Selain itu, kejuaraan yang berhadiah total 15 juta rupiah plus aneka doorprize, juga dihadiri oleh 21 pasangan taruna pada Kelompok Umur (KU) 16 dari berbagai kabupaten kota di kedua provinsi tadi. Yang menarik adalah kehadiran 14 pasangan minibridge (KU 12) dari 5 Kabupaten. Yaitu Kebumen (2), Banyumas (4), Brebes (2) serta tuan rumah Temanggung (4).
Hal ini membuktikan komitmen penyelenggara (Gabtema, Gabungan Bridge Temanggung) terhadap penyediaan ajang kompetisi bagi tingkat pemula dan remaja yang menjadi ajang unjuk prestasi setelah cabang olahraga Bridge dihapus dalam Popda Jawa Tengah pada tahun 2014. Memang benar ada ajang Liga Siswa dan Mahasiswa Nasional wilayah provinsi Jawa Tengah, namun konsistensi mempertahankan kategori pemula yang akan menjadi atlet masa depan sangat layak diapresiasi.
Jangan biarkan Gabsi Temanggung menanggung sendiri segala hal penyelenggaraan turnamen yang saya tengarai menjadi penyebab utama penundaan itu. Potensi yang semestinya layak dikembangkan dan mendapat bintang lima. Apalagi GABSI tengah diuji dengan penghapusan (sementara ?) cabang olahraga otak berpasangan ini dalam penyelenggaraan PON 2020 dan obsesi masuk Olimpiade 2032. Â Â Â
Menjadi Diri Sendiri, Modal Awal bagi Jawara Sejati
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H