"Sing Penting Srudukane", Akar Rumput Makin SolidÂ
Banteng itu kalau disakiti justru tenaganya menjadi berlipat ganda. Banteng secara alamiah sikapnya tenang, sorot matanya bening namun tajam. Ketika dia diganggu, dizalimi, disakiti niscaya akan diseruduk hingga lawan itu terkapar.
PDI Perjuangan memiliki basis massa tradisional yang jiwa Soekarnoismenya sudah mendarah daging turun temurun. Meskipun Jokowi dan anaknya sudah berpaling dan secara tidak langsung sudah pindah ke partai lain, hal itu tidak membuat massa tradisional PDI Perjuangan khawatir. Basis massa yang tersebar di seluruh Indonesia tidak akan tergerus seperti yang digembar-gemborkan pengamat dan tukang survei bayaran.
Justru kelakuan Gibran yang menabrak etika politik membuat anak-anak muda sekarang ini rame-rame bergabung dan menjadi relawan Ganjar-Mahfud. Para mahasiswa dan pelajar yang sudah muak melihat sandiwara yang mencederai demokrasi yang melibatkan Mahkamah Konstitusi kini semakin militan untuk melawan koalisi gemuk yang disokong Jokowi.
Ketika PDI Perjuangan dizalimi alias dikerjain oleh koalisi gemuk, justru massa akar rumput pendukung banteng merasa tercambuk dan makin solid. "Sing penting srudukane, Biarpun gepeng, tetep Banteng. Tanpa Jokowi dan kroninya, ora pateken, gak ngaruh," begitu cetus pendukung PDI Perjuangan yang saya hubungi di salah satu basis massa daerah Mataraman Jawa Timur. Sekedar catatan, yang dimaksud Daerah Mataraman adalah Jawa Timur bagian barat ( Blitar, Kediri, Tulungagung, Jombang, Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Trenggalek, Ngawi, Tuban, Bojonegoro ).
Militansi banteng-banteng Mataraman Jatim tidak kalah dengan banteng Jawa Tengah. Melihat kondisi obyektif diatas, saya berani menyatakan bahwa suara pasangan Ganjar-Mahfud bisa memenangkan Pilpres 2024 di Provinsi Jatim. Kalau Jateng, tentunya lebih merah ketimbang Jatim. Khusus untuk Solo atau Surakarta, Banteng akan tetap Berjaya, karena Wong Solo gak sudi darahnya menjadi kuning seperti Gibran.
Rakyat melihat Jokowi selama ini juga tidak memiliki ideologi Soekarnoisme yang kental. Nyatanya.corak ideologi Jokowi dan Gibran di mata rakyat lebih terlihat kekuning-kuningan, bukan merah berani. Semakin jelas, Jokowi bukan anak ideologi Soekarno dan tidak fasih bicara tentang ajaran Bung Karno.
Massa tradisional PDI Perjuangan secara turun menurun memiliki genetika bertentangan dengan Golkar yang saat ini partai kuning itu menjadi induk semang Gibran Rakabuming Raka.
Fenomena Jokowi yang menyokong penuh Gibran bergabung dengan koalisi gemuk secara halus sebenarnya menempatkan PDI Perjuangan menjadi oposisi selama tahun terakhir kekuasaan rezim Jokowi. Namun, Bu Megawati tetap sabar dan tidak terpancing dengan ulah petugas partai. Bagi PDI Perjuangan, peran oposisi pernah dilakukan dengan gagah berani. Banteng pernah menjadi opisisi yang tegar dan konsisten. Bukan oposisi amorfik alias tidak tidak berbentuk. Rakyat pernah menyaksikan PDI Perjuangan pernah menjadi oposisi yang berani ber- Vivere pericoloso dengan semangat banteng ketaton.
Sudah jelas bahwa saat ini kehidupan rakyat yang senin-kamis alias semakin sengsara akibat lemahnya daya beli dan semakin buruknya sektor ketenagakerjaan. Untuk itulah Bu Megawati Soekarnoputri memerintahkan agar kader-kader setianya untuk totalitas turun kebawah bersama rakyat hingga Pemilu 2024 selesai.
Kepada kader PDI Perjuangan, ingatlah seruan Bung Karno bahwa kandang banteng harus seperti kawah Candradimuka, semangat perlawanannya menggelora seperti bledek ngampar-ampar. Jangan sampai kandang banteng "adem ayem kadyo siniram banyu wayu sewindu lawase ". Karena hal itu bukan dialektika sebuah partai yang ingin menjadi besar dan jaya.
Dialektika yang diajarkan oleh Bung Karno itu harus dicamkan dan dihayati oleh jajaran pengurus PDI Perjuangan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!