Politisi Muda Perlu Fatsoen Politik dan Kekuatan NarasiÂ
Regenerasi politik Indonesia ditentukan oleh politisi muda. Namun sayang,banyak bibit politisi muda yang jiwanya terbelah menghadapi realitas terkini. Sungguh ironis, justru pada era bonus demografi, regenerasi politisi muda di Indonesia belum menggembirakan akibat sistem kepartaian yang masih dicengkeram oleh politisi gaek dan masih lemahnya kekuatan narasi politisi muda. Selain itu politisi masih sering menabrak fatsoen politik.
Kelangsungan regenerasi dan narasi politik kaum muda masih belum menggembirakan. Dalam hal regenerasi politik, hasil pengukuran indeks yang dilakukan Economist Intelligence Unit Democracy Index tahun 2022 menempatkan Indonesia pada urutan ke-101 dari 147 negara yang disurvei dalam hal regenerasi politik.
Survei menunjukkan rata-rata usia anggota DPR mencapai 51,6 tahun.Inilah yang cukup memprihatinkan, karena tren dunia justru menunjukkan bahwa regenerasi dan kekuatan narasi para politisi muda kian meningkat. Pemimpin bangsa-bansga semakin belia. Dan latar belakang pemimpin muda dunia semakin terbebas dari unsur dinasti dan nepotisme.
Politisi muda dunia semakin memiliki kekuatan narasi untuk merebut kekuasaan dalam sistem demokrasi. Politik narasi kini menjadi senjata yang ampuh bagi politisi muda untuk merebut kekuasaan. Bahkan kekuataan narasi kini sangat menentukan ekosistem politik di Amerika Serikat dan merupakan cara yang ampuh untuk mengalahkan oligarki, jejaring pelobi dan politik dinasti.
Salah satu bukti kekuatan narasi politisi muda juga terlihat dari kemenangan Gabriel Boric. Dalam pilpres Chile, Boric bersama koalisinya memproduksi besar-besaran narasi progresif untuk mengalahkan rezim status quo. Hal serupa juga terjadi di Thailand, Kekuatan narasi lewat media sosial oleh kalangan politisi muda terlihat pada pemilu Thailand yang diselenggarakan pada Mei 2023. Yang memenangkan Pita Limjaroenrat (42 tahun) dari Partai Bergerak Maju (Phak Kao Klai). Berdasarkan data dari alat ukur media sosial Social Eye pada hari pemilihan, Partai Bergerak Maju disebut telah mengunggah lebih dari 245.000 konten di media sosial.
Sejarah Indonesia sebenarnya diwarnai dengan kehebatan para politisi muda pada awal kemerdekaan dan sebelumnya. Sejarah menunjukkan bahwa kaum belia lebih trengginas mengendalikan semangat zaman dan berani membuat perubahan mendasar. Orang tua kita sering menyatakan bahwa anak muda itu ''kaduk wani kurang deduga'' (kelewat berani tapi kadang-kadang kurang perhitungan). Itulah kekuatan dan keajaibannya sekaligus kelemahan politisi muda.
Layar sejarah telah menyajikan lakon, betapa belia politisi dan pemimpin Indonesia tempo dulu. Dalam usia yang sangat belia mereka telah malang melintang, dan jatuh bangun dalam perjuangan politik. Hebatnya lagi, meski belia namun kekuatan narasi dan tradisi intelektual mereka telah mencapai tingkat kematangan.
Mereka adalah figur-figur intelektual publik yang sangat visioner. Dengan predikat sebagai intelektual publik yang disertai kekuatan narasinya, maka rakyat luas mudah memahami ide, gagasan dan sepak terjang kepolitikannya.
Kita bisa membaca jejak sejarah, dalam usia yang sangat belia Soekarno sebagai intelektual publik menulis Indonesia Menggugat yang menggetarkan dunia. M.Natsir menulis beberapa artikel ideologis dan kemudian dikumpulkan dalam Capita Selecta yang mencerahkan kehidupan demokrasi pada saat itu. Hatta menulis Indonesia Merdeka dan sederet tulisan lainnya. Sjahrir menulis Renungan dalam Tahanan. Mereka adalah aktivis belia sekaligus intelektual publik yang benar-benar mengagumkan.