Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan. Pernah bekerja di industri penerbangan.

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Penutupan TikTok Shop dan Urgensi Value Creation Pasar Tradisional

4 Oktober 2023   17:29 Diperbarui: 8 Oktober 2023   21:00 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dihantam pandemi Covid-19 kini mengalami sederet masalah krusial. Penyelamatan pasar perlu segera dilakukan dengan value creation dan platform digital yang tepat sebagai wahana komunikasi massa yang sesuai dengan kemajuan zaman.

Salah satu agenda penting pemerintah daerah untuk menumbuhkan value creation bagi pasar adalah mengedepankan inovasi yang berbasis media platform digital yang multi fungsi sebagai promosi produk dan jenama atau merek.

Berdasarkan data Kemendag, jumlah pasar tradisional yang terdata sekitar 9,559 unit, dengan 95 persen berumur di atas 25 tahun, 1 persen berumur 10-20 tahun dan 3 persen berada di usia kurang dari 10 tahun.

Sisanya tidak aktif dan tinggal nama, akibat fasilitas tidak lengkap dan kurang memadai. Di sisi lain, pasar modern mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Menurut data Kemendag, jumlah pasar modern mencapai 14.000, yang berbentuk convenience store sebanyak 358 toko, minimarket 11.569 toko, supermarket 1.146 toko, hypermarket 141 toko, dan perkulakan atau grosir mencapai 26 toko.

Pemerintah sesungguhnya sudah menginisiasi beberapa upaya penyelamatan terkait dengan keberadaan pasar tradisional dan modern tersebut. Sayangnya, karena keterbatasan anggaran akibatnya masih belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.

Keniscayaan pasar tradisional dan modern menciptakan value creation sebagai urat nadi pemasaran. Baik penjual maupun pembeli saat ini lebih banyak memilih berinteraksi di platform daring demi mengurangi risiko kontak langsung.

Jenama-jenama yang sebelumnya mengandalkan penjualan di toko luring, beralih ke platform daring untuk bisa mempertahankan performa bisnis. 

Tetapi platform daring yang mengandalkan mobile commerce ternyata perlu media penyiaran. Media penyiaran inilah yang ditangkap oleh TikTok Shop hingga menjadi animo masyarakat yang luar biasa.

Kini paradigmanya sudah jelas, bahwa pergeseran pola tingkah laku konsumen ketika berbelanja daring, telah beralih ke smartphone untuk melakukan pembelian.

Fenomena pembelian langsung dari aplikasi atau smartphone ini disebut dengan m-commerce atau mobile commerce perlu sinergi dengan para kreator konten dan media penyiaran promosi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun