Barangkali saya termasuk golongan Kompasianer yang ndableg dan agak jadul pemikirannya.Â
Sejak bergabung 21 Oktober 2009, punya dua akun yang ini dan satunya . Dengan akun ini , saya hanya dapat menulis 180 konten, dilihat oleh 67920 dan seterusnya sebagaimana nampak di gambar.Â
Di antara kurun waktu satu dasa warsa, 4 tahun non aktif (2011, 2012, 2016 dan 2017), dua kali paceklik (2010 dan 2015), dua tahun mendingan (2009 dan 2014) serta cukup produktif sebanyak tiga kali (2013, 2018 dan 2019). Dari deretan angka tadi, jelas bahwa saya bukan termasuk K'ners produktif. Apalagi berkualitas. Sadar diri.. he..he...
Dengan hanya tiga kali masuk kategori headline dan 93 kali jadi konten pilihan, saya memang tidak berharap jadi Kompasianer of The Year atau predikat serupa (kalau ada). Bukan berkecil hati dan mengubur harapan di lain waktu, bisa bersua dan berbagi kehangatan dengan Pak  Tjiptadinata Effendi dan  istri beliau Bu Roselina setiap pagi atau malam hari adalah anugerah yang tak ternilai.Â
Juga mBak  HEP  dan  Wahyu Sapta  yang banyak menginspirasi serta beberapa nama blogger handal seperti mBak Suprihati  tulisan-tulisannya sering membuat saya ngiler  ingin meniru.Â
Banyak K'ners yang menginspirasi, mengundang rasa penasaran untuk kopdar (semoga terwujud) semisal mas Yon Bayu, mbak Leya Cattleya dan Datuk Alpebvev . Pokoknya, Kompasiana tak diragukan sebagai rumah mini keindonesiaan saya (minimal). Inilah berkah yang saya dapat sebagai K'ners.
Pengalaman berselancar di dunia maya sejak 1998, membuat saya harus mempertimbangkan banyak faktor. Utamanya tentu kuota berselancar dan sedikit pertimbangan psikologis agar tidak terlalu gaptek.Â
Beberapa minggu terakhir, saya sering menulis tentang keolahragaan yang menurut pandangan pribadi adalah bagian penting dari sisi unik kehidupan manusia di seantero jagad raya ini.Â
Satu sisi lainnya adalah kebudayaan dalam arti luas. Kedua sisi ini mengedepankan nilai-nilai peradaban. Setidaknya, kedua sisi tersebut masih memberi harapan untuk menyuguhkan diri sebagai manusia yang mendapat anugerah khusus berupa akal budi.Â