Ada dua hal yang membuat merah putih berkibar di angkasa dan Indonesia Raya mengudara di manca negara yakni ketika pemimpin pemerintahan sebagai tamu negara dan atlet cabang olahraga tertentu memenangi suatu kejuaraan atau perlombaan di ajang internasional. Kedua peristiwa itu berbeda dalam banyak hal. Atlet yang memenangi suatu ajang olahraga boleh jadi membawa larut faktor emosional yang begitu dalam. Bahkan banyak orang rela mengorbankan waktu dan uangnya untuk mendukung terwujudnya peristiwa itu. Tidak hanya cabang favorit semisal sepakbola, bulu tangkis dan sebagainya, hampir semua cabang olahraga akan memberikan nuansa yang serupa. Â
Meskipun begitu, nasib kehidupan olahraga prestasi di Kabupaten Kebumen seperti pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga dan kejatuhan pohon di tahun 2018 lalu. Hal ini terjadi lantaran pada penyelenggaraan Pekan Olahraga (POR) Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 yang diselenggarakan di Kota Solo dan sekitarnya, prestasi Kontingen Kabupaten Kebumen berada di posisi buncit alias terbawah dari 35 Kabupaten/Kota dengan hanya meraih satu emas dari cabang olahraga Yoongmodo.
Satu cabang olahraga baru di dalam keanggotaan KONI Kabupaten Kebumen dan saat ini favorit di lingkungan TNI Angkatan Darat. Di Kabupaten Kebumen terdapat satu pusat kegiatannya yakni Sekolah Calon Tamtama (Secata Rindam Diponegoro) di Gombong yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.
Sekolah kader prajurit TNI AD itu berada satu lingkungan dengan Benteng Vanderwijck yang kini menjadi obyek wisata bersejarah dengan bentuk segi lima seperti gedung Pentagon di negeri Paman Sam. Posisi yang secara faktual sepadan dengan ketidak-pedulian Pemerintah maupun DPRD Kabupaten yang sebagian pejabat terasnya tengah menjadi pesakitan kasus korupsi sistematik sebagaimana dilansir Kompas.com. Alokasi anggaran hibah yang semula diperuntukkan bagi pembinaan cabang-cabang olahraga dipaksa realokasi untuk memberangkatkan Kontingen tersebut.
Realokasi anggaran pembinaan tersebut sangat memukul para pegiat olahraga prestasi yang selama ini seolah dianggap sebelah mata oleh jajaran Pemkab maupun DPRD karena anggapan keliru dalam mencermati situasi dan kondisi faktual di lapangan. Dibandingkan dengan besaran hibah, dana masyarakat olahraga yang dikeluarkan untuk pembinaan prestasi berkali lipat jumlahnya.
Manfaat dan kehormatan insaniah yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut dinikmati banyak orang dari berbagai lapisan. Sementara itu, kasus korupsi para petinggi daerah yang jelas sangat merugikan dan meninggalkan luka mendalam dalam hati sanubari para pembina, pelatih dan atlet seolah tak ada artinya. Karena mereka mendapat banyak kemudahan dari UU Anti Korupsi. Diantaranya remisi dan ijin Mahkamah Konstitusi yang membolehkan mantan koruptor untuk kembali ke jalur politik praktis dalam kontestasi Pilkada maupun Pileg.Â
Jika di tingkat provinsi diselenggarakan pada malam, KONI Kabupaten Kebumen melakukan hal sama pada Jumat, 20 Desember 2019 di Aula STIE Putra Bangsa. Dihadiri 28 dari 36 cabang olahraga anggotanya, kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bidang Pemuda dan olahraga Dinas Pariwisata dan Pemuda dan Olahraga (Disporawisata) mewakili Bupati yang berhalangan hadir.
Inti sambutan itu adalah mengharapkan agar RAT kali ini dapat tepat sasaran. Jika dikaitkan dengan prestasi Kontingen Olahraga Kabupaten Kebumen pada POR Provinsi Jawa Tengah 2018 dan rencana penyelenggaraan POR Wilayah III Dulongmas (eks Karesidenan Kedu, Pekalongan dan Banyumas) pada Oktober 2020, nampaknya harapan itu ditujukan untuk peningkatan peringkat dari posisi terbawah agar naik entah berapa tingkat.
Apalagi setelah Pemerintah Kabupaten melalui Disporawisata baru saja memberikan tali asih bagi para atlet berprestasi bulan November 2019 ini. Dari sisi besaran nilai memang tidak cukup memadai. Namun niat memberikan motivasi berprestasi layak diapresiasi.Â
Setidaknya, niat itu juga diwujudkan dengan peningkatan nilai hibah pemerintah daerah tahun anggaran 2020 untuk cabang-cabang olahraga anggotanya yang meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2019.