Mohon tunggu...
Totok Siswantara
Totok Siswantara Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Pembaca semangat zaman dan ikhlas memeluk takdir

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Urgensi Film Dokumenter tentang Indigenous Knowledge

2 Oktober 2023   11:57 Diperbarui: 2 Oktober 2023   11:59 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film dokumenter The Indigenous (tangkapan layar kanal Watchdoc Documentary) 

Urgensi Film Dokumenter Tentang Indigenous Knowledge

Situasi dunia yang dilanda efek perubahan iklim dan ancaman krisis pangan semakin banyak pihak yang perlu Rekomendasi Film Dokumenter untuk mencari solusi. Jagat film jangan hanya difokuskan untuk film komersial yang diputar di gedung bioskop. Masyarakat utamanya generasi muda saat ini perlu film berlatar kebudayaan, sosiologi,destinasi wisata, keanekaragaman hayati yang menjadi aset bangsa yang bernilai tinggi.

Keniscayaan film dokumenter tidak sekedar jejak sejarah namun bisa menjadi navigasi bagi kemaslahatan bangsa ke depan untuk meneguhkan kebhinekaan dan memahami toleransi yang esensial. Ada beberapa film dokumenter yang mampu menjadi penyelamat bagi masyarakat adat terkait dengan prasangka buruk dan stigma negatif yang timbul di luar masyarakat adat.

Film dokumenter yang bertema nilai-nilai keindonesiaan yang hebat dan memukau perlu diperbanyak. Ketimbang memproduksi film-film murahan yang kurang bernilai tambah serta tidak mendidik masyarakat karena sarat dengan mistis, kekerasan, perilaku abnormal dan sarat adegan seks murahan. Saatnya memperbanyak film nasional yang mampu membangkitkan imajinasi warga bangsa. Mengedepankan peristiwa budaya, potensi indigenous, serta berbagai aspek yang bisa menumbuhkan industri kreatif.

Produsen film sebaiknya mulai menggarap potensi indigenous knowledge di negeri ini. Potensi tersebut hingga kini belum terkelola secara baik. Sehingga banyak yang ditelan zaman dan rusak akibat bencana alam dan eksploitasi sumberdaya alam. Bahkan, tanpa kita sadari ada yang dicuri oleh pihak asing sebelum didokumentasikan lewat film.

Dunia semakin getol memproduksi film dokumenter, utamanya yang terkait dengan budaya dan kearifan lokal. Bahkan Rebecca Moore yang mewakili Google getol mengembangkan program Google Earth Outreach untuk mendukung masyarakat adat di seluruh dunia. Program tersebut sangat bermanfaat dalam bidang konservasi lingkungan, hak asasi manusia, pelestarian budaya dan menciptakan masyarakat yang berkelanjutan. Buah dari program diatas antara lain berupa keterampilan suku Indian di hutan Amazon dalam hal penggunaan Google Earth sebagai sarana untuk melindungi tanah mereka dari pembalakan liar. Serta untuk merencanakan masa depan mereka dan berbagi kekayaan sejarah dan budaya kepada warga dunia.

Di hutan Amazon Brazil, masyarakat adat Urueu Wau Wau telah berjuang tanpa kenal lelah melawan perambahan hutan yang dilakukan oleh petani dan pemukim ilegal.Itu adalah subjek dari film dokumenter The Territory, yang memenangkan beberapa penghargaan Sundance Film Festival.

Dari kota kembang Bandung telah diproduksi film dokumenter yang penting dan menarik yakni Film The Indigenous di Cireundeu. berkisah tentang masyarakat adat sebagai korban teori ilmiah dan dimarjinalkan negara. Film ini memaparkan kondisi masyarakat adat yang secara tidak langsung mengalami diskriminasi oleh ilmuwan dan negara. Film ini menyadarkan semua pihak bahwa animisme dan sinkretisme merupakan teori ilmiah yang bermasalah yang menyebabkan masyarakat adat mendapat stigma buruk dan sering mengalami diskriminasi. Sampai saat ini banyak ilmuwan yang menggunakan untuk menuduh masyarakat adat yang melakukan ritual kepada leluhur. Disadari atau tidak tuduhan itu legitimasi pemerintah, bahwa masyarakat adat sebagai tidak atau belum beragama.

Akibat kesalahkaprahan ilmiah yang diamini pemerintah itulah masyarakat adat mendapat diskriminasi dan termarjinalkan. Untuk diakui kewarganegaraannya mereka harus memeluk agama yang diakui pemerintah. Padahal, masyarakat adat tidak menyembah leluhur. Masyarakat adat menghormati leluhur karena jasa-jasanya. Praktik ini layaknya seorang anak terus mendoakan ibu bapaknya yang meninggal. Lebih dari itu, penghormatan kepada leluhur untuk pelestarian tradisi, wilayah, dan kehidupan mereka.

Potensi Indigenous Knowledge di negeri ini belum terkelola secara baik. Sehingga banyak yang ditelan zaman dan rusak akibat eksploitasi sumberdaya alam. Bahkan, tanpa kita sadari ada yang dicuri oleh pihak asing. Science and Development Network di London telah mendefinisikan Indigenous Knowledge sebagai "the knowledge that is unique to a given culture or society" ( pengetahuan yang khas/unik dalam suatu kebudayaan atau masyarakat tertentu ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun