Ketika Serikat Pekerja Mengajari Bung Karno Buat Pabrik Baja
Sejarah menunjukkan peran Serikat Pekerja atau Serikat Buruh sangat penting dan banyak jasanya bagi suatu bangsa maupun bagi pribadi warga negara. Solidaritas Serikat Pekerja tidak sebatas di ruang kantor atau pabrik, tetapi sudah melintas antar bangsa. Solidaritas dan kerja sama sudah mendunia.
Tajuk Pekerja Berserikat sangat relevan sepanjang zaman. Awal mula saya tertarik menjadi aktivis Serikat Pekerja pada saat saya masih menjadi mahasiswa Teknik Mesin. Saat itu saya membaca buku tentang jasa serikat pekerja Rusia mengajari dan melatih bangsa Indonesia mendirikan pabrik baja untuk industrialisasi.
Sejarah mencatat Indonesia memiliki industri logam dasar yang dibangun sejak era Presiden Soekarno. Pendirian pabrik baja di Cilegon karena Bung Karno terinspirasi setelah berkunjung ke Uni Soviet, pada tahun 1956. Ketika itu Bung Karno mengunjungi pabrik baja Uralmash Sergo Ordzhonikidze. Saat itu Bung Karno sangat bersemangat melakukan diskusi panjang lebar dengan para tokoh Serikat Pekerja di pabrik itu yang dipimpin Yakov Lipin. Singkat kata serikat pekerja baja Rusia bersedia mengajari dan melatih rakyat Indonesia untuk mendirikan pabrik baja sendiri.
Anjuran serikat yang dipimpin Lipin itu disambut baik oleh Bung Karno. Sejak itu Bung Karno termotivasi agar bangsa Indonesia memiliki pabrik baja sendiri dengan volume produksi yang besar sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Kemudian Presiden Soekarno menugaskan Menteri Perindustrian dan Pertambangan, Chaerul Saleh bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara (kini Bappenas) untuk menyusun cetak biru industri baja nasional.
Indonesia yang sedang membangun membutuhkan industri pengolahan bijih besi. Biro Perancang Negara menggandeng konsultan asing untuk merintis industri baja yang bernama Proyek Besi Baja Trikora. Setelah studi kelayakan selesai disusun, Cilegon dipilih sebagai tempat pengolahan dan produksi hasil olahan bijih besi karena memiliki kelebihan seperti, lahan luas yang tidak mengalihfungsikan lahan pertanian, terdapat sumber air yang melimpah, aksesnya yang terjangkau dari berbagai pulau untuk mendatangkan besi tua melalui pelabuhan Merak.
Penandatanganan kerjasama pembangunan dengan Gazprom Export (All Union Export-Import Corporation) dari Uni Soviet pada 7 Juni 1960 berlanjut dengan peletakan batu pertama pabrik baja pada 20 Mei 1962. Kini pabrik baja tersebut menjadi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Secara teknis sebenarnya mutu logam produksi PT KS beberapa jenis diantaranya lebih bagus dibanding produk Tiongkok. Namun selama lima tahun terakhir kondisi PT KS mengalami kesulitan keuangan dan kalah bersaing dengan baja impor.
Sejarah perjuangan Serikat Pekerja di Indonesia sungguh luar biasa. Jauh sebelum Indonesia merdeka serikat pekerja sudah memiliki media massa yakni koran yang menjadi alat perjuangan yang hebat. Dalam bukunya John Ingleson, yang berjudul Buruh, Serikat dan Politik disebutkan bahwa organisasi Serikat Pekerja waktu itu telah menjadi guru terhadap partai politik. Serikat pekerja sejak tahun 1915 sudah aktif mengajari teori perjuangan kepada tokoh pemuda pejuang bangsa. Serikat Pekerja yang sudah memiliki koran memberikan kesempatan kepada tokoh muda pejuang bangsa untuk mengisi kolom dengan gagasan dan pemikirannya. Haji Agus Salim adalah salah satu pengelola koran milik Serikat Pekerja tersebut.