Pekik Rallying Cry AMIN dan Golkar Sang Juru Selamat Prabowo
Topik pilihan Kompasiana kali ini adalah Tebak Capres Cawapres 2024. Prediksi saya pasangan yang akan terpilih dalam pertempuran Pemilu 2024 adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo- Airlangga Hartarto.
Menurut analisis saya, Gibran sang pangeran dinasti Jokowi karpetnya "terjepit" pintu baja. Sehingga dia tidak mampu turun di lapangan, hanya menjadi tim sukses dan pemandu sorak di pinggir lapangan. Begitupun tentang Erick Thohir yang selama ini diorbitkan oleh tukang survei nasibnya akan ditindih oleh Partai Golkar yang mesin politiknya lebih hebat hingga ke seluruh pelosok tanah air. Kalkulasi politik tentunya Golkar kuat ketimbang PAN yang mengajukan Erick Thohir. Andai Golkar mundur dari Koalisi Prabowo, koalisi Indonesia Maju boleh dibilang akan kalah sebelum bertanding. Prabowo mulai sadar setelah ditinggal PKB kaki koalisinya pincang, untunglah Golkar masuk menjadi juru selamat bagi Prabowo. Prabowo sebaiknya jangan terlalu percaya dengan tukang survei bayaran yang selama ini merekayasa elektabilitasnya.
Sekedar catatan, jika Prabowo nekat atau memaksakan eksekusi pasangan Prabowo - Gibran, maka partai Golkar utamanya para calegnya tidak akan memperoleh apapun, tidak memperoleh efek ekor jas Jokowi/Gibran. Para kader Golkar dan caleg sulit bertempur meraih suara jika Golkar tidak eksis masuk menjadi cawapres. Baliho dan poster-poster caleg Golkar akan garing jika Golkar dalam pemilu 2024 pimpinan dan kadernya absen menjadi Capres atau Cawapres. Basis massa tradisional Golkar tentunya tidak sudi partainya menjadi bonsai.
Tak bisa dimungkiri bahwa pasangan Anies Baswedan -Muhaimin Iskandar (AMIN) dalam setiap acara konsolidasi selalu dibanjiri dengan jutaan massa yang datang secara sukarela tanpa dibayar. Acara AMIN di Makassar, Malang, Sidoarjo dan lain-lain telah dibanjiri oleh jutaan massa yang dengan senang hati dan penuh semangat bertekad memenangkan AMIN.
Kenapa acara AMIN selalu menjadi lautan massa. Itu karena pasangan ini mampu memekikkan rallying cry. Yakni pekikan komando dalam sebuah pertempuran. Sebuah pekik berenergi mega-potensial yang sarat alasan untuk menang. Pekik rallying cry itu adalah kata PERUBAHAN. Siapapun tahu bahwa perubahan adalah Sunnatullah. Semua yang ada di alam semesta ini setiap detiknya senantiasa berubah.
Sungguh aneh jika ada koalisi yang sempat terperangkap oleh ego manusia setengah dewa. Sejatinya rakyat sudah muak dengan pasangan Capres-Cawapres yang terlalu diistimewakan dan dikesankan sebagai sosok luar biasa bak manusia setengah dewa. Padahal sejatinya sosok itu seperti bait lagu pangeran brengsek gudel ngepet.
Manusia setengah dewa jagoan dinasti haus kuasa yang di mata rakyat selalu dumeh atau gemar menepuk dada sebenarnya juga tidak memiliki dialektika jatuh bangun dalam berpolitik. Mereka adalah sosok-sosok karbitan dan serba instan ketika memperoleh jabatan.
Sebaiknya warung capres cawapres memposisikan sebagai penjual jamu temulawak. Kampanye pilpres jangan lagi sebatas menjual "asmara sesaat" dalam warung remang-remang yang penuh aroma rayuan gombal disertai desis birahi materialistik. Menu sajian dalam warung pasangan capres-cawapres idealnya menjual "temulawak", juga warung keadilan yang menjajakan "palu godam", serta warung obat yang menjual "racun tikus". Sebaiknya warung Capres saat ini tidak hanya menyajikan menu yang manis-manis dan memabukkan. Apalagi menu yang banyak mengandung kolesterol politik. Karena semua itu tidak menyehatkan tubuh bangsa ini.
Perikehidupan rakyat saat ini jelas membutuhkan jamu temulawak super pahit yang akan menjadi penawar racun collective ignorance. Juga bisa membikin penyakit bangsa "klepek-klepek" alias mati. Temulawak pahit tanaman obat asli Indonesia sangat baik dikonsumsi oleh bangsa yang sedang loyo karena rusaknya sistem metabolisme ditubuhnya. Akibatnya dipenuhi tumpukan berbagai racun dan gagal dieliminasi oleh sistem metabolismenya. Jamu temulawak pernah berjaya di masa lalu. Namun sekarang tergusur oleh soft drink kapitalisme internasional.