Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menafkahi Hobi, Antara Kenikmatan dan Tantangan

4 Januari 2020   16:40 Diperbarui: 4 Januari 2020   19:40 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arif Blader, petinju asal Kebumen dan pemilik sasana Blader Boxing Camp. Dok. Marsinus Yosa

Kebanyakan orang menyukai hal tertentu. Bisa musik, makanan, jalan-jalan, olahraga atau apapun. Kesukaan yang pada tingkat tertentu dapat dikategorikan sebagai hobi. Menurut KBBI, hobi adalah kegemaran, kesenangan yang istimewa di waktu senggang, bukan pekerjaan utama. Di sana dicontohkan melukis yang bukan sebagai mata pencaharian.

Kenyataan yang terjadi di dunia menggambarkan banyak ”orang sukses” karena menjalani hobi yang ditekuni dengan penuh kegairahan. Menjalaninya dengan passion, kata orang zaman now.

Coba kita simak perjalanan grup-grup musik kondang yang berangkat dari hobi semacam God Bless dan lainnya. Juga para pelaku olahraga profesional seperti petinju, pemain sepak bola, basket dan banyak lagi cabang-cabang olahraga yang semula berangkat dari hobi. Kemudian menekuninya sebagai jalan hidup yang dapat menafkahi diri, keluarga dan lainnya.

Hobi  berbeda dari passion. Hobi atau kesenangan akan menjadi gairah (passion) untuk memotivasi diri menjadi sumber nafkah jika ditekuni dengan proses pengembangan.

Seorang penggemar sepak bola dan bisa bermain dengan bagus, belum tentu akan mengembangkan hobinya menjadi suatu profesi. Di negara-negara yang maju perekonomiannya, seorang pelaku olahraga akan memacu dirinya sebagai profesional dengan berlatih sistematis dan menyiapkan diri untuk berkompetisi.

Passion bukan kegandrungan sesaat (hot ini trend). Seperti pepatah, seperti hangatnya tahi ayam. Setelah hilang hangatnya, tersisa kotoran yang harus dibersihkan atau dimanfaatkan jadi pupuk.

Ada korelasi positif antara hobi dan kemampuan ekonomi pada sisi normal. Tapi pada situasi abnormal, orang yang punya passion terkendali akan mengabaikan korelasi itu dengan cara-cara positif tentunya. Passion can bring out the best in you, the best of you.

Menjalani hobi yang akan membangkitkan potensi keuntungan ekonomi perlu kejelian memilih dan ketekunan dalam mengembangkannya. Jika sekadarnya, hobi justru dapat mengeliminasi kemampuan ekonomi. Artinya, jika dalam melakukan hobi itu tanpa kendali dan rencana yang jelas, hobi akan menjadi kesenangan semata yang tidak memberi dampak ekonomi sebagai sumber nafkah.

Sebagai penggemar olahraga, ada dua cabang yang saya sukai. Yakni Bridge yang kurang populer dan cenderung ekslusif tapi membawa dampak besar dalam pengembangan karakter. Maka cara untuk menggali potensi ekonomi dari hal itu adalah mengembangkan sisi “unik”-nya.

Bisa dengan cara memberi les privat matematika karena olahraga ini memang penuh dengan hitung menghitung angka dan peluang. Atau pelatihan kepemimpinan yang didalamnya banyak mengandung cara mengambil keputusan secara cepat, terukur dan keberanian mengambil risiko.

Bridge nampak sebagai permainan kartu biasa kalau pemainnya malas membaca teori dan memraktikkannya di meja offline maupun online. Dengan majunya dunia internet, situs bermain, situs BBO (Bridge Base Online) yang berformat gratis memberi banyak pilihan untuk mengembangkan kemampuan dari tingkat yang paling rendah (novice) sampai kelas dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun