Keniscayaan dalam perbedaan SARA bisa berubah jadi bencana ketika kepentingan politik dan kriminal mengikutinya. Jargon politik yang menegaskan tidak ada teman, apalagi saudara sejati. Yang ada hanya kepentingan sejatinya. Sepenting apa selain mengejar kekuasaan dan memanfaatkan kesempatan di dalam kesempitan?Â
Kerusuhan sosial yang dipicu isu SARA bukan hanya persoalan satu bangsa. Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai bangsa paling bebas berekspresi dan pemuka negara demokrasi nampak begitu rapuh oleh isu rasial di tengah pandemi Covid 19. Lalu, di mana letak kesalahannya? Sikap pemimpin yang tidak menunjukkan perilaku kenegarawanan.Â
Peristiwa yang bisa jadi pelajaran sekaligus penyadaran diri kita sebagai satu bangsa yang bersumpah untuk senantiasa bersaudara. Sekandung dalam tanah air Indonesia dan bersatu bahasa, Indonesia jua. Komitmen kebangsaan ini hendaknya bukan sekadar hafalan. Apalagi hanya pemanis bibir di kala menghadapi kesulitan seperti saat ini.Â
Bhineka Tunggal Ika adalah janji kebangsaan di sepanjang hayat dikandung badan Indonesia Merdeka. Utang yang harus dibayarkan kepada pada pendiri negeri. Janji segenap anak bangsa. Bukan hanya buat orang awam. Pemimpin semestinya memberi teladan, bukan ucapan semata. Jika meminta masyarakat berkorban, contoh awal harus berasal dari pemimpin.Â
Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H