Pemerintah daerah diharapkan melakukan mitigasi bencana secara sungguh-sungguh terkait permukiman dan bangunan publik dengan memperhatikan kaedah bangunan yang akrab atau tahan gempa. Perlu mitigasi bencana yang berbasis pembenahan tipologi permukiman. Pembenahan tipologi permukiman dan bangunan publik yang rawan bencana gempa mengacu kepada buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia sebagai pedoman untuk mendesain konstruksi bangunan di daerah rawan.
Langkah-langkah mitigasi gempa bumi perlu segera dilakukan. Indeks risiko bencana perlu diturunkan dan kinerja pemerintah daerah terkait bencana harus ditingkatkan. Arah kebijakan pembangunan nasional bidang kebencanaan adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat dalam menghadapi bencana.
Sebagai negara yang wilayahnya berada di atas banyak sesar atau patahan lempeng bumi dibutuhkan strategi internalisasi pengurangan risiko bencana gempa khususnya penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana dan peningkatan kapasitas dalam penanggulangan. Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya yaitu komponen bahaya, kerentanan dan kapasitas. Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat diturunkan dengan cara peningkatan kapasitas atau komponen kapasitas. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan pada setiap tataran pemerintahan dan masyarakat.
Risiko bencana gempa sangat tergantung tipologi permukiman penduduk. Sangat penting untuk identifikasi karakteristik keteraturan permukiman sehingga dapat dirancang mitigasi gempa dan tanah longsor yang paling sesuai dengan kondisi permukiman tersebut. Analisis tipologi permukiman, selain penerapan teknologi bangunan yang akrab gempa juga perlu evaluasi terhadap lima aspek, yaitu: konsistensi hirarki jalan; kondisi drainase; keteraturan kavling; kemantapan sempadan jalan; dan kemantapan sempadan bangunan.
Gempa bumi semakin sering mengguncang wilayah Indonesia. Rentetan gempa menjadi peringatan serius terhadap negara kita yang terdapat banyak sesar aktif yang bisa memicu gempa. Apalagi sesar itu banyak melintasi permukiman padat dan kawasan industri. Dengan kondisi seperti ini hendaknya jangan lengah dengan mitigasi. Keniscayaan menerapkan teknologi bangunan yang akrab gempa.
Bangunan publik, sekolah, pusat perbelanjaan, pasar dan hanggar pabrik tempat para pekerja mesti dibuat dengan prinsip akrab gempa. Serta memiliki sistem mitigasi yang selalu diperbarui. Pabrik-pabrik mesti memiliki prosedur tanggap bencana dalam sistem mitigasi yang tersosialisasi dengan baik. Bangunan pabrik yang sarat dengan permesinan dan bahan-bahan yang mudah terbakar bahkan eksplosif sangat riskan jika terjadi bencana alam.
Tidak ada kata yang lebih penting daripada mitigasi. Sebagian besar aspek mitigasi terkait dengan kondisi bangunan. Diharapkan kondisi bangunan bisa akrab dengan gempa. Istilah akrab untuk menekankan sebetulnya tidak ada bangunan publik yang benar-benar tahan gempa. Akrab untuk menunjukkan pentingnya fleksibilitas bangunan jika terkena getaran gempa dengan berbagai skala tidak sekaligus ambruk. (TS)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI