Semua kemampuan dasar ini harus dikuasai dengan benar dan baik. Benar sesuai teori, aturan baku dan etika-nya. Baik jika dilakukan dengan benar dan proporsional.
Kedua lembaga non struktural itu bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan organisasi maupun ajang unjuk prestasi sebagai penyaluran energi berkompetisi sesuai amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahrgaan Nasional.
KONI berkewajiban menyelenggarakan organisasi dan proses pembinaan prestasi. Sedangkan KOI wajib menyelenggarakan ajang kompetisinya di tingkat nasional (PON) maupun internasional (SEA Games, Asian Games dan Olimpiade).Â
Untuk membangkitkan energi kompetisi, pelaku di cabang olahraga otak ini harus melalui proses pelatihan kontinyu dan uji coba di ajang tertentu. Banyak ajang uji coba yang digunakan untuk menguatkan energi kompetisi atlet. Satu diantaranya adalah turnamen terbuka seperti yang akan terjadi pada hari Minggu, 3 November 2019 di Kabupaten Temanggung dalam rangka memperingati hari jadinya.Â
Turnamen yang diberi judul "Bupati Cup" telah berlangsung lebih dari satu dasa warsa dan berskala antar provinsi (Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Ada tiga kategori yang dipertandingkan yakni terbuka atau umum (untuk dewasa umum dan mahasiswa, berbayar), Kelompok Umur 16 (remaja SMP sederajat ) serta minibridge (pemula tingkat SD, gratis).
Di Kabupaten Kebumen, ketiga faktor yang memengaruhi penguatan energoi kompetisi ini sangat minimal. Sumber daya manusia pelaku olahraga, terutama pelatih dan manajer tim yang mumpuni belum ada di cabang olahraga Bridge.
Pelatih yang ada dan aktif saat ini hanya bermodalkan pengetahuan serta pengalaman terbatas ketika menjadi atlet yang belum mampu berprestasi di tingkat Provinsi dan Nasional. Apalagi di fora internasional.
Hanya sekali menjadi anggota tim putra yang juara 1 tingkat eks Karesidenan Kedu (2009) dan mengantar tim putri meraih peringkat 4 di tingkat wilayah III Provinsi pada POR Dulongmas 2015. Dua kali mengikuti penataran pelatih tingkat lokal (2017 dan 2019) dan yang paling utama adalah dorongan semangat berlatih atlet potensial berprestasi pada kelompok usia dini.Â
Motivasi berlatih para calon atlet berprestasi ini memberi api yang menggerakkan daya hidup. Permintaan berkali-kali yang tertunda karena alasan pekerjaan, saat ini tak dapat ditawar lagi.