Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mati Ketawa Cara Kompasiana Blokir Akun Anggota

9 November 2023   11:23 Diperbarui: 9 November 2023   11:52 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu konten yang mengalami ketidakadilan (dokpri ) 

Mati Ketawa Cara Kompasiana Blokir Akun Anggota

Menyimak konten di Kompasiana banyak kelucuan, keanehan, keharuan hingga kekonyolan yang terjadi silih berganti. Kadang saya cengar-cengir menghayati kelakuan diri sendiri yang masih semangat dan tulus ikhlas memproduksi konten artikel untuk saya "titipkan" di Kompasiana.

Nurani saya kadang berbisik, " waras tah awakmu !, kok mau-maunya jadi penulis di Kompasiana ?", bisik lirih nuraniku. "Dapat apa dirimu, kok "tiwas" makan hati dan buang-buang waktu saja ?.", ejek nuraniku lebih lanjut.

Bisa jadi nuraniku benar, tetapi nafsu dan gairahku tetap saja ingin menulis di Kompasiana meskipun "anak-anak" saya sering diperlakukan tidak adil oleh pengelola Kompasiana. Anak-anak yang saya buat dengan sepenuh hati, curah pikiran, memeras ingatan bahkan dengan cara bedah kasus dan analisa, sering diperlakukan tidak adil oleh pengelola Kompasiana.

Hari ini saya dibuat terbahak-bahak melihat salah satu akun penulis Kompasiana "diberangus" alias diblokir. Padahal pemilik akun Kompasiana itu baru saja mendapat anugerah angka tertinggi atau rangking pertama dalam program "bansos" Kompasiana dengan tajuk K-REWARDS. Sungguh fenomena yang amat lucu dan patut disebut "Mati Ketawa Cara Kompasiana". Bukan saya iri dengki dengan penerima anugerah tersebut. Tidak sama sekali.

Saya hanya penasaran dengan fenomena mati ketawa itu. Saya telah teliti, konten-konten yang ada di akun kawan kita yang diberangus itu. Hasilnya saya semakin tidak paham apa sebabnya akun itu diberangus. Padahal konten-konten itu menurut hemat saya tidak berdosa. Dan nyata-nyata telah dilihat dan dibaca banyak orang, hingga puluhan ribuan. Meskipun isinya adalah sesuatu yang sederhana, tetapi apa salahnya kalau itu dibaca banyak orang. Dan tentu saja ini bisa mengalirkan deras fulus monetisasi ke kantong Kompasiana. Saya belum paham kenapa akun itu mesti di berangus. Apakah ada pihak-pihak yang iri dengki, sirik tanda tak mampu lalu protes kepada pengelola Kompasiana ?

Saya Titipkan "Anak" di Kompasiana

Izinkan saya paparkan bagaimana perlakuan pengelola kompasiana terhadap "anak-anak" saya yang cukup mengiris hati. Saya hanyalah rakyat jelata yang diliputi kegelisahan melihat kondisi negeri ini. Saya tidak punya apa-apa, namun setiap hari saya berusaha membuat anak-anak kalimat, menyusun kata demi kata, mengawinkan peristiwa, membedah tata kelola negara, dan menggempur setan-setan yang berdiri mengangkangi keadilan sosial. Dan jadilah anak-anak saya yang berupa artikel untuk Kompasiana.

Pengelola Kompasiana menurut hemat saya ibarat badan sensor konten tulisan yang kaku dan suka-suka terkait dengan syarat dan ketentuan bagi kreator konten yang ingin menitipkan "anak-anaknya".

Pengelola juga belum mampu menghargai jerih payah terkait dengan monetisasi. Pun begitu para Kner tetap semangat dan bersikap tulus ikhlas serta terus memenuhi taman Kompasiana dengan anak-anak buah hatinya. Sayangnya anak-anak itu tidak semua ditumbuh kembangkan dengan baik, tidak jarang justru mengalami diskriminasi karena stempel konten yang berbau oposisi rezim penguasa, konten yang bisa mengusik status quo, membangkitan perlawanan terhadap tirani. Pokoknya konten-konten yang sejenis itu bakal diperlakukan tidak adil oleh pengelola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun