 2024 perlu berpikir keras dan mencari Solusi menghadapi kutukan batubara, Apalagi program hilirisasi batubara masih gagal dan transformasi energi masih tersendat sendat.

Publik menunggu perang pemikiran antar capres cawapres terkait dengan batubara. Debat cawapres yang mengusung topik energi diharapkan terfokus kepada paradoks batubara Indonesia.

Sumber Daya Alam (SDA) batubara masih bernilai tambah kecil serta kurang seriusnya pemerintah menggarap hilirisasi batubara. Perlu terobosan terkait energi dari capres yang bertarung dalam Pemilu 2024, khususnya terhadap pengelolaan kekayaan batubara. Agar tidak dikeruk begitu saja lalu di ekspor dengan proses nilai tambah domestik yang sangat kecil.

Selain itu juga pentingnya tindakan tegas terhadap penyelewengan pajak batubara dan kontrol yang ketat menyangkut kewajiban pengusaha batubara.Pemerintahan mendatang harus tegas dan tanpa pandang bulu menerapkan kewajiban pengolahan batubara. Ketegasan itu penting agar di lapangan tidak mudah dikelabui. Definisi pengolahan yang selama ini digariskan oleh pemerintah hingga proses briket sebenarnya masih tergolong primitif.

Jika stagnasi teknologi pengolahan batubara dibiarkan terus, tidak mustahil bangsa Indonesia terkena kutukan dampak lingkungan akibat penggunaan batubara. Perlu digaris bawahi bahwa bangsa ini tidak mungkin membakar habis batubara dalam bentuk PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara ini dinilai tidak efisien dan kurang memberi nilai tambah yang tinggi. Sudah

Mundurnya Air Products and Chemicals, Inc dari konsorsium proyek hilirisasi atau gasifikasi batubara menggagalkan program transformasi kompor DME untuk rumah tangga. Akibatnya bangsa Indonesia masih terbebani oleh impor gas LPG yang kian berat.

Dampak hengkangnya Air Products dari proyek DME yang amat menyedihkan belum ada ada solusinya. Publik mempertanyakan seperti apa solusi yang harus dilakukan agar proyek hilirisasi batubara dapat berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun